Rabu, 26 Juli 2023

Perempuan Perlu Waktu Sendiri

     Haii. Buat perempuan, me time itu perlu lho. Selain bisa rileks, pikiran butuh refresh supaya sehat secara fisik dan mental untuk kemudian siap bekerja dan berkarya lagi.


                                                    Foto: dokpri @nuridazed

     Ada penelitian yang mengatakan kalau kadar stres perempuan lebih rentan daripada laki-laki. Mungkin indikasi utama kaum kita, para perempuan ini lebih banyak menggunakan perasaan selain pikiran dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Ketemu apa sedikit dibawa keki, gak sesuai dengan keinginan keselnya sampai ke hati. Kebanyakan baper ( baca: bawa perasaan) katanya. 

   Selain itu, makhluk yang benama perempuan ini sepertinya diciptakan dengan bakat yang multitasking ya. Artinya dia biasa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Contohnya para ibu yang bisa berperan sebagai ibu rumah tangga, pekerja, pebisnis yang seringkali dituntut menyelesaikan segala sesuatu dalam satu waktu. Saat sedang memasak, bisa sambil menerima telepon dari klien, ngecek tukang servis AC yang datang ke rumah, memastikan urusan anak-anak beres, menyiapkan kebutuhan suami dan semacamnya. Terang saja semua itu butuh effort lebih sehingga rentan dengan stres. Karenanya, me time itu perlu.


Sendiri Sejenak

     Menurut Collins Dictionary, istilah me time atau waktu untuk diri sendiri merupakan kesempatan yang diluangkan oleh seseorang untuk diri sendiri dengan melakukan hal yang menyenangkan dirinya, tanpa intervensi dan kehadiran orang lain. Sendiri sejenak, di situ bisa merenung dan introspeksi tentang apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan dikerjakan. Atau sekedar bersenang-senang saja, santai tanpa beban dan memanjakan diri untuk memunculkan hormon endoprin yang ada dalam tubuh kita.

     Di kota besar seperti Jakarta, banyak tempat yang biasa dipergunakan untuk me time ini. Sarana umum seperti mall, tempat hiburan, cafe and resto serta taman dan perpustakaan kini sudah menjamur si setiap sisi kota. Teman saya pernah cerita, jika ingin me time ia akan pergi ke mall saja karena di sana tak hanya surga belanja, tapi juga bisa ke salon yang memiliki spa, klinik kecantikan, arena yoga dan gedung bioskop yang bisa dimanfaatkan untuk melepas penat, sendiri sejenak. 

      Ah, kalau yang itu sih, me time butuh banyak cuan ya, haha. Padahal untuk me time sebenarnya tak harus selalu mengeluarkan banyak uang. Dilakukan di rumah pun juga bisa, Saya nih kalau mau me time kadang bisa melakukannya di rumah dan tidak mengeluarkan banyak biaya. Misalnya nonton serial korea atau film secara maraton di channel kesayangan Prime Video atau Netflix, kan tinggal duduk manis di depan televisi atau laptop saja. Paling ditemani cemilan atau makanan kecil yang sudah ada. Kadang juga baca buku atau novel sembari mendengarkan musik kesayangan. Begitupun ngeteh di teras sambil menikmati gemericiknya air dari kolam depan, sudah menjadi me time yang menyenangkan.

     Hal sederhana lain biasanya dengan merawat diri seperti maskeran atau creambath di rumah saja, bisa dilakukan sambil selonjoran di sofa. Bagi saya yang penting esensinya bisa menyenangkan diri sendiri dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri. Kalau perlu, sedikit waktu tanpa diganggu dengan urusan apapun, termasuk dering telepon dan notifikasi medsos sehingga jauh dari gadget alias hape. Ini penting sih agar pikiran mejadi benar-benar refresh.


Mengenali Diri Sendiri

     Di saat meluangkan waktu sendirian, di situ bisa merasakan apa yang sebenarnya kita inginkan. Makin mengerti mengenai suasana hati, dan menyadari tentang apa yang dimiliki. Manfaat me time yang bisa dirasakan adalah: lebih mengenali diri sendiri, termasuk suasana hati dan perasaan kita. Ketika sedang sendirian, yang ada di pikiran tentu bagaimana membuat hati kita bahagia dan lebih mencintai diri sendiri (self love) dengan segala kelebihan dan kekurangannya.   

    Dengan me time membuat hati menjadi lebih tenang. Setidaknya dari situ kita belajar mengerti bagaimana ketika mengalami sesuatu diluar dugaan yang membuat khawatir dan panik.    

     Sewaktu mempunyai banyak masalah atau harus menentukan pilihan, biasanya dibutuhkan waktu sendirian. Ibarat sedang menyepi, kita perlu menetapkan hati, menyendiri dan sholat istikharoh agar mendapatkan pilihan dan keputusan yang tepat.

     Me time akan membuat pikiran menjadi lebih fokus dalam melihat sesuatu. Melatih otak kita untuk memberikan mood yang baik sehingga akan memotivasi diri untuk kembali produktif dalam berkarya. Menyusun goal-goal kecil yang diniatkan untuk dicapai setiap hari. Dengan meluangkan waktu me time setiap hari, tak sekedar meningkatkan rasa percaya diri, tapi juga membatu meraih tujuan yang diinginkan. 

     Dan yang terpenting, me time mampu memunculkan rasa syukur terhadap Yang Maha Kuasa dengan apa yang sudah kita miliki. Ibarat jeda, ini saatnya berkaca dan merasakan kebesaran Tuhan yang telah begitu banyak diberikan kepada kita sebagai berkahNya. Biasanya sekitar tiga puluh menit saja, saya berdzikir usai sholat subuh sebagai me time yang mampu memberikan kekuatan dan semangat agar dapat kembali menghadapi hari dengan hati yang lapang dan bahagia. 

     Bagaimana me time kalian? Lakukan dengan senang hati ya, agar manfaatnya bisa terasakan.     

     Salam sehat dan selalu semangat. **NZ


 

Kamis, 20 Juli 2023

Menjaga Self Esteem Agar Tetap Positif

     Kadangkala ada yang merasa terusik ketika melihat pencapaian orang lain. Eit, tunggu dulu. Setiap manusia punya kompetensi pada porsinya ya. Jaga self esteem agar merasa tetap positif dan berdaya.


                                                Foto: dokpri @nuridazed

     Di era literasi digital sekarang ini setiap orang bisa mengintip aktivitas orang lain, setidaknya melalui media sosialnya. Meski kadang tak semua bisa terekspose, atau tak ingin diekspose, tapi tidak bisa dipungkiri bila medsos dapat menjadi sarana efektif untuk memperlihatkan perjalanan hidup seseorang termasuk pencapaiannya. Sebagai contoh kecil saja lewat aplikasi WhatsApp (WA), yang hampir setiap orang memiliki di ponselnya. Di situ ada story yang seringkali dipergunakan untuk menunjukkan aktivitas harian hingga dapat dilihat oleh orang lain di circlenya. Seperti saat jalan-jalan, makan-makan, kumpul-kumpul atau aktivitas bisnis dan pekerjaan, serta kegiatan lain yang bisa membuat banyak orang melihat bahkan mengikutinya. Begitu juga dari medsos lain seperti instagram, facebook dan yang semacamnya.

     "Wah, dia sudah sukses sekarang," begitu kata seorang teman mengomentari teman lainnya. Saat saya tanya bagimana dia bisa tahu padahal sudah lama banget tidak ketemu, teman ini bilang kalau dia mengikuti sosmednya. Setiap posting menurutnya seringkali menunjukkan indikasi kesuksesan yang bisa membuatnya terusik dan rendah diri di saat membandingkan dengan posisinya saat ini.

     Ah, sebegitunya ya. Padahal sih hal ini tak perlu terjadi ketika kita bisa menjaga self esteem positif yang akan memberikan rasa percaya diri sehingga tidak lagi merasa terusik dengan kesuksesan dan pencapaian orang lain. Self esteem yang menyangkut masalah harga diri seseorang ini memang bisa saja terganggu saat kita tidak bisa menjaganya agar tetap positif. Berbagai pengaruh dari lingkungan sekitar dapat mendominasi kendali diri sehingga akan berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang kita kepada sesuatu hal secara obyektif.

     

     Ada beberapa cara menjaga self esteem agar tetap positif, antara lain:

     *Pahami diri sendiri karena hanya kita yang mengerti dan mengenali diri kita ini. Apa yang menjadi kelebihan kita, seperti potensi, passion, kesukaan dan semua yang bisa membuat semangat dalam menjalani hidup. Begitupun tentang kekurangan sendiri, misalnya tak suka basa basi, lebih senang menyendiri, kurang bisa berdiplomasi, sedikit pemarah dan hal lain yang kadang membuat diri kita merasa tak nyaman.

     * Fokus pada tujuan hidup, dan tak perlu mempedulikan orang lain yang kadang membully, meragukan kemampuan kita dan membuat insecure sehingga pemikiran akan terbagi. Anggap biasa saja apabila orang lain mendapatkan pencapain tertinggi dan menunjukkannya sebagai penambah motivasi. Ada kesuksesan dan kegagalan, keduanya akan datang dan pergi bagai roda yang berputar.

     * Berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, terhadap apapun yang bisa membuat hati dan pikiran tersiksa. Bahwa semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. Bila terlihat hebat di medsos, misalnya, belum tentu tidak ada sisi buruknya, karena tak ada manusia yang sempurna. Lebih baik bersyukur dengan apapun yang dimiliki dan memberdayakan diri dengan kreatifitas dan karya.

     Perlu dipahami bahwa kesuksesan dan kehebatan tak hanya datang dalam sekejap saja, tapi pasti ada effort dan butuh perjuangan yang tidak gampang. Lebih baik gali prestasi dan kelebihan yang kita punyai. Orang lain bukanlah kita, kalau saat ini merasa biasa-biasa, saatnya perlu kerja dan usaha lebih baik lagi agar bisa makin berjaya. 

     *Ketika sudah berusaha keras dan berjuang dengan tujuan, maka belajar menerima keadaan dengan rasa syukur dan baik-baik saja. Percaya bahwa apa yang kita miliki saat ini adalah yang terbaik menurut Yang Maha Kuasa sehingga tak perlu merasa cemas apalagi depresi menghadapinya.

     *Kalau mungkin, jalin relasi yang positif dengan berkolaborasi dan saling sharing dengan teman lain yang memiliki visi misi sama. Atau dengan orang yang dirasa lebih sukses agar dapat mengambil pelajaran yang baik demi kemajuan kita. Tak perlu merasa rendah diri, apalagi sakit hati karena masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangan.  Jangan pelit ilmu agar berkahnya tak akan hilang dan  bisa terasakan.

   *Selalu berfikir positif terhadap segala sesuatu yang berkembang. Hindari rasa pesimis dan merasa disepelekan manakala orang lain menerima kesuksesan. Tetap jaga self esteem agar tetap positif supaya berpengaruh positif juga terhadap lingkungan sekitar.


     Self esteem terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungan. Ketika hubungan memberikan sesuatu yang menyenangkan, maka self esteem menjadi positif. Begitupun sebaliknya, ketika lingkungan memberikan sesuatu yang tidak menyenangkan, maka self esteem akan menjadi negatif. Menurut Coopersmith dan Walgito, self esteem ini merupakan proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri. Self esteem yang menyangkut harga diri ini mengarah pada hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. 

     Nah, untuk menjaga self esteem agar tetap positif, sebaiknya selalu ditimbulkan dari pikiran yang positif juga ya. Tak perlu khawatir terhadap pikiran orang mengenai diri kita, serta penilaian orang lain terhadap kita. Bagaimana nih menurut teman-teman? Kalau saya sih, ambil yang menguntungkan dan bermanfaat buat diri kita, yang merugikan dibuang saja.  

     Salam sehat dan selalu semangat!***NZ




Senin, 17 Juli 2023

Anakmu Juga Sahabatmu

     Anak adalah amanah. Sejak dia dititipkan di rahimmu, lalu dilahirkan, maka bimbing dan didiklah sebisamu. Berikan yang terbaik sesuai jamannya, sebagai ibadah. 

                                                foto: dokpri @nuridazed

     Sebelum menjadi manusia dewasa, bahkan orang tua, setiap kita merupakan seorang anak yang dilahirkan oleh ibunya. Karena itulah ketika kemudian dipercaya menjadi orang tua, menjadi ibu dan memiliki anak, tentunya harus ada rasa tanggung jawab dan kasih sayang, setidaknya seperti yang telah kita terima dahulu. Serta memastikan anak selalu bahagia.

    Pada setiap keluarga tentunya memiliki cara masing-masing ya, untuk membuat anak bahagia. Kenapa musti bahagia, karena dari rasa bahagia ini akan menghadirkan energi positif yang dapat memantikkan keinginan baik yang dibutuhkan oleh semua anak. Bahagia anak akan hadir pada keluarga yang bahagia, terutama pada seorang ibu. Karena bahagia itu sifatnya menular ya, seringkali auranya memberikan impact pada orang-orang di sekitarnya, termasuk anak kita. Saat merasa bahagia dan sehat, anak akan bisa lebih mudah berekspresi dan bereksplorasi dengan apa yang sudah dimiliki, lebih percaya diri serta dapat menyiapkan diri untuk masa depan yang baik demi kesuksesan dalam hidupnya. 

     Membuat anak bahagia bukan tentang memberikan kesenangan dengan apapun yang diinginkan, lho, seperti membelikan barang-barang mahal kesukaan yang langsung bisa membuatnya berhenti merengek dan menangis karena merasa puas meski hanya sesaat. Tapi justru sebaliknya, memberikan kebahagiaan yang hakiki dari dalam hati, seperti perhatian dan kasih sayang tulus sehingga manfaatnya akan melekat sepanjang masa. Tak hanya dimanja dan dibekali sebongkah materi, tapi lebih kepada bagaimana kita mendidik dan membimbing mereka dengan hal yang semestinya.


Anak Juga Sahabat

     Belum lama ini saya pernah membaca sebuah buku yang menuliskan nasehat dari Ali bin Abi Thalib mengenai bagaimana mendidik anak. Di situ dituliskan bahwa didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu. Artinya sebagai orang tua, apalagi seorang ibu, hendaklah mengetahui, mengerti dan memahami dunia anak masa kini, dengan mengikuti perkembangan anak di jamannya. 

     Kalau jaman dulu mungkin hirarki antara orang tua dan anak begitu jauh terasa bedanya ya. Orang tua seolah memiliki hak otoriter terhadap anak, termasuk soal perintah boleh atau tidak boleh. Hal yang sudah diputuskan oleh orang tua yang tidak boleh ditolak dengan alasan anak harus patuh terhadap orang tua, maka bila tidak mengikuti perintah akan menjadi anak durhaka. Sehingga anak tidak punya kesempatan untuk memberikan alasan dan argumentasi jawaban yang dia yakini. Bahkan apapun yang menjadi keputusan orang tua seperti peraturan yang mengikat dan tak boleh dilanggar meski tidak sesuai dengan keinginan. Hmm, terpaksa seperti jaman Siti Nurbaya saja. Hal yang membuat anak sering menyimpan jiwa pemberontak dan cenderung balas dendam. Namun tak bisa disalahkan, karena jaman dan keadaan membuat kondisi yang demikian. 

     Walaupun gaya parenting seperti itu tidak sepenuhnya salah juga sih, tapi untuk jaman sekarang ini rasanya kurang tepat bila diterapkan. Ketika ingin memberikan nasehat atau memberitahu tentang sebuah kesalahan, tidak lagi bisa disampaikan dengan paksaan dan kekerasan. Ya, karena seringkali mereka memiliki alasan terhadap apa yang menjadi keputusannya itu sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

     

     Masih menurut Ali bin Abi Thalib, ketika mendidik anak sebaiknya diperhatikan masalah usia mereka. Dan ini bisa dibagi menjadi tiga kategori, yakni untuk anak hingga usia tujuh tahun, perlakukan anak seperti seorang raja. Penuhi apa keinginannya, berikan yang terbaik, termasuk pendidikan, kesehatan, makanan dan kebutuhan lain karena termasuk masa emas yang akan menentukan masa depannya. Anak usia ini merupakan usia yang membutuhkan perhatian khusus karena anak akan merekam dengan baik semua kejadian dan perlakuan yang dialami melalui memori terdalam yang dimiliki sehingga akan berpengaruh terhadap karakter dirinya kelak. Perlakukan dengan kelembutan dan kasih sayang maka kelak mereka akan tumbuh menjadi orang yang lembut hati dan penyayang juga, karena di tahap ini anak belajar dari melihat sikap orang tuanya.

     Kemudian ketika berusia tujuh hingga 14 tahun, perlakukan mereka seperti tawanan, yang selalu didampingi, diawasi dan diperhatikan serta diingatkan mengenai akhlak dan akidah,  hak dan kewajiban,  punishment and reward, lalu diberikan hukuman di saat melakukan kesalahan. Diberitahu mana yang salah dan yang benar, serta bagaimana konsekwensi dari suatu perbuatan yang telah dilakukan, sebab dia mulai berbaur dengan masyarakat dan kehidupan yang sebenarnya. Sedangkan anak usia di atas 14 tahun, perlakukan anak sebagai seorang sahabat yang mampu memberikan ketenangan dengan bertukar pikiran. Berikan teladan yang baik secara bersamaan karena harus membangun mental dan spiritual dalam dirinya.


Diskusi dan Solusi

     Dalam perjalanan mendampingi anak dari lahir hingga saat ini, tentunya  tak lepas dari berbagai kendala yang seringkali dihadapi. Dua anak saya yang menginjak dewasa dan masih remaja tentu berbeda teatment dalam menanganinya. Terhadap Puan, anak perempuan saya tak lagi bisa diterapkan sama seperti kakaknya yang laki-laki, meski memiliki 'azaz' yang tak beda, yakni demokrasi. Dalam beberapa permasalahan yang dihadapi, saya lebih menyukai menyelesaikan dengan cara diskusi. 

     Saya mulai dari cara pandang dan apa yang menjadi buah pikiran anak-anak sehingga mengetahui latar belakang, alasan dan tujuan yang diinginkan. Kemudian saya pun mengemukakan pendapat saya sebagai seorang sahabat yang selalu saling mendukung dan memahami. Sesekali bisa saja berdebat dalam mengemukakan argumentasi, tapi kemudian sama-sama menemukan satu solusi yang disepakati bersama. 

     Ada konsekwensi sebagai rasa tanggung jawab dalam kemandirian mereka ketika menentukan passion dan bagian dari tujuan hidupnya. Tidak semua mudah, bahkan harus mengalami berbagai tantangan agar memberikan effort yang berarti. Sepanjang perjalanan musti dilewati dengan penuh rasa syukur bahwa setiap manusia memiliki jalan kebaikannya sendiri.  

     Sekali lagi nih, anak adalah amanah. Titipan Sang Khalik yang harus dijaga dan didampingi agar membawa pada keberkahan hidup hingga akhir nanti. Kelak, sebagai orang tua, kitapun akan dipertanyakan mengenai hal ini sebagai tanggung jawab dari Illahi Robbi. Insya Allah, dari anak yang sehat dan cerdas, sholeh solehah akan memberikan generasi hebat sebagai pembawa tongkat estafet di masa depan nanti. 

    Selamat Hari Anak Nasional 2023.

    Salam sehat dan selalu semangat!!***NZ