Rabu, 22 Januari 2014

Let's Recycling to Save The World



LET’S  RECYCLING TO SAVE THE WORLD
By Nur Ida Zuhayanti


Pada masyarakat modern, recycling telah menjadi gaya hidup. Upaya daur ulang ini bukan saja bermanfaat, tapi juga membawa  pada hidup sehat.



     Pernahkah membayangkan, bila lingkungan sekitar terlihat kotor karena tumpukan sampah yang menggunung? Selain menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan, sampah yang dibiarkan tentu akan menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan, dan menyebabkan bencana banjir. Padahal sampah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari karena merupakan konsekuensi adanya aktifitas manusia untuk berbagai kepentingan, baik itu di kantor, rumah tangga, pasar, sekolah maupun industri. Di kota-kota besar, sampah menjadi masalah yang tak pernah terselesaikan. Lalu bagaimana mengelola sampah agar lingkungan tetap bersih dan bermanfaat? Salah satunya dengan recycling atau daur ulang.

Menjadi Solusi
     Recycle atau daur ulang menurut kamus besar bahasa Indonesia kontemporer, yang disusun oleh Drs. Peter Salim berarti pengolahan kembali benda-benda yang telah dipakai untuk mengambil bahan yang masih berguna. Daur ulang merupakan salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Sedangkan recycling mempunyai makna: menggunakan kembali bahan baku alam dengan mengubah bentuk asli bahan baku tersebut menjadi bahan baru dengan fungsi yang berbeda. Benda-benda yang dirasa tidak berguna dapat didaur ulang menjadi barang lain yang bermanfaat.

Aulia Rachma, misalnya, ibu muda ini mencoba memanfaatkan limbah industri sampah anorganik berupa alumunium foil menjadi bentuk lain yang indah dan berguna seperti anyaman tikar, tas, bunga-bunga cantik, topi dan lainnya. ” Awalnya saya prihatin dengan banyaknya sampah industri dari alumunium foil seperti  bungkus detergent, pewangi, pasta gigi serta aneka snack yang terbuang dan hanya menjadi sampah, ” terangnya ketika saya temui saat acara lokakarya pengelolaan sampah berbasis komunitas yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Pemerhati dan Peduli Lingkungan Hidup (Pepulih) bekerjasama dengan Kementrian Negara Lingkungan Hidup beberapa waktu lalu. Kemudian, berbagai barang kreasinya itu banyak diminati oleh pembeli, hingga memberikan penghasilan tambahan bagi keluarganya.
     


    Recycling ini menjadi salah satu wujud kepedulian kita terhadap sampah dan lingkungan, sekaligus memberikan keuntungan karena mempunyai nilai ekonomi dan dapat menjadi bisnis yang bagus,” terang Maria Purwanto SH,Msi, Sekjen Pepulih yang berkantor di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan itu. “ Selain itu juga merupakan solusi yang sangat dibutuhkan mengingat keterbatasan lahan untuk penampungan dan sulitnya mendapatkan TPA,” tambah Nuning Wirjoatmodjo, penanggung jawab program Unesco Community Based Integrated Waste Management.

Memilih dan Memilah
     Mendaur ulang sampah memang membutuhkan ide dan kreativitas. Tak jarang daya imajinasipun ikut pegang peranan. Karena itulah kita dituntut untuk mencermati jenis sampah yang ada. Pada tahap awal kita harus tahu mana sampah organik dan an-organik. Sampah organik yang biasa disebut sampah basah misalnya sisa sayuran, sisa makanan, daun hijau, daun kering, rerumputan dan lain-lain. Sementara sampah anorganik atau yang kerap disebut sampah padat alias kering terdiri dari kertas, plastik, kayu, tekstil, logam, gelas, sampah bongkahan, sampah B3 –Bahan Berbahaya Beracun dan yang lainnya.

   Memilih sampah untuk didaur ulang bisa dilakukan oleh siapapun. Kegiatan ini dapat dimulai dari rumah, kantor, juga lingkungan sekitar seperti RT, RW, dan seluruh lapisan masyarakat. Setiap sampah yang dibuang hendaknya dipilah, sehingga tiap bagiannya dapat didaur ulang secara optimal. Pembuangan sampah yang tercampur seperti saat ini sebenarnya akan merusak dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi atau mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa didaur-ulang. Belum lagi racun serta lindi yang bersifat toxic yang dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.

     Di negara yang sudah maju, kebiasaan memilih dan memilah ini sudah lama dibudayakan. Pada setiap rumah tangga atau ruangan di sebuah kantor selalu disediakan tempat sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini selain memudahkan untuk recycling, juga menumbuhkan kesadaran agar masyarakat tetap menjaga keharmonisan dan keseimbangan ekosistem yang ada.***NZ
foto-foto: istimewa