Senin, 10 Agustus 2020

Memaknai Porsi Rezeki

 


    Tak ada yang kurang dalam hidup kita di saat mau mensyukurinya. Porsi rezeki dibagi sesuai dengan kebutuhannya.

By Nur Ida Zed

 

                                                    Foto: Pinterest


       Acapkali kita melihat rumput tetangga lebih hijau daripada di rumah sendiri. Semua yang tampak oleh mata membuat kita selalu kurang dengan membandingkan milik orang lain. Apalagi ketika sedang mengalami ujian hidup seperti musibah yang terjadi. Apa yang sudah kita miliki seolah tak berasa dan lebih terfokus pada penderitaan saja. Seperti ketika lagi pandemi saat ini, beberapa teman saya ada yang curhat berkurang rezekinya.

              “Ya iyalah. Kan sekarang gak bisa kemana-mana, semua dibatasi,” kata mereka.

          Ah, padahal PNS juga setahu saya gaji gak mungkin dikurangi,  kan, haha. Kalau karyawan swasta  atau pengusaha,  penghasilan berkurang mungkin bisa saja ya. Tapi saya rasa rezeki tidak sekadar soal uang atau materi, apalagi diukur dari gaji dan penghasilan semata. Bila kita bijak memaknainya, kesulitan di masa pandemi ini justru menjadikan peluang bisnis bagi yang pandai memanfaatkannya. Contohnya enterprenuer online yang kian menjamur, munculnya creator digital baru, dan sebagainya. Lagi pula, rezeki sudah diatur sesuai dengan porsinya. Banyak di rumah bukan berarti berkurang, tapi bisa berkumpul lebih lama bareng keluarga jadi punya kesempatan lebih mengerti satu dengan lainnya.

      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rezeki adalah segala sesuatu pemberian Tuhan yang dipakai untuk memelihara kehidupan. Jadi, sebenarnya tidak  sekedar materi, tapi juga immateri  ya. Nah, yang terakhir ini yang seringkali tak pernah disadari.

 

Kesehatan itu Rezeki

    Setiap pagi dapat menikmati indahnya hari, itu adalah rezeki. Tuhan memberi kita waktu dan kesempatan untuk mensyukuri apa yang telah diberikanNya dengan keadaan sehat dan bahagia, tak kurang suatu apa. Subhanallah. Itulah bentuk rezeki yang diberikan untuk kita. Coba bayangkan jika punya banyak materi tapi sakit-sakitan,  tentu rasanya tidak menyenangkan karena tak bisa menikmatinya. Ya, menurut H.R Bukhari, dua nikmat rezeki yang sering dilupakan orang adalah kesehatan dan kesempatan. 

      Ketika kita diberi kesempatan untuk mendampingi anak-anak yang cerdas dan berbakti, merupakan rezeki yang patut disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan itu, karena anak juga bisa menjadi ujian buat orang tuanya. Begitupun ketika diberi kesempatan untuk menimba ilmu, maka syukuri dan lanjutkan amanahnya. Bisa jadi semua orang tidak mendapatkan ini meski punya banyak materi. Juga teman yang baik, bisa dipercaya, saling support dan mengerti itupun termasuk rezeki. Saya sendiri percaya semua rezeki, apapun itu yang ditakar untuk kita haruslah disyukuri, agar terus ditambah dan ditambah lagi.

      Tak ada waktu untuk merasa iri serta membandingkan apa yang kita miliki dengan orang lain, sebab beda kepala tentu beda porsi rezekinya. Semua sudah diatur dan dijamin oleh Yang Maha Kuasa. Kita hanya focus dengan apa yang diperintahkan saja, yakni ikhtiar dan usaha.


Cara Pandang dan Berbagi

     Sebagai manusia biasa memang wajar bila melihat orang lain dari segi materi. Yang tampak oleh mata hanya rumah bagus, mobil mewah, deposito melimpah dan jabatan yang serba wah. Orang terpandang adalah dia yang bisa menunjukkan gigi dengan materi.  Itulah yang membuat sebagian merasa besar dan bisa mengecilkan yang lain. Padahal sebenarnya hanya tergantung cara pandang masing-masing.

     Orang berilmu lebih dihargai karena keahliannya, bukan materinya. Di banyak tempat, orang yang dituakan dan berpengaruh adalah mereka yang berilmu. Memiliki wawasan yang cukup untuk memahami kehidupan secara bijaksana. Tapi bila kita diberi kelebihan salah satu,  atau bahkan keduanya, maka berbagilah agar mendapatkan berkahnya.  

     So, tak perlu mengeluh atau iri mengenai rezeki. Bahwa Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan sekedar yang kita inginkan.  Percayalah, rezeki itu tidak akan pernah tertukar.***NZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar