Minggu, 18 Oktober 2020

Usai Pandemi Traveling Kamana?


 Tahun ini tentu banyak agenda traveling yang tertunda. Meski new normal, tapi rasa khawatir tetap saja ada buat jalan bareng keluarga.

By Nur Ida Zed

 


Siapa sangka pandemi bisa sepanjang ini. Begitu banyak rencana yang sudah dibuat harus  ditunda karena situasi dan kondisi yang belum memungkinkan, termasuk keinginan jalan-jalan atau traveling karena belum secure sepenuhnya. Memang sih, di era new normal beberapa tempat wisata dan hotel sudah mulai banyak dibuka, tapi entah kenapa kalau tidak terlalu penting banget rasanya enggan untuk jalan karena harus melalui prosedur protokol kesehatan seperti menunjukkan hasil rapid test negative terbaru atau persyaratan lain di tempat yang dituju sehingga  lebih baik menunda sampai normal sebenarnya.

 Kalau dulu saya suka jalan sendiri saja, backpacker bareng teman ke tempat yang ada tantangan sebagai seorang petualang. Sesekali memenuhi undangan bersama para jurnalis seperti ketika di Lombok, Nusa Tenggara Barat waktu itu untuk meliput serangkaian acara Festival Maritim dari Dirjen Pariwisata. Tapi sekarang lebih banyak jalan bersama keluarga kecil saya. Tujuan utama tentu membuat semua anggota keluarga senang dan bahagia.

 Memang kebutuhan untuk rekreasi seperti traveling sebaiknya disempatkan karena bermanfaat menjaga keseimbangan antara hati dan pikiran. Kegiatan rutin yang biasa dilakukan sehari-hari seringkali menimbulkan kejenuhan, sehingga refreshing sejenak dengan suasana baru bisa memberi kesegaran dan semangat lagi dalam menjalankan aktivitas. Ibarat handphone tentu perlu nge-charge batere supaya bisa lebih on, kan ?

 

Mudik Yang Tertunda

 Kalau ditanya kemana rencana traveling setelah pandemi, anak-anak saya sudah menunjuk mudik yang tertunda. Hahaha… Sejak pandemi melanda negeri kita hingga saat ini, kami belum bisa  pulang kampung untuk silaturahmi kepada orang tua. Alasannya saling  menjaga agar tidak tertular dan menularkan corona kepada mereka, karena usianya sudah sepuh dan takutnya ada penyakit penyerta.  Jadi saat Iedul Fitri, juga ketika Iedul Adha tahun 2020 ini harus puas hanya dengan komunikasi lewat telepon dan video call saja.

 Mudik sudah seperti ritual tahunan yang biasa kami lakukan bersama keluarga. Entah kenapa moment lebaran yang berbarengan dengan liburan dan cuti bersama seringkali dimanfaatkan sebagai sarana berkumpul bareng keluarga besar juga. Semua saudara, terutama adik-adik, sepupu, ipar, anak dan menantu biasanya menyempatkan waktu untuk bertemu meski hanya sebentar buat saling sapa secara langsung  dan maaf memafkan antara keluarga satu dengan lainnya. Dan perjalanan dalam suasana mudik dan balik lebaran itu yang selalu bikin kangen. Meski bermacet ria di tol Cipali, tapi keseruan di jalan, berhenti di pom bensin dan bersantai sejenak di rest area sembari makan atau antri sholat di masjid membawa kesan tersendiri di setiap tahunnya. Hal Ini terasa  lebih merekatkan kebersamaan  antar setiap anggota keluarga.

 Selain silaturahmi, bagi kami pulang kampung juga menjadi event untuk berwisata. Biasanya kami singgah di kota Solo, Jawa Tengah, menikmati wisata kuliner yang memanjakan lidah. Seperti Selat Solo, Nasi Liwet, Serabi Notosuman dan jajanan lainnya. Lalu lanjut ke Yogyakarta, yang jadi destinasi sembari mengenang masa kuliah dulu.

 Yogya menjadi tujuan wisata yang tak pernah membuat bosan. Meski dulu menghabiskan waktu sepanjang kuliah di kota pelajar dan mahasiswa ini, rasanya seneng aja kalau bisa kembali menikmatinya bersama keluarga. Jalan-jalan di sepanjang Malioboro, singgah di Keraton, Taman Sari, Siti Hinggil alun-alun Utara. Saya ingin mengenalkan anak-anak dengan suasana dimana ayah dan ibunya pernah menuntut ilmu di sana. Mencicipi kulinernya seperti gudeg, bakpia dan yangko, hingga esgepece alias nasi pecel di dekat Balairung kampus yang biasa didatangi para mahasiswa dan dosen waktu itu.  Semacam napak tilas, begitulah, karena anak-anak saya lebih mengenal Jakarta daripada daerah orang tuanya.

 

                                                                    foto: dokpri Dvine Adinda

 Beberapa tahun belakangan ini setiap menjelang tahun baru kami biasa menyisakan waktu untuk traveling  bareng keluarga kecil saya dengan menginap di hotel yang tak jauh dari Jakarta. Mencari suasana nyaman dalam nuansa alam yang masih sejuk dan asri untuk ketenangan serta refleksi diri dan rasa syukur dengan berenang sepuasnya.

 Entahlah tahun ini apakah juga bisa, atau harus dipending dulu karena pandemi masih ada? Tak apa, yang terpenting bagi kami adalah kesehatan dan bisa terus berkumpul bersama keluarga. Kalau mungkin dan bila diberikan banyak rezeki, sungguh kami ingin bisa beribadah umroh bareng keluarga kecil saya. Semoga keinginan ini dapat diijabah oleh Allah SWT, aamiin..

 Terimakasih sudah singgah di blog saya

 Salam sehat dan selalu semnagaatt..!***NZ

Selasa, 13 Oktober 2020

5 Tips Kelola Keuangan Keluarga


Tak hanya kebutuhan keluarga sehari-hari, mengelola keuangan perlu cerdas dan cermat untuk semua kepentingan lainnya, bahkan buat hal yang tak terduga. Mari kita kulik tipsnya.

By Nur Ida Zed

 Mengelola keuangan bukanlah masalah gampang, setidaknya itu menurut saya yang bukan berlatar belakang pendidikan manajemen keuangan dan akuntansi. Dari sekolah dulu seingat saya kalau ada pelajaran yang berkaitan dengan pembukuan dan masalah keuangan sedikit parno karena harus menyeimbangkan antara debet kreditnya. Namanya juga waktu itu masih anak-anak ya, belum begitu merasakan manfaat dan kepentinganya, apa-apa tinggal minta sama orang tua.

 Setelah kuliah dan ngekost ke luar kota, baru merasakan bila pengetahuan tentang mengelola keuangan ini ternyata sangat dibutuhkan, bahkan diperlukan dalam implementasinya baik di organisasi maupun untuk diri sendiri. Apalagi setelah berkeluarga dan memiliki anak yang kebutuhannya juga harus dicukupi. Sebagai ibu, yang notabene kepala rumah tangga layaknya menteri keuangan dalam sebuah negara, kepandaian mengelola uang atau budgeting ini perlu dimiliki supaya semua kebutuhan aman dan tercukupi. Menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran ini sangat penting agar tidak besar pasak daripada tiang.

 

Nah, untuk ini saya mempunyai 5 tips yang biasa dilakukan, antara lain:

1. Pisahkan Pos Pemasukan dan Pengeluaran.

Dalam mengelola keuangan, saya selalu menyarankan untuk memisahkan antara pos pemasukan dan pengeluaran supaya lebih jelas penempatan dan penggunaannya. Setiap kali menerima uang seperti gaji bulanan, tambahan honor, pendapatan lain-lain bahkan bonus tahunan sebaiknya dimasukkan dalam pos masing-masing agar ketahuan peruntukannya. Terutama untuk pos pemasukan yang rutin seperti pendapatan bulanan yang akan digunakan untuk kebutuhan bulanan juga.

 Yang lain seperti bonus dan tambahan pendapatan hendaknya dipisah untuk pengeluaran insidental seperti laptop untuk anak. Saat sebelum pandemi pun Puan, putri saya sudah akrab dengan gadget dan laptop untuk tugas dan belajarnya, atau perabotan rumah tangga seperti mengganti AC baru karena yang lama sudah beberapa kali di servis juga, serta keperluan mobil yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Untuk pos pengeluaran  ini tetap mengemukakan skala prioritas sesuai dengan kebutuhannya. Kalau perlu dilist agar tahu kapan semua itu dibeli hingga dapat mempersiapkan secara berkala.      

 

2. Catat Semua Kebutuhan Bulanan.

Terutama untuk kebutuhan rutin, sebaiknya dicatat dan dipisahkan posnya. Tidak saja supaya tertib, tapi dengan mencatat kita bisa mengontrol seberapa banyak pengeluaran bulanan yang dibutuhkan dan sisa dari budget yang masih ada.

 Misalnya untuk konsumsi makan sehari-hari, transportasi, biaya listrik, langganan wifi, telpon dan channel televisi hingga iuran sampah, satpam, bayar arisan serta keperluan lain yang sudah pasti harus dikeluarkan setiap bulannya. Sekecil apapun kalau memang harus dikeluarkan secara rutin bulanan hendaknya dicatat dan dipersiapkan.

 

 3. Sisihkan Untuk Kesenangan.

Rasanya tak ada salahnya menyiapkan budget untuk kesenangan, karena kita dan keluarga butuh refreshing seperti rekreasi dan relaxing buat membahagiakan diri sendiri. Ini penting supaya tetap terjaga keseimbangan antara lahir dan batin. Sesuaikan saja dengan kebutuhan bulanan, meski sedikit dan seringkali tak semua dipergunakan untuk situasi pandemi seperti sekarang.

 Budget kesenangan ini meliputi belanja pakaian, jalan-jalan dan makan di restoran bareng keluarga atau sekedar menyisakan anggaran untuk hobi dan kesenangan. Walaupun hanya seminggu sekali makan di restoran kesukaan saat weekend tentu butuh anggaran lebih juga. Dan ketika tidak digunakan, budget kesenangan ini sebaiknya disimpan. Saving dulu dan ditunda sampai situasi memungkinkan.

 Sebenarnya bisa saja kesenangan belanja ini dialihkan dengan online lewat aplikasi yang banyak ditawarkan, tapi saya memilih untuk tetap memilah sesuai kebutuhan. Gila belanja secara online bisa menjadi addict dan lepas kontrol karena tergiur barang murah dan diskon, padahal sebenarnya hanya lapar mata, ingin mencoba dan beli barang yang kurang bermanfaat. Tentang ini, nanti akan saya share di postingan yang lain, ditunggu yaa...

 Karena situasi belum memungkinkan untuk banyak beraktivitas ke luar rumah demi kesenangan, biasanya saya alokasikan budget untuk menambah pos belanja bulanan dengan memasak menu makanan istimewa buat keluarga. Jadi serasa makan di restoran meski hanya di rumah saja sehingga bisa lebih hemat.  

 Anggaran untuk kesenangan ini termasuk agenda tahunan yang biasa kami lakukan seperti mudik lebaran dan liburan tahun baru atau event holiday season. Untuk keperluan tahunan ini biasanya budget diambilkan dari bonus dan pendapatan tambahan. Kalau mungkin ditambah sisa budget kesenangan bulanan.      

 4. Siapkan Dana Tak Terduga.

Dalam mengelola keuangan keluarga, pos yang perlu diperhatikan juga sisihkan dana untuk keperluan tak terduga. Saya biasanya menyisihkan ini sebagai pos yang dipisahkan dari awal. Budgednya disesuaikan kesepakatan, bisa sedikit atau banyak yang penting bisa mengcover ketika ada keperluan yang tak terduga.

 Di dalam organisasi atau perusahaan, dana ini juga harus ada bukan ? Peruntukannya belum bisa ditentukan sebelumnya, namun harus disiapkan karena bila sewaktu-waktu diperlukan harus tercukupi. Contohnya saat tiba-tiba genteng bocor dan harus memanggil tukang untuk membetulkannya, atau tiba-tiba mobil mogok di jalan dan musti diperiksa ke bengkel, serta peruntukan lain yang urgent dan tanpa direncana tapi harus diselesaikan dengan menggunakan biaya.

 Cara saya seperti menyiapkan pos kesenangan bulanan, bila tidak dipergunakan bisa dikumpulkan atau dibuatkan rekening terpisah supaya tidak tercampur dengan dana yang keluar masuk. Jadi semacam dana cadangan.

 

 5. Pikirkan Tabungan Hari Tua.

Yang terakhir dan perlu ada adalah tabungan untuk hari tua. Saran saya   bila mungkin ada semacam asuransi itu lebih baik, atau sisihkan dana untuk hari tua dengan menyimpan uang dan menganggap tak ada. Selayaknya kita berinvestasi saja, menabung dengan tanpa memikirkannya. Kalau sudah cukup bisa saja untuk membeli properti, emas batangan atau perhiasan serta saham kalau memungkinkan. Fungsinya untuk menyiapkan hari tua kita, karena mau tak mau, suka atau tidak suka, usia dan waktu akan membawa kita se sana. Oleh karena itu, sedari muda, selagi masih bisa produktif dan banyak berkarya, pikirkan juga untuk menikmati hari tua yang tenang dan bahagia. Mencari berkah dengan lebih banyak beribadah kepada Yang Maha Kuasa, agar ketentraman hidup akan melingkupi kita dan keluarga.

 Tabungan hari tua ini juga bermanfaat untuk diberikan pada anak sebagai warisan buat pegangan masa depannya. Saya sendiri sudah menyiapkan tanah berupa kebun di daerah yang lumayan ukurannya, cukuplah untuk anak-anak bila mereka sudah dewasa. Cara ini diajarkan oleh orang tua saya sebagai salah satu tanda cinta dan kasih sayangnya.

 Ya. Mengelola keuangan keluarga mengacu pada semua kebutuhan dari setiap anggota keluarga supaya tercukupi. Sedikit ataupun banyak tak masalah, karena cukup akan selalu dapat dirasakan ketika kita tidak pernah mengeluh akan kekurangan.

 Terimakasih sudah singgah di blog saya, semoga ada manfaatnya yaa.

 Salam sehat dan selalu semangaatt..! ***NZ

Jumat, 09 Oktober 2020

Hilangkan Pikiran Negatif Agar Lebih Produktif


Rasa khawatir dan tidak enak hati yang berlebihan membuat pikiran tak karuan. Ubahlah menjadi hal positif agar hidupmu lebih produktif. 

By Nur Ida Zed


                                                                                    Foto. dokpri @nuridazed

 Apa sih yang seringkali membuat galau, gak enak hati dan khawatir berlebihan terhadap sesuatu hal sampai membuat pikiran tak karuan? Hmm…tentu banyak yang suka mengalami hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Gak enak hati karena sahabat, teman kerja, saudara, pasangan bahkan anak kita.  Seringkali disebabkan masalah sepele semacam salah paham atau perbedaan cara pandang bisa membuat suasana hati dan pikiran menjadi kurang nyaman. Juga gak enak hati karena risau akan masa depan, usaha banyak kendala dan tidak lagi lancar, ditambah situasi pandemi seperti ini seolah suatu beban yang membuat kondisi di berbagai sisi menjadi tak pasti.

 Teman saya cerita, dia begitu khawatir karena tetangga sebelah di kompleks rumahnya ternyata positif corona. Padahal beberapa waktu yang lalu mereka sempat bertemu karena sebuah acara, sehingga mau tak mau jadi ekstra waspada, takut terkena juga meski saat itu sudah memakai masker dan mengikuti protokol kesehatan. Namanya juga virus tak kasat mata, katanya. Kemudian sekeluarga menyiapkan obat China, dan memikirkan untuk kemungkinan diswap juga. Hal ini tentu membuat tak enak hati. Menjadi kepikiran sampai gak enak tidur dan kurang nafsu makan yang akhirnya malah beneran mengganggu kesehatan.

 Lalu saat di kantor, teman kerja tiba-tiba seperti bersikap tak biasa ketika disapa, acuh tak acuh bahkan cenderung terkesan nyiyir dan membuat dia bertanya-tanya saya salah apa. Olala. Sampai sebegitunya ya. Padahal memelihara pikiran negatif ini akan mengundang banyak penyakit. Otak yang memproduksi hormone endorphin (baca; hormon endorfin) yang memicu perasaan senang, tenang dan bahagia jadi terganggu sehingga membuat tidak mood untuk melakukan apapun itu. Akibatnya kita menjadi apatis, pesimis dan tidak produktif.


 Nah, bila mengalami ini, saya ada beberapa saran yang dapat dilakukan, antara lain:

 Selalu Bersyukur. Pikirkan hanya tentang kebaikan saja. Tak perlu melihat keburukan  terhadap kejadian dan hal apapun itu karena hanya akan mengganggu pikiranmu. Dengan begitu, kamu akan merasa selalu bersyukur terhadap semua yang telah dianugerahkan kepadamu. Tak semua orang mendapatkan berkah seperti dirimu. Dalam menghadapi suatu masalah itu biasa, semua pasti ada jalan keluarnya, begitupun dalam bersosialisasi kadang ada kendalanya sebagai bumbu penambah rasa.

 Cari Kesibukan. Hal yang kurang baik biasanya datang ketika kita sedang kesal dan boring terhadap sesuatu. Karena itu coba cari kesibukan yang bisa membuatmu senang dan bahagia. Apa saja, seperti meluapkan hobi menyanyi, melukis atau membaca. Ini juga sering saya lakukan untuk mengatasi kejenuhan dan rasa hati yang mengganjal. Kegiatan yang positif akan menghadirkan energi positif juga untuk hati dan pikiran kita.

 Bomat Atau Lupakan Saja. Melupakan menjadi salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan rasa tidak enak ini.  Semua kejadian yang sudah dilewati dengan tidak menyenangkan itu anggap saja tidak pernah terjadi supaya tak menyisakan  beban di hati.  Mungkin memang tak mudah ya, tapi cobalah untuk sesekali memakai prinsip bomat alias bodo amat ini. Untuk hal yang tak terlalu penting tapi mengganjal di pikiran sepertinya lebih baik dilupakan.

 Bercerita Dengan Sahabat. Kalau mungkin cerita dengan sahabat, atau teman dekat agar galau di hati sedikit teratasi. Tapi ingat, jangan sampai kelewat curhat yang justru bisa menjadi berkembang dan malah membuat perkara. Kalau saya biasanya cerita curhat lewat tulisan saja, diolah untuk menjadi karya agar lebih bermanfaat dan tak menimbulkan mudharat, bahkan menghasilkan solusi untuk sahabat.

 

 Relaxing Dengan Olahraga Atau Yoga. Saran ini seringkali saya lakukan, ketika sudah merasa bosan dan gak enak hati terhadap apapun itu, bisanya tubuh dan pikiran butuh relaksasi. Yoga bisa menjadi alternativ jika mengalami ini. Tenangkan hati dan pikiran supaya lepas dan kosongkan, agar semua hal yang tak berguna hilang dengan sendirinya dan merasa plong. Atau bisa dengan bersepeda, jogging serta jalan pagi yang dapat membuat relaks sambil menikmati udara segar dan semburat sinar matahari yang dibutuhkan tubuh supaya hangat dan lebih semangat.

 

 Buatlah Diri Bahagia. Lakukan apa saja agar membuat hatimu bisa merasa bahagia. Saya biasanya bercanda dengan anak-anak, main game sesu-seruan atau nonton bersama, memasak bareng mereka atau mencicipi makanan kesukaan kami untuk mengembalikan mood lagi. Bersenang-senang sedikit itu perlu, asal tidak lalu lepas kendali. Pikirkan bahagia untuk diri sendiri, karena ini penting buat kesehatan kita,  serta keseimbangan antara jasmani dan rohani yang harus tetap terjaga.

 

 Perbanyak Doa. Agar dapat berfikir positif, kuatkan pikiran dengan ibadah dan doa. Serahkan semua kepada Yang Maha Kuasa agar hatimu tenang, ikhlas dan bahagia. Saya biasanya menyerahkan semua masalah dan cerita kepada Allah SWT lewat tahajut dan sholat malam. Tumpahkan semua kegundahan kepadaNya. InsyaAllah semua akan kembali seperti sedia kala. Hilangkan semua pikiran negatif supaya kita lebih produktif.

 Terimakasih sudah singgah di blog saya.

 Salam sehat dan selalu semangaatt…!***NZ

Senin, 05 Oktober 2020

Investasi Penting Di Masa Pandemi


Banyak ragam investasi yang dapat dilakukan di masa pandemi sekarang ini. Apa pilihan yang tepat untukmu supaya tak ada kekhawatiran lagi?

By Nur Ida Zed


                                                                                    Foto: dokpri. @nuridazed

 

Berbicara tentang investasi selalu mengarah pada masa depan dan keuntungan. Ketika kita sedang giat bekerja dan produktif dalam berkarya, jangan lupa merencanakan untuk investasi juga. Tak harus berupa materi semacam properti, mobil mewah, uang banyak dan simpanan di tabungan saja, lebih dari itu investasi yang terpenting menurut saya adalah kesehatan kita.

Di masa pandemi seperti ini, diberi kesehatan saja sudah sangat bersyukur, dan ini menjadi investasi yang harus dijaga dan dipelihara untuk masa depan kita. Bayangkan jika kita merasa tidak sehat saja, rasanya khawatir jangan-jangan kondisi tubuh yang kurang fit dapat memberi peluang kuman bahkan corona dengan mudah menyerang. Apalagi bila mempunyai penyakit tertentu yang dapat membahayakan seperti diabetes, jantung, paru-paru bahkan kanker dan lainnya, tentu akan merasa tidak tenang karena bisa menjadi penyakit penyerta yang dapat berakibat fatal.

 

Untuk investasi kesehatan ini saya lebih memilih menjaga daripada mengobati. Artinya memperhatikan kondisi tubuh agar tetap sehat dengan olah raga, mengkonsumsi makanan bergizi dan memanage pikiran agar keseimbangan stamina badan dan jiwa tetap terjaga. Untuk semua itu tentu membutuhkan biaya lebih sebagai nilai investasi kita.  Contoh sederhananya sejak beberapa tahun lalu keluarga saya lebih memilih mengkonsumsi beras merah yang harganya bisa lebih mahal dari beras putih biasa, begitupun lebih memilih roti gandum, susu rendah lemak dan sebagainya. Hal ini bukan untuk gaya atau apa, tapi lebih kepada menjaga kesehatan, meminimalisir segala kemungkinan meski semua takdir sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

Sejak pandemi lebih dari tujuh bulan lalu, di rumah selalu disiapkan minuman rempah seperti wedang jahe atau wedang uwuh yang konon bisa menambah imunitas tubuh. Saya sendiri merasakan, ketika gak enak badan, mulai pegal-pegal dan kurang mood dalam beraktivitas, minum minuman herbal ini dengan seduhan hangat bisa mengembalikan stamina tubuh dan menyegarkan pikiran yang menjadi investasi penting saya.  

 

Investasi Kompetensi

Bentuk investasi lain yang saya lakukan di masa pandemi  ini juga bereksplorasi diri dengan situasi terkini, maksudnya kondisi yang mengharuskan kita beradaptasi dengan segala hal yang berkaitan dengan digital. Dulu saya termasuk yang kurang begitu tertarik bersinggungan dengan media social dan segala  yang berkaitan dengan itu, karena merasa  ribet dan malas untuk belajar. Sekarang ini saya mulai merasa keasyikan dengan dunia digital ini dan ingin belajar lebih dalam lagi.

Beberapa event webinar yang kian marak saya ikuti mampu memberikan nilai lebih yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, menimba ilmu dan menambah teman serta memperluas wawasan dan komunitas serta networking bisa dengan mudah didapatkan di sini. Karena tehnologi yang dapat menyatukan dan memudahkan kita untuk saling berkomunikasi dan berkolaborasi sehingga membuat semua menjadi lebih gampang dan praktis karena tidak harus bertemu langsung dengan menyisakan banyak waktu dan tenaga untuk menembus kemacetan panjang agar dapat saling berbincang dan bersinergi.

Belajar lebih banyak lagi tentang hal yang belum diketahui, termasuk bagaimana mengoptimalkan blog kita agar lebih bermanfaat dan berkembang lagi. Ini penting sebagai salah satu investasi yang menjadi pilihan saya di masa pandemi. Dengan ngeblog apa yang ingin kita suarakan bisa tersalurkan. Tentang semua yang memiliki nilai positif untuk dibagi agar bisa menjadi energi baik dan menginspirasi. Saya tak berpikir bisa mendapat materi berlimpah di blog ini, tapi lebih kepada bisa menjadi sarana berekpresi dan bereklplorasi yang akan membuat kesenangan dan ketenangan rohani.

Lebih banyak mengulik blog yang membuat bakat dan tujuan saya sebagai penulis memberi motivasi untuk terus berkarya dan mengajak berbuat kebaikan. Karena laman blog ini juga bisa menjadi investasi masa depan karena tak lekang oleh waktu dan bisa dinikmati sepanjang masa meski kita sendiri telah tiada. Buah pikiran, hasil karya, wawasan dan cara pandang yang tertuang di dalam blog, apapun itu akan dapat dibaca bahkan diwariskan pada anak cucu di masa mendatang.

Selain itu saya mencoba berinvestasi dengan podcast, yang pada intinya juga ingin menuangkan ide, gagasan serta solusi yang dapat dinikmati lewat suara supaya tetap bisa bermanfaat buat sesama. Investasi kompetensi seperti ini menurut saya perlu ditekuni sepanjang kita dapat membagi waktu dengan baik dan produktif di saat sekarang ini.  Saya yakin semua ini akan bermanfaat sebagai sebuah investasi yang berguna meski pandemi sudah usai dan kondisi normal kembali.

 

Investasi Materi dan Berbagi

Sementara untuk investasi materi di masa pandemi ini saya lebih cenderung pada tabungan karena lebih aman dan dapat diambil sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Kondisi yang membuat situasi tak menentu seperti ini kadang membuat sedikit cemas bila berinvestasi dalam bentuk properti atau saham dan danareksa. Nilai tukar rupih yang tak menentu dan kondisi ekonomi yang belum stabil membuat kita perlu cermat ketika harus mencairkan dana dadakan dalam jumlah yang lumayan besar. Kalau mungkin mau berinvestasi dalam bentuk properti sebenarnya akan bagus dan menguntungkan juga, namun ketika butuh dana dadakan biasanya tidak bisa lansung dicairkan, kecuali bila akan di”sekolah”kan. Tak apa sebenarnya, asal sudah merasa punya simpanan uang yang bisa diandalkan.

Bentuk investasi berupa logam mulia atau emas juga bisa menjadi pilihan. Saya sendiri seringkali menerapkan cara investasi seperti ini. Sejauh ini yang saya buat investasi masih berupa perhiasan seperti kalung, gelang, cincin dan perhiasan lainnya yang dapat dipakai saat kondangan. Entah kenapa belum begitu tertarik dengan logam mulia yang dibeli di Antam karena menurut saya tak banyak mendapatkan keuntungan, bahkan sedikit merepotkan karena harus dibeli dan dijual lagi di tempat yang sama, dengan harga yang tak banyak berubah juga.

Kalau perhiasan menurut saya mendapat keuntungan dengan bisa memakainya, selain itu bila butuh dana segar bisa dijual di toko emas manapun juga, asal ada kwitansinya, dengan potongan jasa pembuatan, begitupun bila ingin tukar tambah seperti ganti model dan lainnya. Ini bisa saya manfaatkan sebagai investasi dengan menambah berat emasnya untuk nilai simpanan yang nanti bisa dicairkan. Tentu saja karena memilih investasi emas ini hendaknya punya tempat semacam kotak atau box yang aman di rumah agar tidak diincar oleh pihak lain yang juga menginginkannya. Atau bisa disimpan di savety box di perbankan yang dipercaya.

Investasi dalam bentuk apa saja di masa pandemi ini memang butuh lebih cerdas dan cermat lagi, apalagi yang berkaitan dengan materi. Tapi apapun itu, sisakan tujuan baik dengan sharing dan berbagi, termasuk ilmu dan ketrampilan yang didapat untuk meningkatkan kompetensi agar mendatangkan berkah buat sesama dan diri sendiri. Seperti kata pepatah yang mengatakan bahwa ilmu yang diamalkan dengan baik bagaikan air di padang tandus, seperti cahaya yang menerangi kehidupan, manfaatnya dapat dirasakan di dunia dan akhirat.

 

Terima kasih sudah singgah di blog saya. 

Salam sehat dan selalu semangaatt..!.***NZ

Sabtu, 03 Oktober 2020

5 Tips Atur Keuangan Di Masa Pandemi

 

Memang butuh lebih cermat saat mengatur keuangan di masa pandemi seperti sekarang ini, supaya semua kebutuhan bisa tercukupi.

 By Nur Ida Zed

Foto: Nur Ida Zed

    Entah beneran curhat atau sekadar candaan, saya pernah mendengar celetukan dari seorang teman: Gajian itu seperti menstruasi aja, datangnya sebulan sekali dan habis dalam seminggu. Olala, benarkah begitu ? Soal benar atau tidaknya, saya rasa tergantung bagaimana mengaturnya ya. Kalau dibilang kurang, semua orang pasti merasa belum cukup. Tapi balik lagi, kita musti pandai menyiasati masalah ini.

Dalam mengatur keuangan sebenarnya bukan hal yang gampang, karena segala hal yang menyangkut uang memang perlu perhitungan. Ketika terima gaji bulanan misalnya, atau penghasilan yang biasa didapatkan dari hasil kerja kita serta gaji suami, sebaiknya di-manage dengan benar supaya semua kebutuhan yang menyangkut berjalannya kehidupan ini dapat teratasi.  Apalagi di masa pandemi sekarang ini, masalah keuanganpun rasanya  butuh  adaptasi juga ya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Berikut ini adalah tips yang bisa dipergunakan untuk mengatur keuangan di masa pandemi:

1.       1. Catat Semua Kebutuhan. Setiap awal bulan ada baiknya mencatat semua kebutuhan. Selain yang pasti  dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari, periksa lagi apa saja yang perlu dibeli untuk bulan ini. 

    Untuk mengatur keuangan saya biasanya membuat pos sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa pos yang dipisahkan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti belanja bulanan, bayar kewajiban, transportasi, kesenangan, dan yang lainnya. Dibudgeting berapa jumlah yang disiapkan setiap bulan, lalu ditaruh dalam amplop terpisah dengan catatan masing-masing. Sederhana saja ya, tapi saya merasakan manfaatnya karena menjadi lebih tertib dan dapat terkontrol untuk pengeluarannya.

     Setelah berkeluarga kebiasaan itu acap saya terapkan juga. Pos yang bertambah banyak tentu untuk belanja bulanan, terlebih di saat kondisi pandemi sekarang ini, stok makanan yang lebih sehat harus banyak dikonsumsi untuk menambah daya imunitas tubuh kita. Ditambah lagi anak-anak pada sekolah dari rumah, sebagai ibu saya tentu ingin memberikan nutrisi yang terbaik buat mereka.

 

2.       2. Pakai Skala Prioritas. Bila yang utama sudah disisihkan, pilih keperluan yang bisa menunjang aktivitas. Karena masa pandemi ini semua kegiatan lebih banyak dilakukan secara online, maka pelengkapan untuk ini perlu jadi perhatian.

    Pakai skala prioritas mana yang lebih penting harus dibeli, mana yang bisa ditunda untuk lain waktu. Seperti ketika kemarin gadged Puan, putri saya sempat error  kepanasan, seharian tak bisa digunakan, mau tak mau harus beli baru karena banyak informasi dan komunikasi dari sini.  Meski saya di rumah langganan IndiHome untuk saluran internet dan televisi, tapi backup dana untuk kuota data tetap disediakan, menjaga ketika ada gangguan sinyal.

 

3.       3. Tinggalkan Lapar Mata. Di masa pandemi ini, pasti ada beberapa penawaran semacam promosi yang membuat kita lapar mata. Kalau memang menarik dan dibutuhkan, boleh saja dicoba seperti makanan siap santap yang banyak disediakan di aplikasi pengantaran dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan ketika memesan dan menerimanya. Tapi untuk barang yang tidak terlalu urgent, ada baiknya pertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan list satu persatu agar nanti ketika kondisi sudah normal bisa dibeli. Jangan tergoda dengan harga murah, apalagi dengan sistem pembayaran cicilan.

 

4.           4. Kurangi Dana Kesenangan. Di masa pandemi sekarang ini,  ada kebijakan pemerintah  yang harus dipatuhi, seperti membatasi untuk pergi  ke tempat ramai. Aturan ini tentu bisa mengurangi dana kesenangan seperti untuk nongkrong di cafĂ© bareng teman atau belanja di mall dan sekadar kongkow cuci mata, sehingga dana ini bisa dialokasikan untuk keperluan lain, seperti dana kesehata

    Selain itu, jika biasanya ada pos untuk wisata dan rekreasi, ada baiknya disave dulu untuk reschedule dan digunakan lain waktu. Meski ada tempat wisata yang sudah mulai dibuka, kalau memang tidak terlalu penting sih saya memilih untuk ditunda menunggu kondisi normal yang sebenarnya. Lebih baik menciptakan suasana senang bareng keluarga di rumah dengan mendesain ruangan baru atau semacamnya.

5.           5. Tetap Disiplin Menabung.  Meski pandemi, usahakan untuk tetap disiplin menabung. Sisihkan dari semua penghasilan seberapapun itu untuk ditabung. Kalau mungkin simpan di rekening lain supaya tetap aman dan anggap uang ini tidak ada. Hal ini penting juga untuk jaga-jaga ketika ada keperluan mendadak yang tak terduga, juga persiapan di masa tua.  

    Sebelum pandemi, saya biasanya memberi pos mingguan buat anak-anak untuk kebutuhannya seperti jajan, main, transport dan sebagainya. Ketika pandemi, pos  itu tidak dipakai tapi ditabung oleh mereka.

 

Mengatur keuangan itu perlu, karena seberapapun besarnya pendapatan, semua tergantung bagaimana kita bijak menggunakannya. Untuk masalah keuangan ini, saya tetap berprinsip untuk hemat, cermat dan bersahaja. Apalagi di masa pandemi seperti ini, ujung akhirnya belum diketahui secara pasti. So, belanja yang perlu saja, jangan dulu ikuti bila lapar mata. Ya. Bahwa rezeki semua sudah diatur sama Yang Maha Kuasa, berapapun itu, pastikan cukup untuk semua keluarga. Kalau mungkin bahkan berbagi dengan yang lebih membutuhkan tak ada salahnya. Di masa sulit ini, mari kita perbanyak pahala.

Terima kasih sudah singgah di blog saya. Semoga ada manfaatnya yaa…

Salam sehat dan selalu semangaatt.***NZ