Selasa, 26 November 2013

Women & Charity : Spirit of Life



Tiara Savitri  bersama Yayasan Lupus Indonesia
 By Nur Ida Zuhayanti

Dukungan dan pendampingan terus dilakukan. Saling membantu dan berbagi akan meringankan penderitaan



     Masih banyak orang yang belum mengenal penyakit Lupus. Ia memang tidak sepopuler penyakit kanker, jantung ataupun HIV/AIDS. Tapi penderita lupus ternyata juga mempunyai resiko meninggal dunia, karena penyakit ini akibat dari autoimun atau sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.  Sehingga antibodi yang terbentuk tidak lagi berfungsi melindungi, tetapi justru melawan tubuh.

     Hingga saat inipun, pendeteksian penyakit lupus masih sulit. Tidak ada gejala khusus yang spesifik. Ia bisa saja demam berkepanjangan, sakit pada persendian, ruam pada kulit, sariawan yang hilang timbul hingga bercak merah pada wajah yang berbentuk seperti kupu-kupu atau butterfly rush, yang kemudian menyerang organ tubuh vital dengan sangat dahsyat, seperti ginjal, jantung, darah, mata, kulit dan sebagainya. Namun celakanya, secara umum penyakit ini menjangkiti perempuan sembilan kali lebih banyak daripada laki-laki.

     “Karena masih dianggap sebagai penyakit kronis dan langka, maka perhatian terhadap penyakit Lupus atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) masih sangat minim. Meski demikian, para Odapus (Orang Pengidap Lupus) tidak tinggal diam. Mereka saling membantu hingga terbentuklah Yayasan Lupus Indonesia pada tahun 1999,” terang Tiara Savitri, ketua umum sekaligus pendiri, yang juga Odapus sejak tahun 1987 ketika saya temui di ruangannya siang itu.

     “Saya begitu memahami bagaimana penderitaan para Odapus. Untuk itulah yayasan ini dimaksudkan dapat membantu memberi informasi yang dibutuhkan berkaitann dengan penyakit Lupus ataupun rujukan dokter-dokter pemerhati Lupus,” lanjut ibu satu anak yang dengan tulus ikhlas dan sepenuh hati berjuang untuk yayasan ini.

     Tidak hanya itu, penderita Lupus biasanya juga memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga perlu pendampingan pada proses penyembuhan. Serta dukungan dan saran dalam mengatasi berbagai masalah nonmedis yang kerap muncul, seperti perubahan fisik yang terjadi.

     “Meski Lupus tidak dapat disembuhkan secara total dan bisa kambuh sewaktu-waktu, namun saya bersyukur bahwa kini telah banyak rumah sakit dan apotik yang peduli terhadap penyakit ini. Seperti RS Kramat 128 yang memberi discount khusus bagi Odapus serta ruangan untuk konseling yang nyaman,” papar penyuka traveling yang telah menulis buku “Aku dan Lupus”, yang menceritakan kegigihannya bersanding dengan Lupus dalam kehidupan sehari-hari. “Keep your life. Jangan menyerah oleh penyakit ini, karena hidup itu terlalu berharga.” ungkapnya seraya menyampaikan pesan ***NZ
foto:istimewa