Rabu, 30 Maret 2022

Menjadi Kreatif a la Yoris Sebastian


        Untuk menjadi pribadi yang kreatif tentu butuh kiat khusus ya, dan buku ini akan menjawab semuanya. 101 Creative Notes dari Yoris Sebastian edisi Bahasa Inggris ini recommended banget!

by Nur Ida Zed

                                Foto Istimewa

        Menghadapi situasi yang semakin maju saat ini semua orang perlu kreatif dan produktif. Kehidupan yang begitu dinamis dengan berbagai perubahan seolah menuntut kita dan generasi muda, khususnya untuk terus melakukan kegiatan dengan mengupdate diri demi menunjang masa depannya. Dan kreatif adalah kata kunci agar tetap struggle dan selalu berkembang mengikuti semua perubahan. Tak ada yang tak mungkin bagi orang kreatif dalam meraih mimpi dan segala harapan saat punya keinginan ketika terus berusaha hingga mendapatkannya.

        Kata kreatif ini lalu mengulik Yoris Sebastian untuk menuang dalam bukunya 101 Creative Notes. Edisi Bahasa Inggris yang telah mengalami penyesuaian dalam beberapa bab dari edisi sebelumnya karena situasi pandemi yang dialami selama ini. Terang saja, kondisi yang mau tak mau harus dihadapi tak boleh membuat apatis hingga menjadi pesimis dalam melihat kehidupan. Justru sebaliknya, bagi orang kreatif adalah peluang yang mampu membangkitkan semangat dan pandai mengatasi segala kendala yang ada.

        Saya suka membaca buku ini karena memberikan motivasi dan arahan agar terus mencapai konsep ikigai yang ada dalam diri kita menuju pada passion kedamaian dan kebahagiaan. Bahkan ketika itu sudah tertanam, fokus pada tujuan awal sehingga akhirnya bisa berbagi dan memperoleh banyak manfaat dari berbagai sisi.  


                                        Foto: Dokpri

        Membagikan berbagai personal notes dalam 101 cara yang selama ini dilakukan sehingga bisa merubah dari orang yang biasa-biasa saja menjadi salah satu sosok yang kreatif di Indonesia saat ini. “Saya semakin yakin bahwa kreativitas itu bisa dilatih dan bukan faktor bawaan,” terang Yoris Sebastian, saat press conference dan peluncuran bukunya yang ke-10 secara virtual waktu itu. Sebelumnya Yoris telah menulis 7 buku mengenai kreativitas dan inovasi serta 2 buku tentang generasi milenial. Sejak buku pertamanya “Oh My Goodness: Buku Pintar Seorang Creative Junkies” yang terbit pada tahun 2010, Yoris telah banyak berbicara mengenai kekuatan ekonomi kreatif dan telah membantu banyak wirausahawan kreatif muda baru untuk berkembang.

         Buku ini berisi tips dan semacan acuan yang diberikan melalui ilustrasi desain dan foto yang menarik sehingga mudah dipahami secara visual bagi pembaca yang ingin lebih kreatif, termasuk saya. Serta menuang sisi kehidupannya yang kemudian berubah semenjak istrinya mengandung dan melahirkan dengan membuat perubahan siklus ketika harus tetap menjadi kreatif, termasuk soal waktu atau moment dimana semua kegiatan akan beradaptasi dengan situasi dan keadaan. 

        Dalam bukunya ini Yoris juga menuang kebiasaan-kebiasaan pribadinya mulai dari Separate Work and Personal Area dimana harus memisahkan antara pekerjaan dan area pribadi, Start Your Very on Creative Circle dengan memulai lingkaran kreatif, Meet Strangers Regularly tentang bagaimana bertemu dengan orang asing secara teratur sampai Fight Your Feeling Not Your Body.  Berbagai jurus pribadi juga dibeberkan di dalam buku ini, seperti Great Expectation yang merupakan harapan besarnya, Imaginary Interview, Working without Seing Clocks agar bekerja lebih fokus tanpa melihat waktu, Novel Solution tentang bagaimana mencari solusi baru, hingga The Hours of Silence yang mengemukakan saat-saat sunyi dimana lebih mudah mendapatkan inspirasi.

                                                        Foto: Dokpri


        Ya. Membaca buku ini seolah saya mendapat insight baru mengenai bagaimana harus kreatif dari seorang kreatif yang sesungguhnya. Mengalir ringan tanpa beban apalagi sebagai paksaan ketika habit untuk menjadi kreatif telah ada. Dalam Bahasa Inggris yang mudah dipahami, buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini sangat recommended untuk dibaca.

        Dan kamu, mau jadi pribadi kreatif juga, kan?

       Salam sehat dan selalu semangat..!**NZ

Minggu, 27 Maret 2022

Lontong Tahu Blora Bikin Kangen Saya


         Mengingat masakan kesukaan seolah mengundang rasa kangen untuk mudik ke kampung halaman dan bercengkerama bersama keluarga serta teman-teman lama. Apakah kamu juga pernah merasakannya?

by Nur Ida Zed


                            Foto: Dokpri Nurul Hidayah

        Waktu kecil dulu saya sering dibelikan lontong tahu oleh ibu, di warung langganan yang tak jauh dari toko pakaian milik ibu saya. Kalau kebetulan libur dan ikut bantuin, atau setelah pulang sekolah dan mampir, seporsi lontong tahu ini sangat lezat buat sarapan atau makan siang. Duduk dekat ibu sambil makan begitu, terasa kenikmatan luar biasa yang sangat mengesankan.

         Oya, saya lahir dan dibesarkan di Blora, salah satu kota kabupaten di Jawa Tengah yang mulai naik daun karena banyak proyek pemerintah yang sedang dikembangkan di sana. Diantaranya bandara Ngloram dan Bendungan Randugunting yang beberapa waktu lalu baru diresmikan oleh Presiden Jokowi. Dan tentang makanan kesukaan ini, lontong tahu bisa dibilang menjadi salah satu icon karena banyak dicari, dan tentu saja “ngangeni”. Setiap kali pulang ke sana, sepiring lontong tahu selalu menjadi sajian yang sangat ditunggu. Saat ada acara keluarga atau reuni, lontong tahu juga menjadi makanan favorit yang melengkapi selain sate ayamnya. Bahkan ketika ada acara resmi seperti kedatangan tamu dari kota lain, semacam pejabat yang sedang kunjungan kerja, makanan tradisional ini menjadi pilihan dari salah satu menunya.

         Entah, lidah terasa melekat dengan taste daerah yang seolah telah mendarah daging. Padahal kalau dipikir-pikir, sama saja layaknya makanan dengan adonan saos bumbu kacang seperti pada ketoprak, karedok, gado-gado dan makanan lain ya, tapi kok tetap saja terasa beda, ada khas yang ditinggalkan untuk lontong tahu ini.

        Benar saja, bagi diaspora seperti saya yang sudah lama meninggalkan kota kelahiran, sesuatu yang ingin dirasakan lagi saat sempat kembali adalah makan lontong tahu ini. Sungguh. Pernah suatu kali saya menemukan masakan ini di Jakarta, pakai nama Lontong Tahu Blora, tapi rupanya tak selezat dengan yang dijual di tempat asalnya. Mungkin racikan dan cara membuatnya yang tak bisa tergantikan, meski bahan bakunya sama. Sama-sama berbahan dasar lontong  dan tahu yang digoreng serta tauge, lalu diguyur dengan saos bumbu kacang dicampur sedikit kecap manis  dan taburan bawang goreng,  tapi cara penyajiannya terlihat khas dengan sentuhan kacang goreng yang dibiarkan utuh dan kucai. Satu lagi, bumbu kacangnya yang begitu lembut dan lumek ini  diuleg  oleh penjualnya di setiap porsi, sehingga terasa istimewa saat dinikmati.

 

Dibungkus Daun jati

        Kini banyak penjual lontong tahu di Blora sebagai sarana melestarikan makanan tradisionalnya. Bahkan oleh pemerintah daerah sudah disediakan tempat kuliner khusus daerah ini seperti Koplakan dan Teras Grojokan sehingga lebih nyaman buat nongkrong sambil makan. Saat dine in, atau makan di tempat, lontong tahu ini akan disajikan dengan piring beling yang kadang dilapisi daun jati, begitupun saat take away atau dibawa pulang biasanya akan dibungkus dengan daun jati yang menjadi ciri khas dari kota Blora ini.

        Daun jati agaknya tetap akan dilestarikan sebagai penyempurna makanan tradisional ini daripada daun pisang maupun kertas saji. Terus terang saya juga suka karena di saat makan terasa bertambah nikmatnya dengan sensasi sedikit getas-getas gimana gitu, sehingga lebih lezat ketika menyuapnya hingga sendok terakhir pada bumbu kacangnya yang menyelip di sela jari-jari daun jati. Yuummyy..!

        Nah, buat yang ingin mencoba makanan tradisional ini sebenarnya tidaklah sulit untuk membuatnya. Berikut menu Lontong Tahu Blora:

Bahan:

-          - Lontong, terbuat dari beras yang dibungkus daun pisang.

-          - Tahu yang digoreng, diiris segi empat semacam kotak ukuran dadu.

-          - Tauge, diseduh dengan air panas hingga matang dan ditiriskan.

-          - Kacang tanah yang sudah digoreng

-          - Kecap manis.

Bumbu:

-          - Cabe rawit, bawang putih, daun jeruk, sedikit garam, jeruk nipis

Cara membuat:

-          * Kupas lontong dan iris sesuai selera, lalu atur di atas piring, berikan irisan tahu goreng, kemudian tauge yang sudah matang, selanjutnya tuangkan saos kacang yang sudah siap dihaluskan dengan bumbu yang sudah digoreng dan dicampur sedikit kecap manis serta air matang. Taburi bawang goreng, kacang goreng utuh serta kucai.

        Agar semakin lengkap, ketika menikmati lontong tahu ini bisa ditambah dengan kerupuk putih atau tempe goreng persegi. Hmm..jadi makin kangen aja saya rasanya. 

        Apa makanan tradisional kesukaan di daerahmu?

        Salam sehat dan selalu semangat..!**NZ

Kamis, 24 Maret 2022

Inspirasi Spot Favorit

   

         Kamu tim yang suka ruang simple atau konvensional saat mengerjakan tulisan? Buat saya sih, spot favorit itu yang penting nyaman.

By Nur Ida Zed



        Diakui atau tidak, pandemi ini membuat kita menjadi lebih rajin bebenah ya. Terang saja, karena banyak aktivitas yang sering dikerjakan di rumah saja, apalagi dengan adanya peraturan pemerintah soal PPKM waktu itu dengan mengharuskan bekerja dari rumah atau WFH- Work From Home serta PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh bagi anak sekolah yang musti dilakukan dari rumah juga via online dengan zoom meet atau google meet. Untuk menunjang keperluan ini biasanya butuh area tertentu yang akan menjadi spot favorit agar bisa menghadirkan inspirasi, baik ketika suasana santai maupun yang berkaitan dengan pekerjaan.

        Tak harus memiliki tempat yang luas atau ruangan lapang agar merasa nyaman saat kita sibuk dengan tugas dan kegiatan sehari-hari ini. Dengan memanfaatkan area yang ada di rumah pun dapat menciptakan sudut favorit yang cukup fungsional. Seperti di salah satu sisi kamar, misalnya, atau di ruang keluarga, sisi ruang tamu serta ruang makan. Bahkan mungkin sesekali memilih suasana out door di teras rumah atau di taman belakang agar dapat nuansa yang alami dengan semilir angin sepoi-sepoi serta pemandangan hijau segar dari tanaman hias dan pepohonan nan asri.

        Sebenarnya sih tidak hanya itu saja, ruang yang nyaman bisa membuat kita betah berlama-lama di sana. Bahkan seharian kerasan sampai uplek-uplek di situ juga hingga tak kenal waktu. Lalu spot yang seperti apa yang dapat menjadi inspirasi sudut favorit?

1.       Nyaman dan Fungsional

Agar menjadi spot favorit, pilih sisi ruang yang nyaman. Tak harus luas kok, sedikit ruang juga dapat dibuat kesan minimalis saat mendesainnya. Bagi saya yang penting fungsional. Pastikan cukup untuk meletakkan peralatan yang dibutuhkan ketika bekerja, seperti laptop dan semua penunjangnya. Pilih yang tidak jauh dari stop kontak (baca: colokan) listrik,  agar lebih mudah bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Misalnya saat mau mengisi batere laptop yang mulai habis, ngecas hape, menyalakan ringlight dan peralatan listrik lainnya.

2.       Cukup Cahaya dan Sirkulasinya

Spot favorit sebaiknya tidak berkesan gelap dan memiliki cukup cahaya agar dapat membuat nuansa segar saat sedang bekerja. Suasana gelap dan remang-remang gitu kurang bagus juga buat kesehatan mata, kan.  Selain itu, area yang terang juga akan berkesan lapang, bersih dan rapi serta enak dipandang, sehingga akan lebih mudah memunculkan ide-ide cemerlang dan kreativitas brilliant.

 

Selanjutnya perhatikan juga sirkulasi udara di dalam ruangan. Letakkan AC di tempat yang sesuai dan tidak langsung mengarah ke kepala agar tidak pusing karena terlalu kedinginan. Ketika memilih suasana outdoor seperti di teras atau taman, perhatikan juga sisi keamanan. Letakkan perangkat lunak seperti laptop di tempat yang massif sehingga tidak mudah jatuh karena tersenggol tanpa sengaja.

3.       Dekat Jangkauan Internet / wifi

Yang tak kalah penting, sudut favorit untuk penulis, blogger dan podcaster seperti saya, jangkauan internet yang stabil tentu sangat dibutuhkan saat bekerja. Ketika ingin searching data untuk bahan tulisan, serta sarana agar tetap terhubung dengan rekan kerja maupun teman-teman. Begitu juga bila ingin santai sambil baca, mendengarkan musik, nonton film di netflik, telegram atau you tube, juga ketika waktunya upload.

 

Apalagi disaat berkegiatan online seperti zoom meet atau google meet, jangkauan internet atau wifi yang stabil ini akan sangat mendukung agar tidak terkendala di tengah jalan dan berjalan lancar. Nggak enak juga, kan, kalau sedang meeting pas mau ngomong malah keluar masuk room karena gangguan jaringan.  

4.       Lengkapi dengan Ornamen Kesayangan

Buat yang suka pernak-pernik, berikan sentuhan ornamen kesayangan sesuai dengan style yang disuka. Seperti deretan buku-buku yang dipajang, tumbuhan artificial atau lukisan, foto dan pajangan lainnya agar sudut favorit ini menjadi spot yang cantik. Namun bila tidak, seperti saya lebih suka tatanan yang polos saja agar lebih mudah saat memasang green screen bila sewaktu-waktu berkegiatan online dan membutuhkan background.

         Pilihan pojok ruang untuk spot favorit sebenarnya bisa menjadi inspirasi desain yang menawan sesuai dengan keinginan. Banyak teman yang menghiasinya dengan melengkapi interior cantik agar terlihat instagrameble dan bikin menarik. Kalau saya lebih suka yang simple, nyaman dan fungsional karena bila sedang banyak deadline tulisan maupun podcast bisa saja jadi berantakan. Dan ini kadang justru akan menambah adrenalin saya dalam pekerjaan agar bisa segera terselesaikan. Haha.

         Kalau kamu bagaimana?

         Salam sehat dan selalu semangat..!***NZ

Senin, 21 Maret 2022

Membalas Kebaikan Dengan Doa


        Pernah menerima kebaikan hati dari orang yang baru ditemui, lalu tak pernah berjumpa lagi? Saya selipkan doa dan rasa terima kasih ini.

by Nur Ida Zed



        Perjalanan masih separo lagi waktu itu, ketika tiba-tiba merasakan ada yang tak beres dengan mobil kami. Bukan masalah bensin habis, ban bocor atau mesinnya, tapi seperti dari salah satu kaki yang terasa beda di depan sebelah kiri. Ah, padahal kata suami sudah dicek sebelum berangkat tadi. Tapi namanya juga kendala, datangnya tanpa diduga dan kadang tak bisa diprediksi. Jadi ya sudahlah, jalannya pelan-pelan saja sambil mencari bengkel siapa tahu masih ada yang buka.

        Tapi senja kemudian telah menghilang, dan malam mulai menjelang. Setelah meniti perjalanan begitu lama, tak terlihat bengkel di kanan kiri jalan, hanya menemukan warung kecil dengan lampu menyala, seperti rumah penduduk biasa. Maklumlah, waktu itu sudah lama sekali, jalanan masih sepi, belum banyak pertokoan menjamur seperti sekarang ini. Dan kami, saya, suami serta anak yang masih balita mau menengok neneknya yang ada di daerah karena ada acara keluarga.

       “Coba kita tanya,” kata saya pada suami seraya meminta untuk berhenti. Kami lalu turun dan bertanya sekiranya ada bengkel di sekitar sini. Rupanya bapak yang saya tanya ternyata mantan orang bengkel, tapi sudah tidak beroperasi entah karena apa. Kemudian dia periksa sebentar, kemungkinan lahernya, katanya. Olala. Jadi sebaiknya onderdil ini harus diganti ya, karena kalau diteruskan takut lebih parah, apalagi membawa anak kecil.

        Setelah diskusi sebentar, suami menelpon saudaranya yang lumayan dekat dengan lokasi, katanya mau dijemput dan diminta menunggu sebentar lagi. Tapi setelah lama menunggu, ternyata tak juga muncul, sampai akhirnya si bapak bengkel tadi selesai memperbaiki. Lalu ketika kami pamit meneruskan perjalanan dan mau membayar jasa bengkel, si bapak menolak seraya berkata, tidak usah, sudah dibayar mawi paseduluran kemawon. Ya Allah, saya jadi trenyuh, katanya tak perlu bayar jasa sebab sudah dianggap saudara. Mungkin karena kami sempat ngobrol panjang lebar sembari menunggu tadi, dia bilang pernah merasakan hal yang sama saat anaknya masih balita. Jazakallahu khairan.  

        Ya. Kejadian malam itu membuat saya terkesan, kebaikan bisa datang dari siapapun juga, tidak hanya lewat saudara, kerabat atau teman dekat, bahkan dari orang yang baru diketuk pintu rumahnya. Sayangnya, ketika beberapa tahun setelah itu saya lewat lagi, bermaksud mampir dan membeli makanan kecil seperti dulu, rumah dan warungnya sudah tidak ada.  Waktu itu saya sempat menanyakan namanya, tapi entah karena sudah begitu lama saya lupa, tapi tidak dengan kebaikannya.

 

Cara Membalas Kebaikan

         Tak berhenti sampai di situ, saya merenungi hikmah dari kejadian ini sebagaimana dalam Al-Quran Surat Ar-Rahman ayat 60 yang artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan juga”. Dan saya akan meneruskan kebaikan ini kepada orang lain sebagai balasan atas kebaikannya.

        Memang selayaknya manusia berbudi ketika menerima kebaikan sudah seharusnya membalas dengan kebaikan pula. Seperti yang tertuang dalam HR. Ahmad yang mengatakan; “Dan barang siapa yang berbuat baik kepada kalian, maka balaslah (kebaikannya) dengan kebaikan yang setimpal.Dan jika kalian tidak mendapati sesuatu untuk membalas kebaikannya maka berdoalah untuknya sampai kalian merasa telah membalas kebaikannya”. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan bahkan yang dianjurkan oleh Nabi. Antara lain:

1. Ucapkan Terima Kasih

Satu kata yang wajib dilakukan untuk membalas kebaikan adalah mengucapkan terima kasih. Sesuatu yang begitu mudah, namun bisa menunjukkan adab seseorang itu rendah hati dan tidak sombong (seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya Say Thanks for Everything  ). Ucapan terima kasih yang dilakukan dengan tulus merupakan ungkapan rasa syukur dan akan memberikan kebahagiaan sebagai balasan kebaikan. Terhadap bapak bengkel itu saya juga melakukannya, karena tidak mau dibayar jasanya, sebagai ganti saya membeli banyak makanan kecil yang dijual di warungnya itu untuk ucapan terima kasih juga.   

2. Berikan bingkisan

Agar tetap terjalin silaturahmi yang baik, bila mungkin berikan bingkisan sebagai bentuk perhatian telah memberi kebaikan agar membuatnya senang. Tak harus mahal, semacam cendera mata atau apapun untuk mengingat moment kenangan.   

3. Ceritakan Kebaikannya

Meski tak pernah bertemu lagi, ceritakan kebaikannya pada orang lain agar kita tidak serta merta melupakannya. Bahwa masih ada orang baik di dunia ini yang dengan tulus mau membatu, ikhlas tanpa pamrih dan  tidak malah memanfaatkan serta ngelabui. Saya tulis cerita inipun bermaksud sama, dalam rangka memberikan inspirasi tentang kebaikan hati yang ternyata ada, dan saya pernah mengalaminya.

4. Doakan Yang Terbaik

Meski terdengar sepele, doa merupakan salah satu yang bisa dilakukan untuk membalas kebaikan. Saat tak bisa bertemu lagi, doakan yang terbaik agar diberi kesehatan, umur panjang, berlimpah rezeki dan selalu dalam lindungan Tuhan. Doa adalah ungkapan rasa yang langsung menuju kepada Yang Maha Kuasa. Segala kebaikan akan ditumpahkan lewat ketulusan doa. Terhadap bapak ini dan keluarga saya juga menyelipkan doa layaknya saudara.

5. Tanamkan Kebaikan Yang Sama

Balaslah kebaikan yang telah diberikan dengan kebaikan yang sama pada orang lain, agar energi positif ini menjadi rantai kebaikan yang memberikan manfaat buat semuanya. Sekecil apapun, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula.

        Pada intinya, jangan sampai melupakan kebaikan seseorang karena dalam menjalani kehidupan ini hendaklah saling membantu dan menebar kebaikan. Percayalah Tuhan pasti akan membalasnya meski tidak lewat tangan yang sama. Ketika kita memberi kemudahan pada orang lain, niscaya akan membuat kemudahan untuk jalan kita sendiri, begitupun sebaliknya.

       Salam sehat dan selalu semangat..!**NZ

Minggu, 20 Maret 2022

Berdamai Dengan Inner Child


        Tanpa disadari trauma masa kecil kadang bisa berpengaruh pada seseorang hingga usia dewasa, lho. Bila itu negative, maka berdamailah dengan inner child ini.

by Nur Ida Zed


                                            Foto: Pinterest

        Istilah inner child seringkali kita dengar berkaitan dengan luka batin seseorang. Pengalaman masa kecil saat mendapatkan pola pengasuhan yang salah, misalnya bisa saja menyisakan trauma yang sulit diobati, bahkan melekat dan akan menjadi kendala yang berpengaruh terhadap karakter dan perkembangan mentalnya. Seperti perceraian dalam keluarga, kematian orang yang disayangi, kekerasan dalam rumah tangga, kekecewaan terhadap keadaan dan kejadian lain yang membuat kesan membekas dan tak mudah hilang dalam ingatan.

 

                                    Foto: Dokpri

        Pada siang kemarin (19 Maret 2022) saya berkesempatan mengikuti webinar bareng pakar di bidang ini, yakni Dandiah Care (IG: @dandiahconsultant) bersama Komunitas ISB secara virtual, dengan zoom meeting yang mengulas seputar inner child ini. Konsep mengalaman masa lalu yang tidak atau belum mendapatkan penyelesaian dengan baik. Menurut Diah Mahmudah S.Psi dan suaminya Dandi Birdy S.Psi,  setiap orang bisa jadi memiliki inner child karena memang punya pengalaman masing-masing dalam menjalani kehidupan masa kecil bersama keluarga, dan circle di sekitarnya. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa yang dapat memberikan luka, maupun sebaliknya, kesenangan yang akan disimpan dalam memori dan ingatannya.

        “Ada beberapa level inner child yang dialami oleh masing-masing orang ini. Dari yang ringan dan biasa-biasa saja, sedang hingga berat sehingga butuh waktu dan terapi khusus untuk menanganinya,” terang pasangan psikolog klinis yang sudah membuat banyak buku mengenai pengasuhan dan kesehatan mental ini. Tak hanya luka dan kepedihan yang biasa dinamakan negative inner child, tapi ada juga positive inner child yang merupakan kenangan manis tentang hal yang positif.

        Seseorang yang menemukan ini sebaiknya self awareness atau mengenali bahwa dirinya mengalami keluhan dan akan berusaha untuk mengatasi kondisinya. Beberapa ciri-ciri yang biasa dialami seperti rasa insecure, hilangnya percaya diri, pendiam dan menarik diri, atau sebaliknya sangat frontal dan tidak bisa menguasai emosi manakala menemukan hal yang berkaitan dengan situasi inner child ini.

        Banyak memang yang menjadi penyebabnya, termasuk masalah luka pengasuhan. Seringkali tanpa disadari  orangtua justru berkontribusi terhadap perkembangan anak mengalami “kepedihan” ini. Ungkapan rasa sayang yang salah, fungsi orang tua sebagai pelindung yang kerap memberi semacam dogma harus dipatuhi kadang membuat anak tak bisa melawan suara hati. Dandiah Care merangkum ada tujuh tema luka pengasuhan yang dapat menjadi pemicu inner child ini, yaitu:

1.       1. Unwanted Child, artinya keinginan masa kecil yang belum pernah tercapai. Seperti ketika kecil ingin punya sepeda, tapi karena orang tua takut nanti bakal jatuh dan kenapa-napa sehingga tidak dibelikan.

2.           2. Bullying atau perundungan. Hal yang seringkali kita dengar, bahkan mungkin pernah dialami yang membuat masa kecil dulu jadi takut dan insecure, bahkan sampai menyisakan dendam dan butuh pembuktian.

3.       3. Sibling Rivalry, persaingan antar saudara. Dari kecil seringkali dibanding-bandingkan dengan dengan saudaranya, entah masalah kepintaran, prestasi atau apapun. Bahkan setiap kali ada pertemuan atau kumpul keluarga besar yang membawa anak kecil selalu dibanding-bandingkan akan membuat anak menyimpan rasa sakit yang tak terkatakan.

4.           4. Buah helicopter parenting, pola asuh dimana orang tua terlalu dominan pada anak, dan cenderung terlalu terlibat pada kehidupan mereka. Bahkan anak tidak dibiarkan mengambil keputusan sendiri karena takut mengambil pilihan yang salah, meski untuk masa depannya sendiri karena semua fasilitas sudah diberikan oleh orang tuanya secara afeksi atau perhatian.

5.      5. Parent way, orang tua yang terlalu keras dalam bersikap seolah mengendalikan anak, sehingga berkesan otoriter.

6.       6. Anak broken home, kondisi perceraian orang tua yang menyisakan pengalaman pahit dan menjadi luka. Mungkin karena pertengkaran mereka, pengalaman yang tidak menyenangkan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi anak seperti ini akan menjadi rapuh.

7.          7.  Anak terlantar di rumah mewah, seperti burung dalam sangkar emas. Bukan hal yang menyenangkan juga berada di situasi keluarga yang berkecukupan tapi tak pernah mendapat kasih sayang dari orang sekitar, terutama keluarga dan orang tua karena sibuk  bekerja, mungkin sehingga anak akan merasa trauma sendirian, merasakan tak punya teman yang bisa diajak bicara, sharing kehidupan dan sebagainya.

 

Membasuh Luka Pengasuhan

        Ketika seseorang menemukan inner child sebaiknya mulai menyadari bahwa luka hati ini harus segera disembuhkan. Masa lalu yang menjadi beban sebaiknya segera diselesaikan sehingga tak akan ada lagi ganjalan yang dirasakan.

        Ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk membasuh luka pengasuhan, yaitu dengan:

1.       * Ilmu Self Healing Therapy, agar bisa keluar dari zona mental kurban. 

2.       * The Power of Forgiveness, memaafkan untuk membersihkan jiwa dari ragam penyakit hati.

3.       * Anger Management, mengatur kemarahan dan ledakan emosi dengan baik, terutama saat menemukan situasi dan kondisi yang membuat seseorang mengingat kembali atau mengenangkan hal yang berkaitan dengan luka batinnya.

            Selain itu, yang tak kalah penting adalah menyadari dan mengelola dengan melakukan pemulihan jiwa yang terluka sebagai tindakan kuratif dengan melakukan terapi self healing tadi, serta preventif dengan mencegah agar luka pengasuhan stop hanya di kita. Artinya berharap tak akan terjadi lagi pada anak-anak kita dan seterusnya. Anggap saja yang sudah dialami adalah pelajaran penting untuk proses pengasuhan selanjutnya. Berhenti saja pada diri kita dan berdamai dengan inner child, lalu fokus terus berdaya. Seperti Han Sun Joo, tokoh ibu dalam Drama Korea Show Window yang menerima luka batin dengan perceraian orang tuanya, lalu ia berusaha sekuat tenaga mempertahankan pernikahannya demi kebahagiaan sang anak agar tidak memiliki luka hati yang sama dengan dirinya.

        Akhirnya, tak ada manusia yang sempurna. Perjalanan hidup ini merupakan proses panjang pembelajaran yang sudah ditentukan oleh Allah SWT sesuai dengan takdirNya. Ketika kita menemukan inner child, maka berdamailah sebagai rasa syukur atas karunia dan nikmat yang diberikan oleh Nya. “Jika kamu terlahir bukan dari keluarga berlimpah cinta, pastikan keluarga berlimpah cinta itu lahir mulai dari keluarga kecilmu saat ini,” Begitulah pesan dari Dandiah Care Center. Setuju, kan? 

         Terima kasiih banyak sudah singgah di blog saya.

        Salam sehat dan selalu semangat..!

                                      Suasana webinar "Bertemu dengan Inner child"

               Referensi buku dari Dandiah Care (IG: @dandiahconsultant)


***NZ

Selasa, 15 Maret 2022

Serial Off The Record di Waku Waku Japan


        Buat yang berlangganan TV Kabel Indihome, channel apa saja yang sering dijelajahi? Saya lagi suka Waku Waku Japan, mengikuti serial Shiratake Ii Koto alias Off The Record. Hayuuk!

By Nur Ida Zed


                                                            Foto: Asian Wiki

        Dari judulnya pasti sudah bisa ditebak kalau serial ini berkaitan dengan kegiatan jurnalis dan seputar media.  Itu juga salah satu alasannya kenapa menyukainya ketika menemukan serial Off the Record ini di channel Waku Waku Japan saat menjelajahi TV Kabel Indihome. Setidaknya bisa lebih menghayati apa yang menjadi latar belakang cerita karena mengalami situasinya.  Soal hiruk pikuk suasana kantor saat semua harus fokus pada deadline, brandstorming dengan atasan untuk meyakinkan tema artikel yang diajukan, berdebat dengan teman karena beda cara pandang, dan hal lain yang menarik bahkan sekecil apapun meski satu tujuan untuk terbitnya media kesayangan.

        Adalah Keito Makabe yang diperankan oleh Yuriko Yashitaka, jurnalis muda, perempuan Jepang modern yang gigih berdedikasi dan penuh antusias dalam menyelesaikan tugasnya di devisi investigasi untuk Weekly East, tabloid mingguan popular yang membahas gaya hidup mulai dari korupsi para politisi hingga skandal para artis. Pemaparan yang detail, tajam dari sudut pandangnya dan cara mengulik kasus yang penuh dinamika, serta mampu melewati tantangan setiap kali mendapat penugasan.

        Pada episode pertama bercerita mengenai pesan terakhir ibunda, Anna Makabe, kritikus film ternama yang meninggal saat bertugas dan mengatakan bila ayah kandungnya seorang bintang film Hollywood Keanu Reeves. Keberadaannya sebagai anak dari seorang ibu yang single parent dan cukup kaya membuatnya ingin mengetahui kebenaran tentang dirinya. Kemudian diketahui ternyata sang ayah adalah seorang pembunuh yang menewaskan beberapa orang saat berkemah karena hasil penelitiannya terhadap tanaman beracun. Ini yang menjadi off the record sesungguhnya. Pencarian berliku yang memberi banyak pelajaran hidup antara profesi, kebenaran dan suara hati. Sebentuk takdir yang musti diterima dan dihadapi.

         Tapi bukan Keito namanya bila tidak selalu mencari tahu kebenaran mengapa ayah kandungnya itu, Tanoko Natu yang seorang ilmuan dan peneliti di sebuah perguruan tinggi ternama bisa sampai dipenjara dan menolak dibela pengacara hingga menyelesaikan masa hukumannya. Banyak pihak yang berperan dalam hal ini, dan ketika dia mendatangi ayahnya untuk menjelaskan tentang dirinya serta kisah yang didapat dari buku harian peninggalan ibunya, lelaki mantan narapidana itu bahkan mengusirnya.


                                        Foto: Asian Wiki

        Kasus-kasus yang terjadi dalam episodenya memberi banyak kisah tentang bagaimana menyelesaikan tugas profesi di atas kepentingan pribadi yang bersinggungan dengan masalah hati. Pada setiap adegan dibuat begitu menawan dengan pemilihan para tokoh yang mewakili karakter yang dimainkan. Odaka Yuichiro, fotografer kandidat Pulitzer yang justru beralih sebagai fotografer binatang karena beberapa alasan yang diperankan oleh Emoto Tasuku. Serta Nonaka Haruki, pacar terakhir yang memutuskan hubungan setelah diberitahu tentang jati dirinya yang diperankan oleh Shigeoka Daiki.

 

Serial Jepang dan Drama Korea

        Karakteristik dari drama serial Jepang yang saya sukai salah satunya karena alur cerita yang dipaparkan terlihat wajar dan mengalir. Di setiap episode selalu memberikan kisah dengan plot dan penyelesaian kasus yang menarik meski tidak mengesampingkan ide utama, sehingga enak ditonton saat ingin memilih episode yang ke berapa. Semacam serial Monster Parents waktu itu, yang menceritakan kisah tentang pengacara keren yang kemudian justru berjuang untuk bidang pendidikan di sekolah dan melawan orang tua murid yang arogan bak monster dalam sebelas episode. Saat ini Off the Record tulisan Renpei Tsukamoto yang saya tonton baru menginjak episode tujuh, dan berharap Kate akan menemukan alasan kenapa sang ayah memutuskan untuk tidak mau bertemu dengannya dan happy ending agar penonton tidak kecewa, haha.

       Berbeda dengan drama Korea yang biasa ditayangkan di channel K+ dan Arirang yang setiap episode biasanya diakhiri adegan klimaks sehingga membuat penonton penasaran untuk mengikuti kelanjutannya. Semacam Graceful Family, Left Handed Wife, Show Window dan yang lainnya yang membius penonton terpaku dan ingin terus mengetahui kelanjutan kisah hingga akhir cerita. 

       Nah, untuk sekedar hiburan dan bersenang-senang saya menyukai keduanya, antara serial Jepang dan drama Korea atau drakor yang sama-sama memiliki kekuatan dalam alur cerita dan juga para pemainnya tentu saja ya. Meski begitu, ada hal yang patut dicatat bahwa kedua negara Asia Timur ini selalu mengedepankan budaya sendiri saat membuat karya. Contoh kecil yang saya perhatikan, ketika adegan makan mereka selalu bangga dengan masakan lokal seperti sushi, ramen, udon, dorayaki dan shakenya. Atau kimchi, samyang, ramyeon dan tteokbokki untuk Korea, bukan masakan Barat macam pizza, humberger dan lasagna yang kadang lebih dibanggakan di film dan sinetron kita.

       Ups! Apapun itu, mari kita ambil dari sisi positifnya saja.

       Salam sehat dan selalu semangat..!**NZ    

Sabtu, 12 Maret 2022

Rahasia Dua Jaket Saya


       Yang satu jaket jeans, satunya lagi corduroy warna coklat muda, dua jaket yang dulu banget sering menemani saya. Di baliknya ada rahasia, haha.

By Nur Ida Zed


                                                    Foto: DokPri

       Pilihan gaya busana saya sebenarnya suka yang simple saja, yang penting nyaman dan enak dipakai. Saya bukan termasuk yang gila fashion sehingga harus mengikuti trend mode sampai harus berburu ke berbagai gerai khusus atau musti pre order agar tidak kehabisan stok. Bagi saya busana atau fashion lebih pada kebutuhan dan fungsinya saja. Beruntungnya bentuk tubuh saya ukuran standar produksi alias sesuai ukuran ready to wear yang biasa digunakan banyak merek pakaian sehingga lebih gampang.

       Selain itu saya juga tidak fanatik dengan brand tertentu, jadi lebih santai saat memilih pakaian yang ingin dikenakan. Saat sesekali mengunjungi mall buat cuci mata, sekedar jalan atau belanja bulanan, bisa saja tiba-tiba menemukan baju yang dirasa cocok, pas di badan juga di kantong, haha, lalu tanpa pikir panjang langsung saya beli saja. Kejadian seperti ini memang sudah menjadi kebiasaan saat remaja, bila direncanakan secara khusus untuk belanja baju, misalnya, seringkali tak mendapatkan sesuai ekspektasi, tapi kalau tak disengaja malah ada yang pas sesuai selera. Seperti ketika menemukan jaket jeans yang pernah jadi favorit bertahun-tahun lalu.

 

Kenangan Saat di Yogya

       Seingat saya waktu itu lagi iseng saja jalan-jalan di pertokoan Malioboro dan Jalan Solo saat masih jadi mahasiswa di Yogyakarta, lalu menemukan jaket jeans merek Mexx di salah satu gerainya.  Awalnya sih tak sengaja, lalu entah kenapa tiba-tiba saja tertarik, dan ketika sekilas mematut di depan kaca ternyata kok cocok juga dengan saya. Warnanya yang sedikit belel pasti bisa dipadu padankan dengan T-shirt maupun kemeja bernuansa apa saja. Modelnya juga klasik dengan dua saku di dada, paslah buat gaya remaja seusia saya pada saat itu. Kebetulan di counter ini tinggal satu-satunya. Jadi meski sedikit menguras kantong untuk ukuran mahasiswa dan anak kost waktu itu, karena sudah suka maka saya ambil saja.  

       Memang lagi ngetrend model jaket jeans pada masa itu. Tapi buat saya sebenarnya lebih pada kenyamanan karena bisa awet dan tahan kotor sehingga tak perlu sering dicuci setelah satu dua kali pakai, haha. Dan ini bisa fleksibel digunakan dalam beberapa acara, saat dipadu padankan dengan dalaman-inner fashion dan bawahannya. Manakala ingin tampil untuk suasana sedikit formal misalnya, bisa dipadu dengan kemeja lengan panjang dan bawahan casual ditambah aksen syal atau kalung panjang sebagai hiasan, jika ingin santai bisa dengan celana jeans dan t-shirt saja. Karenanya jaket ini sempat jadi andalan di berbagai acara dan menemani penampilan saya dari masih gadis hingga hengkang ke Jakarta.

    Jaket kedua merk Mash Ville berbahan corduroy warna coklat muda yang saya beli setelah di Jakarta. Tak sengaja juga sebenarnya, seingat saya ketika jalan-jalan bareng teman kantor di Mall Pondok Indah waktu itu, dan mata saya sempat menangkap jaket yang dipajang di etalase dengan aksen empat saku dan ikat pinggang yang berukuran cukup panjang. Lucu juga, nih, pikir saya waktu itu. Bisa dipakai ke kantor, juga menemani  liputan apalagi kalau pas deadline sampai malam. Benar saja, ketika ada graduation di Bali dan harus menghadiri api unggun malam itu, jaket ini sangat menolong saya karena suasana out door sangat dingin sementara kondisi badan kurang fit. Tak hanya itu, saat saya hamil Puan, jaket ini juga seringkali menemani ketika periksa ke dokter hingga melahirkan di JMC Mampang.

 

Jaket yang Fungsional

       Dua jaket yang saya miliki ini rasanya bisa dibilang legenda karena menyimpan banyak kenangan. Meski ketika membeli sudah luama sekali, tapi rasanya masih layak dipakai karena nyaman dan fungsional. Sesekali bisa dililitkan di pinggang dan jadi bantal saat bepergian, sekaligus selimut karena yang coklat muda berukuran besar. Semacam balmut (baca: bantal selimut) begitulah ya, bahasanya anak sekarang, karena bahan corduroy memang hangat dan tebal. Dan satu lagi,  tidak mudah kusut. Jadi meski sudah diuwel-uwel di mobil ketika dipakai mudik atau traveling, saat mau dikenakan ketika jalan-jalan tinggal dikibaskan, disikat sebentar lalu disemprot Trika atau minyak wangi sedikit saja, bereslah sudah.

        Memang dua jaket ini begitu nyaman. Modelnya klasik berkesan vintage long lasting sehingga tidak ketinggalan jaman. Tepatnya tidak termakan oleh jaman. Buktinya, setelah sempat disimpan begitu lama, ketika suatu hari bongkar-bongkar lemari dan menemukannya, Puan langsung tertarik dan bilang: “Bagus nih, Ma. Boleh ikutan pakai gak?” ujarnya seraya mematutkan jaket jeans di pundaknya. Saya tersenyum mengiyakan, sembari sedikit menceritakan kisah “si jaket” yang usianya lebih tua dari dirinya. Kemudian,  beberapa kali akhirnya pernah tukar pakai jaket ini, dan mungkin akan jadi favoritnya juga ya, haha.

       Oalah. Selembar pakaian agaknya bisa sebagai penyimpan cerita dan rahasia, termasuk dua jaket saya. Tak heran bila orang tua kita dulu juga ada yang mewariskan ini pada anak cucunya. Seperti kain batik, songket dan semacamnya. Semakin berusia tua dan pandai merawatnya bisa semakin mahal nilainya.

       Ya. Pakaian memang tak sekedar penutup aurat, pelindung badan dari teriknya panas dan guyuran hujan, tapi juga menunjukkan citra diri dan kepribadian. Kalau dalam pepatan Jawa: Ajining diri mergo soko lathi, ajining raga mergo soko busono. Yupz !

       Salam sehat dan selalu semangat..!***NZ 

Rabu, 09 Maret 2022

Say Thanks for Everything


       Sepertinya sederhana ya, hanya ucapan terima kasih. Tapi ini bisa menjadi cerminan adab yang baik dari  seseorang.

By Nur Ida Zed

                                                   Foto: Dokpri @nuridazed

       “Terima kasih atas kunjunganya,” begitu seringkali yang diucapkan pramusaji setelah kita selesai makan di restonya, atau sekadar minum teh dan menikmati sekerat roti. Sambil mengantar di ujung pintu keluar dan sedikit membungkuk menyatukan kedua tangan dengan menyelipkan senyuman. Dan kita tentu jadi terkesan sehingga tak segan untuk datang kembali bertandang. Hal yang sama juga ditemui di gerai pakaian, tempat wisata, hotel dan lainnya. Pertanda kesopanan yang ditunjukkan lewat sikap dan kata-kata.

       Ya. Kadang kita sering lupa dengan hal kecil yang bisa menyentuh hati seperti ucapan terima kasih ini. Padahal ini bentuk rasa syukur yang diajarkan untuk menghargai dan mengapresiasi sekecil apa pun perbuatan orang lain dalam kebaikan. Bersyukur dan berterima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan, entah kepada Sang Pencipta maupun kepada sesama makhluk, termasuk pada orang-orang yang telah berbuat kebaikan dalam hidup kita, seperti kedua orang tua, keluarga, teman atau bahkan orang asing yang baru kita kenal dan temui yang hatinya dipenuhi kebaikan. Semua ini menjadi awal terbentuknya adab dalam diri seseorang.

 

Memperbaiki Akhlak

         Ngomongin soal adab, sebenarnya banyak banget yang bisa ditunjukkan. Secara keseluruhan adab merupakan segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kebaikan dan kehalusan budi pekerti atau biasa disebut akhlak. Dalam Bahasa Arab sendiri, Adab (dari kata Addaba) yang artinya budi pekerti, tata krama dan sopan santun. Adalah pendidikan atau ajakan yang mengarah pada kebajikan.

       Orang yang beradab adalah orang yang selalu menjalani hidupnya dengan tata cara dan aturan yang mencerminkan nilai sopan santun. Sebegitu pentingnya ini sehingga kehadiran Nabi ke dunia berkaitan dengan itu, sebagaimana disebut dalam Hadist Riwayat Al-Baihaqi yang mengatakan: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” Bahkan dalam menilai keimanan seseorang kita juga diminta melihat bagaimana akhlak yang bersangkutan. “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”

       Adab ini bisa berkaitan dengan norma mengenai sopan santun yang berdasarkan pada aturan agama yang digunakan dalam pergaulan antar manusia, tetangga dan masyarakat pada umumnya. Suatu ketika saat sedang bertamu ke rumah teman, ada adab yang sebaiknya dilakukan seperti mengucap salam, mengetuk pintu terlebih dahulu dan tidak membuat keributan. Saat makan adab yang seharusnya dilakukan seperti mencuci tangan sebelum makan, membaca doa, makan dengan tangan kanan, tidak banyak bicara saat makan, ketika mengambil makanan harus dihabiskan alias tidak menyisakan makanan dan sebagainya.

       Ketika bertemu dengan orang tua atau guru, sebaiknya menegur lebih dahulu, mengucap salam dan tidak berkata kasar bahkan menyinggung perasaannya. Adab dalam bersosial media, saling mendukung dan berkomentar tentang kebaikan, tidak saling mencela, menghina dan menjatuhkan, tidak bergunjing, menyebarkan hoax dan yang lainnya. Jadi urusan adab ini memang mengarah pada pembentukan pribadi yang membawa pada kebajikan dan kerendahan hati.

 

Adab Lebih Tinggi dari Ilmu

       Bila ada pepatah yang mengatakan bahwa adab dulu baru ilmu, atau adab itu lebih tinggi dari ilmu, maknanya tentu mengenai betapa pentingnya adab ini. Orang beradab sudah pasti berilmu, sementara orang berilmu belum tentu beradab.

       Ketika merasa miskin ilmu, kita bisa belajar dari guru, membaca banyak buku, mencari tahu hingga menuntutnya sampai ke negeri China. Ilmu bisa didapatkan saat kita berusaha sekolah berjenjang dari tingkat dasar, menengah hingga mahir sebagai sarjana dan menjadi ahlinya. Bahkan saat haus akan ilmu dan ingin terus menambahnya ibarat minum air laut yang tak akan ada habisnya, keinginan menguasai ilmu yang terus berkembang seakan tak pernah ada puasnya bisa didapat dengan berbagai cara.  Namun percuma saja saat ilmu tidak didasari dengan adab yang mulia, karena bisa berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain.

        Ilmuwan sekaliber Alferd Nobel merasa menyesal dengan dampak dari penemuannya yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak beradab. Dinamit atau bahan peledak yang awalnya dipergunakan untuk membantu manusia memperpermudah pekerjaannya di bidang pertambangan ternyata diselewengkan menjadi alat pembunuh seperti bom dan nuklir. Dia bahkan kini menyumbangkan kekayaan dari hasil royalty penemuannya kepada mereka yang respect memperjuangkan kemanusiaan dengan Hadiah Nobel.  

       Ilmu dan kepintaran sebenarnya tak ada artinya bila dikuasai oleh orang yang tak beradab. Kedua hal ini sebaiknya bersisian sebagai imtek, atau iman dan teknologi. Seperti yang disampaikan Abu Zakariah An-Anbari bahwa “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh.” Lalu, sebaiknya kita menempatkan sebagaimana porsi keduanya agar menjadi manusia yang berguna di dunia dan akhirat.

     Terima kasih banyak telah singgah di blog saya yaa.

     Salam sehat dan selalu semangat..!***NZ 

Senin, 07 Maret 2022

Tangan Di Atas Lebih Baik


       Saat ingin berbagi sebaiknya selalu berpegang pada hadist Nabi yang mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Artinya lebih mulia memberi daripada menerima atau meminta-minta.

By Nur Ida Zed

                                                Pic by Pinterest

       Dulu saya sering diajak nenek ke panti asuhan untuk sekedar berbagi makanan saat keluarga kami merasakan kebahagiaan. Seperti ketika hari besar, saat ada yang ulang tahun atau bahkan weton- dalam tradisi Jawa yang berarti neptu pasaran hari kelahiran di setiap bulannya. Berupa bancaan, semacam nasi kotak yang diberikan pada anak yatim piatu di sana. Kadang diselipin amplop jika kebetulan ada rezeki lebih. Kalau tidak, hanya nasi urap dengan ayam goreng, telur dan tahu tempe bacem, atau bubur merah putih dan tumpeng. Kata nenek supaya rezeki bisa berkah karena terus mengalir dan tidak mengendap saja.

       Ibarat aliran air, jika mengendap akan mengeluarkan bau busuk dan kotor sehingga menjadi sarang nyamuk bahkan menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika air terus mengalir, maka akan tetap bersih, terjaga dan bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Seperti untuk mengairi sawah yang membuat tanaman bisa tumbuh dengan subur, berbuah hingga panen raya. Begitupun dengan rezeki, bila sebagian dibagi kepada yang membutuhkan tentu akan lebih berkah dan bermanfaat. 

       Dalam kehidupan sehari-hari, memang ada orang yang berkelebihan dalam hal rezeki dan di sisi lain ada yang kekurangan. Karena itulah bagi yang cukup, dianjurkan untuk berbagi kepada sesama, salah satunya dengan infak dan sedekah. Seperti yang dituang dalam Hadist Riwayat Muslim yang artinya: “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”  Namun ada juga mental dimana orang yang sebenarnya cukup tetapi seringkali meminta-minta sebagaimana mental miskin. Semoga kita tidak menjadi salah satu di antaranya.

       Untuk bisa berbagi sebenarnya tidak perlu menunggu menjadi kaya terlebih dahulu, yang terpenting tentu kaya hati.  Sebab kaya tak bisa diukur dengan seberapa yang dimiliki, tapi tergantung bagaimana lapangnya hati merasa cukup. Ya,  rezeki yang bisa dibagi ini tak hanya berupa harta atau materi saja, tapi ilmu yang bermanfaat, waktu dan kesempatan, bahkan senyuman pun bisa diberikan untuk menunjukkan ketulusan dan menambah semangat. Semua dapat diwujudkan dengan keinginan berbuat baik untuk memberi.

 

Hakekat Memberi Adalah Menerima

        Di saat merasa cukup untuk memberi, entah itu berupa harta, materi maupun ilmu yang bermanfaat dengan segala ketulusan dan keikhlasan, sebenarnya dia akan menerima sebagaimana yang telah diberikan. Karena hakekat memberi adalah menerima, seperti firman Allah SWT dalam Al- Qur’an surat As-Saba ayat 39 yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya.” Jadi sekecil apapun yang telah diberikan pasti akan diganti olehNya, bisa saja sekarang, besok atau disimpan sebagai tabungan yang akan diberikan suatu saat nanti.

       Tapi lebih dari itu, di saat kita bisa memberi, ada rasa bahagia yang tak bisa terkatakan sebagai apa manakala orang yang diberi merasa senang dan berterimakasih. Dalam hati akan menjadi motivasi untuk lebih giat lagi mencari nafkah sehingga bisa berbagi lebih banyak lagi. Ketika berbagi ilmu yang bermanfaat, maka akan memacu untuk belajar lebih dalam lagi supaya semakin pintar dan menjadi ahli. Sebab berbagi ilmu akan menjadikan cahaya yang menerangi sepanjang masa.

       Namun adakalanya niat baik untuk memberi dan berbagi ini kadang memunculkan kesalahpahaman yang membuat tidak enak hati. Misalnya dianggap sombong, sok kaya, hanya cari muka, sok pintar dan anggapan negatif lain yang bisa menyurutkan niat untuk berbuat baik dengan berbagi. Bahkan dibilang merendahkan dan menghina dengan pura-pura mengasihani. Hal ini mungkin terjadi karena kurang memahami dengan situasi dan kondisi serta moment ketika kita berbagi dan memberi.

 

Memberi Tanpa Merendahkan

       Meski memberi akan memiliki derajat lebih tinggi dari yang menerima, sebaiknya tidak serta merta lalu merendahkannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memberi, di antaranya adalah:

-          1. Niatkan untuk mencari ridho Allah SWT. Bahwa apa yang kita berikan semata-mata dari Allah SWT yang dititipkan pada kita.

-          2. Berikan kepada mereka yang membutuhkan agar bisa benar-benar bermanfaat dan tidak sia-sia.

-          3. Tebarkan senyum dan kebaikan kepada sesama tanpa memandang derajat dan fisik agar penerima tidak merasa tersinggung dan direndahkan.

-          4. Tak perlu mengungkit pemberian di saat kita ikhlas melakukannya. Karena selain menimbulkan riya, menyombongkan diri dan merasa paling dibutuhkan juga akan membuat dosa dan mengurangi pahalanya.

-          5. Tak perlu menghitung seberapa banyak yang sudah diberikan, karena Allah SWT nanti akan mengganti yang lebih besar.  

 

       Ya, manakala sudah memahami arti pentingnya memberi dan berbagi rezeki, maka tak perlu peduli dengan apapun pandangan orang mengenai niat baik kita ini. Seperti yang dikatakan seorang tokoh muslim Tionghua bernama Yusuf Hamka: rezeki itu ketika kita makan akan menjadi kotoran, bila disimpan akan jadi warisan yang kadang bahkan bisa bikin perpecahan antar keluarga, namun bila diamalkan dan dibagi akan menjadi tabungan di akherat nanti. Semoga kita terus bisa istiqomah untuk berbagi yaa.

       Salam sehat dan selalu semangat..!***NZ