Kamis, 10 Oktober 2013

Eclectic in Soul


Sasya Tranggono: Eclectic in Soul
By Nur Ida Zuhayanti 


Eksplorasi yang dituang membawa harmonisasi selaras di rumah Sasya Tranggono.  Penataan bergaya eklektik sungguh  memberi atmosfir  yang berbeda.


     Seperti berada di sebuah galeri seni, begitulah ketika saya mengunjungi rumah bernuansa Eropa di kawasan Menteng, Jakarta Pusat siang itu. Ruang demi ruang seolah diciptakan sebagai area pajang hingga memberi aura yang menyenangkan dan penuh inspirasi. Paduan warna, luapan ekspresi jiwa tertuang demikian lepas layaknya rona lukisan di atas kanvas yang memiliki karakternya sendiri.
 
     Ya. Tampak depan bangunan tiga lantai yang berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi itu memang terbaca sebagai House of Ristra, sebuah klinik kecantikan ternama. Tapi di dalamnya juga merupakan hunian seorang pelukis perempuan - water color inspirator yang telah banyak menghasilkan karya brilliant: Sasyita Tranggono.  “Ini rumah pertama Ristra sebelum dibangun Grand Housenya di Radio Dalam,” terang sulung tiga bersaudara pasangan Dr. Retno IS Tranggono dan Dr. Suharto Tranggono. Sebagai pengelola, perempuan kelahiran Jakarta 25 Desember 1963 itu merasa ikut bertanggung jawab atas salah satu heritage ini. Dan bersama anak semata wayangnya yang juga pelukis muda, Nicholas David Hilman (14 tahun), lulusan Teknik Industri Syracuse University, New York, USA dan MBA dari Erasmus University, The Nedherland, Belanda ini mewujudkan kenyamanan dalam hunian yang memiliki nilai histori.

    Setelah pintu pertama bernuansa putih itu terbuka, sebuah area panjang menyapa saya. Dindingnya yang berbalut warna biru itu nampak indah dilengkapi deret lukisan berbagai ukuran selayaknya ruang pameran. Taman kecil dengan kolam bebatuan dan pohon palem yang terletak di salah satu sudutnya menambah suasana kian cantik saja. Selanjutnya langkah saya dibawa untuk menaiki tangga berbahan metal dengan pegangan warna merah menyala menuju ke lantai dua hingga menemukan semacam teras dengan aneka tanaman hijau di depan pintu utama rumah yang sebenarnya. Desain terbuka ditunjukkan oleh banyaknya elemen kaca yang sebagian berfungsi sebagai jendela, sehingga membuat pandangan mata dapat dengan leluasa menikmati suasana di dalamnya.

     Cermin berbingkai kayu bernuansa metalik itu seakan mempersilahkan saya menyusuri ruang berikutnya. Sebagai area pembuka, Sasya, begitu penerima Golden Pallete Award 2004 yang pernah menggelar pameran di berbagai negara seperti di Amerika, Eropa, Australia dan Asia ini biasa disapa menciptakan lorong panjang yang menjadi penghubung menuju ke ruang tamunya. “Over The Rainbow”, “Nothing Last Forever”, dan begitu banyak tema lukisan lain goresan jari lentiknya menempati hampir semua  permukaan dinding dan menjadi pelengkap interior bernilai seni. Lemari antik dengan banyak sorokan dari kayu jati merupakan bagian lain yang mempercantik ruangan ini. Di atasnya diletakkan rangkaian bunga matahari, pernak-pernik yang didapat dari berbagai negara serta foto-foto keluarga. Aksen lampu sorot yang diatur sepanjang area ini memberi effect lighting yang diciptakan untuk kesan dramatis nan mempesona. Di sisi lain terdapat meja ukiran bernuansa vintage yang juga menampung pernik kesayangan. Lukisan berukuran besar karya Nicholas yang berjudul “Dream of My Factory” nampak terpajang di sana.

     Menuju ke ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga, suasana hangat demikian terasa. Sebentuk sofa cantik bermotif flora bernuansa maroon yang dibawa dari Amerika terlihat selaras di atas karpet berwarna natural dari Belgia. Dua kursi kayu tanpa sandaran dengan aksen bantal koleksi sebuah galeri di kawasan Kemang menjadi pelengkap nan menawan. Sentuhan cahaya dari lampu duduk di atas meja console kayu jati berukir itu menambah suasana cozy di area favorit ini. Dan lukisan Nicholas yang berjudul “Pinokio” dalam dominasi merah menyala agaknya menyempurnakan atmosfir di ruangannya. Melalui balkon yang didesain elegan, seluruh imajinasi dapat berinteraksi dengan suasana luar ruang. Sekadar menikmati pepohonan di teras rumah, atau kolam di bawah dengan waterfallnya. Hmm….


Pantry, Kamar dan Studio

     Pantry modern bergaya clean and smart merupakan bagian berikutnya. Material kayu yang dipilih seperti mempertimbangkan konfigurasi furniture yang telah ada. Masih di lantai dua, lokasi kamar tidur utama diletakkan memanjang dari lorong pembuka. Desain simple dalam nuansa merah untuk bed cover makin terasa kesegarannya dengan motif batik bunga-bunga. Pun tema lukisan yang dipilih sebagai back drop di sisi dindingnya. Kamar Nicholas di sampingnya ditata lebih maskulin lengkap dengan perangkat komputer dan koleksi miniatur mobil serta robot kesayangannya. Lalu ruang wardrobe untuk menyimpan koleksi pakaian dan perlengkapan lainnya.

     Melewati tangga melingkar, kemudian saya menuju studio lukis di lantai tiga. Didesain lapang tanpa sekat untuk menunjang aktivitas dalam berkreasi. Dua meja kerja yang diatur bersama lampu penunjangnya mngesankan satu team work yang solid dan sempurna. Selain tumpukan kanvas dan perlengkapan melukis lainnya, ruangan ini juga dipenuhi buku-buku referensi. Yang menarik, beberapa boneka badut lucu yang bergelantung di atasnya kadang bisa menjadi sumber inspirasi dan keceriaan tersendiri. Ya, bagi Sasya, rumah merupakan tempat istirahat yang mampu memberi kenyamanan dan keteduhan, sekaligus kedamaian hati untuk menyatu  dengan Tuhan. ***NZ



Q & A
Ruang favorit di dalam rumah ?
Living room. Di situ saya bisa santai sambil mendengarkan musik, membaca buku, atau bahkan berdoa. Suasananya begitu tenang sekali. Tapi kadang juga di kamar sembari nonton TV atau diskusi dengan Nichol.

Sebagian furniture sepertinya memiliki history. Bisa diceritakan ?
Saya suka banget traveling. Kalau lagi jalan-jalan ke luar negeri atau pameran di sana, biasanya sempat hunting perabotan serta aksesori untuk rumah. Tapi ada juga pemberian Mama, seperti meja marmer di pantry itu. Sedangkan lemari beraksen kupu-kupu dapat dari sebuah galeri di kawasan Kemang.

Suka penataan bergaya eklektik, alasannya ?
Rasanya saya bisa lebih bebas berekspresi dalam menata rumah. Termasuk menempatkan apapun yang terbaik. Memadukan klasik, modern hingga vintage. Barang-barang ex luar negeri dimasukkan ke dalam elemen rumah. Bagitupun untuk pemilihan warna merah, misalnya, yang sanggup membawa kehangatan dan keceriaan. 

Untuk studio bagaimana.?
Kebetulan anak saya ikut “berbuah” jadi pelukis, bahkan telah mendapat tempat di Jenggala-Bali, sehingga kami sama-sama seniman. Saat berkreasi tentu butuh ruang khusus yang tenang, nyaman dan menyenangkan. Di situ kita sering tukar pikiran dan saling memberi masukan. Bila ada dinding yang masih kosong, kadang berebut untuk memajang lukisan, hahaha…. Seru kan ?!

Tips menata rumah ?
Ciptakan suasana yang nyaman. Perhatikan paduan warna, karena dapat membentuk karakter sebuah ruangan. Selain itu pencahayaan dan kebersihannya. Meski banyak kaca, rumah ini memang sengaja tidak diberi gorden supaya terlihat terbuka. Selain lebih artistik, juga baik untuk sirkulasi udara dan cahaya alaminya. ***NZ
 foto-foto: Rudy Simonaji