Minggu, 30 Agustus 2020

Belajar Kepemimpinan Bisa Lewat Ekskul


 

Gak cuma seru, kegiatan ekskul di sekolah juga mengajarkan sikap mandiri dan menanamkan jiwa kepemimpinan kita. Hal ini bisa jadi bekal di dunia kerja.

By Nur Ida Zed


                                                                                                                                     Foto Dvine Adinda

Waktu di sekolah dulu, apa ekskul pilihanmu? Jawabnya, banyak. Ya, karena termasuk anak yang lumayan aktif di sekolah, rata-rata kegiatan ekstra kurikuler yang saya ikuti lebih dari satu. Kalau ditanya kenapa, ya senang aja. Kegiatan ektrakurikuler bagi saya sebagai sarana bereksplorasi, bersosialisasi dan berorganisasi sekaligus juga refreshing dari rutunitas belajar sehari-hari. Jadi meski kegiatan ini dilakukan sehabis jam belajar sekolah dan harus pulang sampai petang, rasanya sih seru dan seneng aja.

Di sekolah saya dulu ada ekskul wajib Pramuka. Pasti semua sudah pada tahu, kalau Pramuka itu seringkali melakukan aktifitas out door seperti di halaman sekolah yang selalu terpapar matahari. Bahkan waktu itu saya termasuk pramuka inti, yang terlibat untuk kegiatan seperti Jambore dan lomba-lomba. Di sini jelas diajarkan sikap ksatria dan saling tolong menolong pada sesama.

Saya ingat betul saat berkemah di suatu daerah yang belum dikenal dan harus survive bareng kelompoknya. Benar-benar merasa satu perjuangan untuk menjaga kekompakan supaya mendapatkan TKU-Tanda Kecakapan Umum dan TKK- Tanda Kecakapan Khusus.  Hal yang tidak gampang karena harus menjalani berbagai ujian dan tantangan dari pembina. Puncaknya saat upacara pengukuhan di malam hari dengan cahaya api unggun, rasanya begitu khikmat dan berkesan.  Saya ikut kegiatan pramuka ini kalau gak salah sampai Penegak Bantara, sebutan untuk tahapan di Pramuka. Banyak hal yang dapat dipetik, selain rasa solidaritas antar teman juga team work dan leadership nya.

        Selain itu saya juga suka sastra, sehingga ikutan ekskul teater dan drama. Yang ini bahkan sering jadi juara lomba baca puisi antar sekolah dan kerap menyumbangkan piala. Di kegiatan ini sebenarnya lebih mengasah pada seni dan rasa. Saya pikir sangat baik untuk memberikan keseimbangan antara otak kanan dan otak kirinya.  Sampai mahasiswapun, kegiatan berkesenian ini terus berlanjut. Yang berkesan pernah pentas teatrikal Abu Dzar Al-Ghifari di Gedung Senisono, Yogyakarta bersama Teater Jiwa. Dan yang seru, pada saat KKN-Kuliah Kerja Nyata di Sukoharjo, saya diminta oleh temen-temen untuk mementaskan musikalisasi puisi pada acara perpisahan bersama warga desa di sana. Terang saja karena harus berekspresi di antara penonton yang tidak semua mengerti seni, tapi senang juga karena mendapat bunga dan applaus dari warga.

        Ekstrakurikuler paduan suara juga saya suka. Sebenarnya saya punya warna suara alto yang biasa untuk formasi suara dua, tapi waktu mengikuti lomba tingkat propinsi, oleh Pak Nurhadi, guru pembinanya saya ditunjuk untuk jadi dirigent. Walaupun hanya sebagai pemenang harapan, tapi tak apa. Setidaknya team kami diberi kesempatan untuk tampil di TVRI Yogyakarta.  Sampai sekarang pengalaman itu masih berkesan saja. Saat reunian beberapa waktu lalu, berbagai kenangan seperti itu sempat jadi topik pembicaraan karena lucu.

        Saya sih merasa kegiatan ekstra kurikuler apapun itu banyak manfaatnya. Sangat membantu kita untuk lebih percaya diri, berani tampil dan berekspresi, serta memiliki jiwa kepemimpinan dan rasa tanggung jawab. Banyak orang yang kemudian memilih karier di berbagai bidang sesuai dengan ekskul yang dipilihnya di sekolah dulu. Dan itu sah saja, karena kegiatan ini akan menjadi passion bagi diri kita sehingga enjoy mengerjakannya.  Setidaknya ekskul akan memberikan nilai plus pada dunia kerja.

        Sekarang ini, Puan putri saya juga ikut kegiatan ekskul di sekolahnya tidak hanya satu. Dari kecil dia sudah aktif di club Taekwondo dan berprestasi, di sekolah sekarang  ikut ekskul olahraga beladiri dari korea ini. Dia juga ekskul Drumband dan masuk dalam tim CG atau Color Guard, serta ikut ekskul ensamble, pegang alat musik gitar. Nanti akan saya ceritakan di link blog selanjutnya yaa...

        Begitulah. Teruslah menggali potensi lewat kegiatan ekskul di sekolah. Salam sehat dan selalu semangaatt…!***NZ

Rabu, 26 Agustus 2020

Pengalaman Itu Guru Terbaik

 

Pendidikan formal bisa menjadi landasan kita untuk melangkah. Tapi pengalaman membawa kita pada tujuannya. 

By Nur Ida Zed

                                                             Kuis Citra Rasa.- dokpri. Taffienda Project

Sebuah hadist mengatakan carilah ilmu sampai ke negeri China. Mengapa? Bukan saja berarti ilmu harus dicari kemanapun jauhnya, tapi negeri tirai bambu ini ternyata memiliki peradaban dan kekayaan ilmu pengetahuan yang tinggi. Di sana banyak hal yang perlu kita ketahui, pelajari dan amalkan dalam menjalani kehidupan ini. Seperti ilmu perdagangan yang bisa menguasai pasar dan ekonomi, ilmu pengobatan serta ilmu beladirinya. 

Waktu memutuskan untuk merantau saat kuliah pun, filosofi ini menjadi semacam motivasi. Lulus sebagai sarjana ilmu komunikasi, saya merasa ijasah saja tidaklah cukup untuk mengasah diri selanjutnya. Yang terpenting adalah karya, dan pengalaman yang mengiringi proses dalam setiap langkahnya. Karena itu banyak hal yang saya pelajari, dengan berbagai kegiatan dan organisasi komunitas sehingga bukan sekedar jadi mahasiswa “steril” yang hanya sibuk dengan diktat tebal dan literasi. Antara lain dengan ikut GJM - Gladi Jurnalistik Mahasiswa, Universitas Gajah Mada yang kemudian lebih menguatkan saya untuk menjadi "kuli tinta" alias Journalist.

Saya percaya Allah SWT telah menggariskan jalan hidup seseorang. Ketika kecil kita punya cita-cita yang sering disebut setiap kali orang bertanya. Tak pelak itu menjadi harapan yang ditulis dalam list untuk diraih ke depannya. Siapa sangka saat menulis cerita dan dimuat  untuk rubrik Antara Kita pada sebuah majalah anak-anak waktu itu membuat saya berkeinginan untuk menjadi penulis hingga saat ini. Sebagai anak daerah waktu itu saya hanya merasa senang tulisan itu bisa dibaca banyak anak se Indonesia. Sungguh perjalanan yang begitu panjang sampai akhirnya saya memilih tinggal di Jakarta dan berkarir di bidang tulis menulis juga.

Setelah lulus kuliah dan kembali merantau ke Ibukota, awalnya karena diterima kerja di Majalah Indonesia Indah, Taman Mini Indonesia. Nah, dari sini saya mulai ditempa dengan pengalaman dan kehidupan yang baru lagi. Saya banyak bergaul dengan orang televisi,  sekarang MNCTV karena letaknya berdekatan dengan kantor saya. Dan ditawari membuat program acara “Kuis Citra Rasa” yang sempat berjaya di jamannya.  Bersama teman-teman saya membuat tim kreatif yang bernama Taffinda Project Multimedia.

 

Banyak Belajar dan Suka Membaca

Saya juga percaya lingkungan keluarga setidaknya bisa membetuk pribadi seseorang. Meski latar belakang keluarga pedagang (baca: wiraswasta), orang tua saya suka membaca. Kami dikenalkan dengan berbagai bacaan apapun seperti komik wayang, serial Ramayana dan Bharatayudha, aneka majalah dan koran, bahkan dari kecil berlangganan majalah anak-anak, lalu majalah remaja supaya membiasakan diri untuk membaca. Sekarang saya tahu semua itu merupakan bentuk dukungan untuk cita-cita saya, karena kemudian sempat bersinggungan langsung dengan produksi beberapa majalah ternama.  

Bacaan biografi para tokoh, pahlawan dan orang-orang terkenal lain menjadi pilihan yang biasa saya baca, karena bisa memunculkan semangat dan mengambil pelajaran dari pengalamannya. Mungkin ini juga yang membuat saya menjadi lebih taft dan enjoy untuk menghadapi tantangan dan menjalani hidup ke depannya. Hingga saat ini saya juga merasa memiliki banyak pengalaman yang bisa di share untuk memperkaya blog saya.

 

Keinginan untuk Berbagi

Ketika memulai menulis blog, awalnya saya hanya ingin mengabadikan karya sendiri saja. Seperti yang telah saya tulis di link sebelumnya. Tapi kini saya juga ingin berbagi lebih banyak pengalaman yang bisa dibagi lewat laman blog juga. Dengan maraknya dunia digital seperti sekarang ini, agaknya keinginan ini bisa menjadi semakin luas dan berkembang lagi. Dan bertutur lewat blog sendiri rasanya dapat menularkan energi positif untuk saling bersinergi dalam membangun negeri kita tercinta ini.

Menurut saya, latar belakang pendidikan bisa menjadi landasan kita untuk menulis, tapi pengalaman yang akan memperkaya tulisan itu sendiri. Sebab untuk tulisan  yang baik membutuhkan ruh yang seringkali menyatu dengan sang penulis, salah satunya lewat pengalaman pribadi. Ya. Pengalaman itu guru terbaik.

Semoga blog saya bisa bermanfaat dan mari saling berbagi. Salam sehat dan selalu semangaatt..!***NZ

Sabtu, 22 Agustus 2020

Merantau Jangan Galau, Buat Kamu Mahasiswa Baru


     Kata merantau bagi saya seperti makan nasi saja karena sudah akrab sejak lulus SMU. Jauh dari orang tua, menahan rasa demi cita-cita.

By Nur Ida Zed

                                                                                            Foto: Pinterest


       Sudah lama pengalaman saya merantau kali pertama. Karena selepas SMU, kalau ingin melanjutkan kuliah harus mau merantau alias ke luar kota karena di tempat saya waktu itu belum ada kampus yang menurut saya ternama. Maklumlah, harus berfikir idealis dan termotivasi demi mengejar asa, ya. Selain itu, karena terlahir sebagai anak sulung, setidaknya juga ingin menjadi teladan yang baik buat adik-adik saya.

       Jadi ceritanya saya memilih Yogyakarta sebagai tempat perantauan pertama. Terang saja karena saya melihatnya sebagai kota pelajar dan mahasiswa yang menjadi tempat tujuan banyak siswa dari berbagai kota, bahkan berbagai negara. Saya pikir di sini mungkin bisa lebih membuka wawasan, dapat bertemu langsung dengan para ahli dan pakar yang akan menunjang harapan saya untuk menapaki masa depan.   

       Awalnya tentu tak mudah bagi saya, karena harus mandiri jauh dari orang tua. Kangen masakan mama, dianterin bapak kalau mau kemana-mana, langsung bisa curhat saat ngadepin masalah, serta hal lain yang seringkali membuat rindu. Semacam homesick, begitu. Dan ini tak seperti destinasi yang hanya satu dua hari, seminggu dua minggu saja, tapi bakal tahunan lamanya. Karena kuliah harus sampai lulus juga, kan. Setidaknya untuk S1 butuh waktu delapan semester atau empat tahun, bahkan bisa lebih lama lagi.  Nah, ini tak main-main tentunya, karena selain bekal materi, yang terpenting bagi perantau juga musti siap mental dan tidak boleh galau.

       Buat kamu yang kebetulan mahasiswa baru dan juga harus merantau seperti saya, yang utama kuatkan motivasi dan tujuannya. Selanjutnya, beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

 

Cari Lingkungan Yang Nyaman

       Ini penting karena bisa berpengaruh pada semangat belajar. Sebagai pendatang baru sebaiknya beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk kebiasaan dan adat istiadatnya. Lingkungan di sini seperti tempat tinggal, mess atau kost. Menurut pengalaman saya, sebaiknya cari lokasi yang tak terlalu jauh dari kampus, apalagi bila buat mahasiswa baru yang dituntut untuk lebih sering kuliah dan banyak aktifitas kegiatan di kampus. Kalaulah dapat tempat yang agak jauh, pastikan dekat dengan sarana transportasi umun sebagai alternative bila kendaraan pribadi mengalami gangguan.

       Berkaitan dengan lingkungan menyangkut teman-teman. Cari teman yang punya visi dan misi yang sepaham. Artinya yang juga menunjang untuk suasana belajar. Untuk teman ini saya sarankan bisa menyaring mana yang baik buat kita dan sebaliknya. Sebagai perantau, perlu berhati-hati karena bisa saja ada teman yang menjerumuskan. Teman saya pernah cerita, merasa salah memilih teman,  dikira baik-baik saja ternyata sindikat yang perilakunya cenderung membahayakan. Bila bertemu dan punya feeling seperti ini, sebaiknya segera saja dijauhi. Takutnya kita akan terbawa dan rugi sendiri.

       Untungnya sepanjang merantau pengalaman berteman saya baik-baik saja. Merasa senasib dan sepenanggungan, bahkan sampai sekarang masih silaturahmi layaknya saudara. Lingkungan yang nyaman ini artinya bisa membuat hati dan pikiran kita  tenang. Lingkungan yang sehat, dengan teman-teman yang baik dan mendukung untuk tujuan awal.  


Mandiri Meski Sendirian

       Merantau tentu siap untuk mandiri karena jauh dari orang tua dan keluarga. Usahakan untuk tidak tergantung dengan orang lain supaya tidak merepotkan.  Meski begitu, tetaplah berhubungan secara intens dengan orang tua dan keluarga untuk melepas rindu dan saling mengikuti perkembangan, juga ketika harus memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan uang.

       Pengalaman untuk menambah uang saku saat di perantauan, waktu senggang saya bekerja dengan menulis di media lokal, juga mengirim artikel dan cerita ke beberapa media ibukota. Dengan begitu bisa dapat tambahan sekaligus mempraktekkan ilmu yang didapatkan. Teman saya ada yang sembari ngajar, memberikan les dan latihan berbisnis yang bisa menghasilkan uang. Tak perlu malu asal halal dan dapat menambah pengalaman.

 

Siap Menghadapi Kesulitan

       Namanya merantau tentu tidak bisa seperti di rumah sendiri. Kesulitan pasti pernah dihadapi dan harus bisa diatasi sendiri.  Seperti ketika sakit dan harus berobat ke dokter. Karena itu sebaiknya selalu menjaga kesehatan. Persiapkan beberapa obat yang biasa dipergunakan untuk menjaga hal yang tidak diinginkan. Asal tahu saja,  ketika sakit di perantauan itu rasa sakitnya jadi  berlipat ganda, karena ditambah rasa sedih juga.

       Waktu itu saya pernah mengalami kecelakaan kecil ketika di perantauan, sedihnya berlipat-lipat, karena tidak bisa langsung dijenguk oleh orang tua dan keluarga. Untung ada banyak teman yang peduli dan bisa menghibur hati. Saya anggap semua sebagai ujian, tempaan jiwa yang merupakan proses panjang menuju mimpi mendatang.

 

Tetap Fokus Pada Tujuan

      Di saat merantau, tentu banyak  hal baru yang akan dihadapi, termasuk kemungkinan untuk tantangan baru yang justru menggiurkan. Misalnya challenge seperti tawaran pekerjaan yang menjanjikan.  Saran saya tetaplah fokus pada tujuan awal, seperti saat ingin kuliah, ya harus cepat lulus pada waktunya. Boleh saja mencoba challenge itu,  tapi setidaknya capailah juga harapan utama kita dan orang tua yang telah membiayai agar bisa membahagiakannya.

       Bagi saya, merantau itu menyenangkan, bagian dari proses perjalanan hidup yang panjang. Ada suka dan dukanya yang harus dihadapi sendiri dan diselesaikan. Dengan merantau kita menemukan hal baru dalam kehidupan, jadi  merasa lebih kaya dengan pengalaman, sehingga banyak mendapatkan pelajaran, termasuk untuk bisa lebih fight serta bijak menghadapi keadaan. Saran saya, jika ingin merantau jangan lupa dengan kampung halaman, agar tidak seperti cerita Si Malin Kundang.

       Percayalah. Ibarat pisau akan lebih tajam ketika ditempa berulang ulang. Salam sehat dan selalu semangaatt…!***NZ

Rabu, 19 Agustus 2020

A Podcast by Nurida, Muncul Dari Kegelisahan Dan Solusinya


     Berawal dari kegelisahan saat pandemi, ide munculnya podcast saya. Seperti menulis lewat suara, saya tuang juga obrolan ringan bersama putri saya.

By Nur Ida Zed

Foto Dvine Adinda

    

       Siapa yang tak merasa jenuh didera situasi pandemi sepanjang ini. Semua aktifitas seolah dibatasi, karena harus beradaptasi dengan suasana Normal Baru. Mau tak mau lah yaa. Buat sebagian ibu, termasuk saya, tak sekedar harus melawan kejenuhan, tapi juga berupaya bisa mendampingi anak belajar. Karena situasi inipun berdampak langsung buat mereka, anak-anak kita, tepatnya para siswa dengan sekolah tanpa tatap muka alias di rumah saja.

     Setuju kan ya, kalau peran ibu itu dituntut untuk multitalenta ? Ya. Setiap ibu, baik yang bekerja kantoran, ibu rumah tangga, pengusaha, atau yang berkarya dari rumah,  semua saya rasa mengalami hal ini. Kebetulan saya juga aktif di kegiatan orang tua siswa di sekolah putri saya, Puan.  Jadi setidaknya begitu akrab dengan segala curhat dan keluhan, sekaligus  bisa merasakan langsung efeknya, serta mengalami kegelisahan ini. Betapa tidak ? kita jadi punya dua bahkan tiga tugas lagi karena harus mendampingi putra-putri belajar (baca: sekolah) dari rumah. Lebih intens memantau apa saja yang dilakukan mereka sepanjang hari berkaitan dengan tugas dan pelaksanaan sesuai dengan peraturan dari sekolah. Belum lagi dengan tugas sebagai ibu, kepala rumah tangga ditambah pekerjaan kita sendiri. Begitu dan begitu setiap hari.

     Tapi bagi saya semua itu tidak harus disikapi dengan rasa sedih, pesimis dan putus asa. Saya yakin Allah SWT pasti memberikan jalan terbaikNya. Percaya sepenuhnya bahwa di balik kesusahan pasti ada kemudahan dan jalan keluarnya, saya lebih melihat semua hal dari sisi positifnya saja. Dengan berkarya, berkreasi dan berinovasi sekaligus berbagi yang bisa dilakukan di manapun, dalam situasi apapun termasuk dari rumah saja. Karena itulah lalu muncul podcast saya.

 

Morning Daughter

     Saya menamai episode podcast ini dengan Morning Daughter. Konsepnya sederhana saja, mengenai obrolan ringan seorang ibu dengan putrinya yang beranjak remaja alias teenager. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehariannya. Banyak hal yang ingin dikupas dengan format dialog ini seperti: Enak gak enaknya sekolah dari rumah atau istilahnya PJJ- Pembelajaran Jarak Jauh, disesuaikan dengan kondisi saat ini. Saya bertanya apa yang ingin ditanyakan dari sudut pandang saya, kemudian Puan menjawab sesuai dengan sudut pandangnya. Mengalir dengan ringan saja, jujur dan terbuka. Harapannya agar bersinergi, dapat terjalin dengan baik komunikasi antar dua generasi yang berbeda.

     Selanjutnya  juga akan membahas issue yang sedang hangat berkaitan dengan mereka, seperti perlu tidaknya sarapan sebelum berangkat sekolah, seru tidaknya ikutan ekskul, penting tidaknya  masuk bimbingan belajar, seputar hobi, cita-cita, pertemanan hingga hal-hal yang intimate lainnya . Percakapan seperti ini  biasa dilakukan di pagi hari dalam sebuah interaksi bersama keluarga. Sehingga rasanya lebih enak jika dinamai dengan Morning Daughter.  


https://anchor.fm/nuridazed

 

Tips Sebagai Solusi

     Masih mengenai situasi pandemi, dalam podcast saya juga menyajikan semacam monolog yang saat ini lebih banyak memberikan solusi. Salah satunya Tips Dampingi Belajar Jarak Jauh. Sebagai orang tua saya merasa perlu lebih bijak menyikapi kondisi ini, apalagi di hadapan anak. Tak perlu insecure berlebihan karena akan berdampak juga terhadap semangat belajar mereka.

     Sengaja saya konsep dengan berbagai tips agar nantinya dapat membantu para orang tua yang mengahapi ini. Berbagai tips lain yang akan terus berkembang  dengan bermacam kondisi supaya dapat memberikan masukan yang baik, tanpa berkesan menggurui.

     Saya memang concern dan peduli dengan komunikasi antar generasi karena pemikiran mereka ini perlu dimengerti agar tidak salah mengerti. Perlunya platform seperti ini supaya saling memahami dan melengkapi antar dua generasi sehingga terjalin komunikasi positif antara satu dengan lainnya. Dengan format podcast saya merasa bisa langsung berbicara kepada pendengar karena memang yang menjadi focus adalah media suara, atau voice media.

https://anchor.fm/nuridazed/episodes/Tips-Dampingi-Pembelajaran-Jarak-Jauh-ehqhae

 

Anchor.FM dan Spotify

     Untuk membuat podcast ini saya lebih memilih aplikasi Anchor.fm dan Spotify. Alasan utamanya karena memang lebih simple dan sederhana. Tak perlu banyak properti mahal dan studio khusus bila belum terlalu fokus  dan profesional untuk membuatnya, karena bisa dilakukan dengan perangkat Handphone saja.

     Cerita awalnya saya tertarik podcast karena salah satu komunitas mengadakan kulwap bersama seorang podcaster. Saya pikir seru juga ya, tak ada salahnya mencoba karena sewaktu SMA pernah siaran radio juga, haha. Sebagai pemula sih, saran saya yang penting bersuara. Tak perlu harus disibukkan dengan pemikiran yang menyulitkan seperti bagaimana suara saya, diterima tidak oleh masyarakat dan sebagainya. Apapun yang ingin  dibagi kepada pendengar dengan satu niat baik , teruslah berkarya. Tentu saja tetap harus mempersiapkan konsep dengan matang ya, lalu lakukan.

     Sayapun begitu,  bagi saya yang penting bisa melakukan sesuatu yang positif untuk saat ini. Tak peduli orang mau mendengar atau sebaliknya. Tapi setidaknya, keinginan podcast saya ini akan bermanfaat, atau mungkin memberikan alternative untuk refreshing  bagi diri kita.  Dan seperti biasa, yang tersulit adalah konsistensi penyiarannya.

     Menurut saya sih, podcast itu  seni merangkai kata dalam suara. Di sini kita jadi lebih merdeka karena seolah dapat berinteraksi langsung dengan pendengarnya. Yupz, karena untuk menikmati podcast tak perlu harus menyisakan waktu khusus seperti membaca atau menonton film, misalnya. Tapi hanya secara audio dengan mendengarkan saja, sehingga bisa dinikmati sembari melakukan aktifitas apapun,  seperti sambil baca, kerja, makan, mandi, nyetir, bahkan menemani menjelang tidur.

     Lewat podcast ini saya ingin  urun suara, benar-benar suara yang menjawab semua kegelisahan  sekaligus memberikan  berbagai tips sebagai alternative solusinya. Semoga bermanfaat yaa.

     Silakan mendengar podcast saya. Salam sehat dan tetap semangaatt.***NZ



Minggu, 16 Agustus 2020

Semangat Kemerdekaan Di Masa Pandemi

 

     Kemeriahan merayakan kemerdekaan setiap tahun selalu dinanti. Semangat itu terus menyala meski pandemi seperti ini.

By Nur Ida Zed


                                                                                                    Foto Dvine Adinda


      Apa arti kemerdekaan bagimu? Kemerdekaan menurut saya kebebasan yang bertanggung jawab. Kalau dulu para pahlawan kita telah banyak berjuang melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara kita, Indonesia tercinta ini, kini tugas kita mempertahankan, membangun dan mengisi kemerdekaan itu ya. Dengan apa? Dengan semua hal yang positif, tentunya.

      Setiap orang tidaklah sama bagaimana mengisi kemerdekaan ini. Saya sendiri memaknai kemerdekaan itu merupakan kebebasan dalam berkarya, berkreatifitas dan mengeluarkan pendapat. Di keluarga misalnya, anak-anak bisa memberi masukan kepada orang tua ketika dirasa ada yang kurang enak untuk dirinya. Kebiasaan berdiskusi dan brand storming rasanya membuat kita dapat bebas mengeluarkan pendapat untuk mendapatkan solusi yang terbaik.

     Bebas memutuskan apa yang dia inginkan untuk cita-cita dan masa depannya. Termasuk saat memilih sekolah atau kuliah yang disukai. Saat diterima lewat jalur prestasi  di Fakultas Ilmu Olah Raga jurusan Kepelatihan, misalnya, saya pesan kepada si sulung untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya. Untuk rajin belajar, bersungguh-sungguh mengikuti kuliah dan kegiatan kampus sehingga dapat nilai bagus dan bisa lulus pada waktunya.

     Begitupun dengan Puan, anak perempuan saya, yang diterima di sekolah favorit yang diinginkan lewat jalur prestasi juga.  Selalu saya ingatkan tentang tanggung jawab terhadap pilihan dan tujuan masa depannya.  Setidaknya dengan terus mengupdate diri, semangat latihan dan mengikuti event kejuaraan agar dapat mempertahankan prestasi yang telah diraih, bahkan meningkatkannya.  

     Akan banyak hal yang ditemui dengan kebebasan dan kemerdekaan ini sehingga kita harus menyiapkan diri supaya tidak “terjajah” lagi.  Saya lebih concern terhadap generasi muda bagaimana mengisi kemerdekaannya. Mengingat jaman semakin maju, persaingan global kian terbuka. Setidaknya semangat itu harus tetap menyala agar mereka siap melanjutkan tongkat estafet untuk selanjutnya.

 

Bebas bersuara lewat karya

     Berbicara masalah kemerdekaan tentu banyak sudut pandangnya. Sesuai dengan jamannya, kemerdekaan saat ini sebaiknya ditunjukkan lewat karya. Siapapun kamu kini bebas bersuara lewat karya. Menyalurkan itu sesuai dengan passion dan keinginanmu, karena semua hal sekarang sudah terbuka. Kalau penulis atau blogger serta content creator tentu dengan postingan atau tulisan yang positif dan menginspirasi, bukan plagiat yang tinggal copy paste bahkan mengakui ide dan karya orang lain saja. Apalagi hoaks, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

     Dengan banyaknya laman media sekarang, apapun bisa didengar dan diakses dengan leluasa. Manfaatkan kemerdekaan ini untuk hal yang baik dan bukan sebaliknya. Saya appreciate dengan anak muda yang kreatif dan inovatif dalam berkarya. Seperti menjamurnya perusahaan startup yang didominasi oleh mereka. Tak bisa dipungkiri bila dunia digital kini kian berkembang pesat dan merajai informasi dunia. Karena itu menyebarkan hal positif juga bisa memantikkan semangat kemerdekaan hingga ke dalam jiwa.

 

Merdeka di masa pandemi

      Lalu bagaimana menyalakan semangat kemerdekaan di saat pandemi seperti ini? Ya. Kemerdekaan saat ini agaknya sedang diuji karena virus Corona yang belum juga mau pergi. Untuk itulah kita dituntut  bersama-sama melawan “penjajah” yang satu ini. Datang dengan tiba-tiba, yang mau tak mau harus dihadapi oleh bangsa di seluruh negeri.

      Merdeka di sini lebih pada rasa bersyukur karena masih diberi kesehatan dan kesempatan dapat berkumpul dengan keluarga. Beradaptasi dengan kondisi ini tanpa mengeluh dan memaki. Janganlah ini menyurutkan semangat kemerdekaan yang telah kita raih 75 tahun yang lalu. Gelorakan di hati agar terus memberikan energi dalam berkarya meski lebih banyak di rumah saja.

      Berbagai kegiatan bisa dilakukan seperti tour virtual yang telah difasilitasi oleh @Wisatakreatifjakarta.  Juga banyak jenis lomba virtual lainnya, semacam cerdas cermat, menyanyi, memasak tumpeng kemerdekaan serta lomba blog dan kreatifitas lainnya.  Puan bahkan ikut lomba Femina Challage yang diadakan sekolahnya.  Aturannya memakai  kostum tradisional dengan nuansa kemerdekaan. Seru juga melihatnya menyiapkan segala properti, pemotretan dan editingnya. Semangat kemerdekaan tetap terasa bagi generasi muda dan semua masyarakat di negeri ini.

      Meski tak bisa seperti tahun-tahun sebelumnya, maknai kemerdekaan kali ini dengan introspeksi dan berbagi. So, tak perlu risau karena banyak wadah yang dapat di pergunakan untuk menuang ekspresi diri. Merdeka dalam situasi apapun itu haruslah dihadapi dengan sikap optimis, bahwa ujian ini pasti ada akhirnya. Teruslah mengisi kemerdekaan dengan apa yang ada, apa yang kita punya, karena kita menjadi bagaian dari kemerdekaan itu sendiri.

     Selamat Merayakan Kemerdekaan. Happy Independence Day Indonesia 75th.

     Salam sehat dan terus semangaaatt…!***NZ

 

Kamis, 13 Agustus 2020

Urus Jalur Prestasi Untuk Puan


     Seringkali sistem penerimaan siwa baru berubah sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tapi bagi anak berprestasi tak perlu berkecil hati, ada jalur khusus untuk ini.

By Nur Ida Zed


                                            Foto; Nur Ida Zed

 

      Sebutan jalur prestasi sudah akrab di telinga kita saat musim PPDB, alias Penerimaan Peserta Didik Baru. Pemerintah, dalam hal ini Kemendiknas atau Kementrian Pendidikan Nasional selalu memberikan kuota untuk anak-anak berprestasi pada setiap sekolah yang dituju. Tak hanya bagi mereka yang berprestasi di bidang akademik yang melingkupi mata pelajaran pokok yang diujikan di setiap sekolah, tapi juga prestasi non akademik, bagi mereka yang pernah memenangkan lomba atau kejuaraan pada tingkat Internasional, Nasional, Propinsi dan Kabupaten atau Kota.

     Ketika Puan, anak perempuan saya lulus dari klas 6 SD waktu itu, saya memakai jalur prestasi non akademik ini untuk mendaftarkannya di tingkat SMP dan diterima di SMP Negeri 41 Jakarta. Kebetulan dia banyak memiliki penghargaan di bidang Olahraga Taekwondo. Sejak kecil sudah ikut club olahraga dari Korea ini dan rajin mengikuti kejuaran tingkat nasional dan internasional sehingga sudah mengumpulkan banyak medali. Jadi, tak ada salahnya bila memanfaatkan ini meski nilai akademiknya mencukupi.

 

Persiapkan Sertifikat Juaranya 

     Sebelum mulai pendaftaran secara online, persipkan dulu semua sertfikat kejuaraan yang pernah diperoleh. Untuk ini persyaratannya adalah kejuaraan tingkat internasionl, nasional, propinsi dan kabupaten atau kota. Sebaiknya legalisir serifikat ini pada pihak yang berwenang. Misalnya saat itu Puan memiliki banyak kejuaraan yang diselenggarakan oleh KONI Pusat, juga Kemenpora, maka harus dilegalisir ke panitia penyelenggara, serta KONI atau Kemenpora. Hal ini supaya memperkuat validitas dari sertifikat tersebut. Menunjukkan bahwa nama anak tersebut benar-benar juara.

     Bukti atas prestasi hasil lomba dan penghargaannya seperti sertifikat dan lainnya ini diterbitkan paling lama 3 tahun sejak tanggal pendaftaran PPDB. Jadi kita bisa kumpulkan penghargaan yang diperoleh sepanjang waktu itu.

 

Pilih Sekolah Yang Dituju

     Setelah serifikat sudah siap, barulah memilih sekolah yang dituju, untuk verifikasi data. Semua berkas seperti surat keterangan prestasi dari sekolah asal, fotocopy sertfikat lomba atau kejuaraan dengan memperlihatkan sertifikat aslinya disertai biodata, fotocopy raport, ijasah dan nilainya, kartu keluarga dan yang lainnya dikumpulkan ke panitia untuk diiput datanya. Kita ditanya mengeai seputar kejuaraan dan penghargaan lain yang diperoleh sebagai pertimbangan utamanya. Ini bisa dilakukan dengan datang langsung ke sekolah yang dituju untuk memasukkan data pada sistem. Setelah data diinput, kita akan diberi bukti verifikasi data oleh panitia.

     Di sini sistem akan menyaring porsi juara yang diurutkan dari tingkat kejuaraan yang lebih tinggi, seperti  internasional, nasional dan propinsi. Lalu perolehan juara ke berapa. Misalnya juara satu, medali emas, juara dua medali perak, juara tiga medali perunggu dan seterusnya. Biasanya untuk tingak internasional dan nasional sampai peringkat tiga, sedangkan propinsi hanya juara pertamanya.

     Pertimbangan lain biasanya mengutamakan kejuaraan perorangan daripada beregu atau kelompok, meski tergantung juga peringkatnya. Puan, misalnya, juara pertama perorangan Taekwondo Poomsae tingkat Nasional saat IYoS 2018 dan beberapa kejuaraan perorangan lainnya, maka akan berbeda dengan kejuaraan beregu. Atau mereka yang mengikuti jenis kejuaraan beregu lain seperti Basket, Voli atau Drumband dan Pramuka.

 

Pantau Terus Perkembangannya

     Setelah data masuk dan terapload pada sistem, tugas kita adalah memantau terus perkembangannya. Hal ini supaya tahu perjalanan data sudah sampai mana. Biasanya data yang masuk bisa saja tertimpa dengan data peserta lain yang lebih tinggi kejuaraannya.

    Di jalur prestasi non akademik ini yang jadi pertimbangan adalah tingkat kejuaraan yang diperoleh. Bila datanya ada yang sama, maka pertimbangan selanjutnya adalah nilai akademik, bahkan usianya. Sistem ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan di sekolah yang dituju. Dan ililah gunanya untuk selalu memantau, sejauh mana data anak kita tertimpa dengan peserta lainnya.

     Bila demikian, maka otomatis nama peserta akan turun, bahkan hilang dari urutan sekolah yang dituju. Jika ini terjadi, sebaiknya segera diganti ke pilihan sekolah yang lainnya. Sebab setiap sekolah bisa saja membutuhkan peserta jalur ini berbeda jumlahnya. Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan menyediakan kuota sebesar 5 persen di setiap sekolah, khusus bagi siswa perprestasi ini ya. Dari jumlah tersebut, sekolah diwajibkan menyediakan 20 persen kuota untuk kejuaraan yang diselenggarakan secara berjenjang oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. Serta 80 persen untuk kejuaraan oleh instansi pemerintah dan, atau Induk Organisasi Cabang Olahraga, Seni, Budaya dan Pramuka.     

 

Tunggu Sampai Selesai Waktu

     Pendaftaran untuk jalur prestasi non akademik ini biasanya diselenggarakan sebelum PPDB jalur lainnya dibuka.  Disediakan waktu selama beberapa hari dari pendaftaran hingga pengumuman finalnya. Bila mendaftar sekolah lewat jalur ini sebaiknya tunggu sampai selesai waktu pengumumannya agar bisa mnyiapkan ke tahap berikutnya.

      Ikuti prosesnya sampai selesai semuanya. Setelah waktu pengumuman, maka data akan dikunci dan tidak berubah lagi.  

 

Registrasi dan Lapor Diri.

     Setelah  selesai  dan tersaring di jalur ini, kemudian peserta didik diberi waktu untuk registrasi dan lapor diri di sekolah yang dituju.  Bila mungkin, ajak anak ikut serta mengikuti prosesnya agar dia mengetahui secara langsung sekaligus pengenalan pertama pada sekolah barunya.

     Selain mengisi data, saat lapor diri juga akan diberikan pengumuman dan persyaratan lain seperti kapan masuk sekolah bersama teman yang lainnya, tata tertib serta hal lain yang berkaitan dengan siswa baru.

     Biasanya, untuk siswa yang masuk sekolah lewat jalur prestasi non akademik ini diharapkan dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang berkaitan dengan prestasi yang diraihnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat memperkuat dan membawa nama baik sekolahnya.

    Beberapa sekolah seringkali memilih anak berprestasi ini untuk menunjang prestasi sekolahnya. Ketika sudah diterima dan selama menjadi siswa di sekolah yang dituju, diharapkan bisa terus meningkatkan prestasinya ini selain juga prestasi akademiknya.

 

     Jadi, jika putra putri kita memiliki prestasi, dan menekuni bidang yang menorehkan prestasi sesuai passion, sebaiknya tetap terus berekplorasi dan meningkatkan diri dengan mengikuti kejuaraan agar terus update dan memperoleh penghargaan.  

Bahwa nanti, anak berprestasi ini pasti akan mendapat tempat yang sesuai dengan hati nuraninya di sekolah yang diinginkannya. Semoga.***NZ

Senin, 10 Agustus 2020

Memaknai Porsi Rezeki

 


    Tak ada yang kurang dalam hidup kita di saat mau mensyukurinya. Porsi rezeki dibagi sesuai dengan kebutuhannya.

By Nur Ida Zed

 

                                                    Foto: Pinterest


       Acapkali kita melihat rumput tetangga lebih hijau daripada di rumah sendiri. Semua yang tampak oleh mata membuat kita selalu kurang dengan membandingkan milik orang lain. Apalagi ketika sedang mengalami ujian hidup seperti musibah yang terjadi. Apa yang sudah kita miliki seolah tak berasa dan lebih terfokus pada penderitaan saja. Seperti ketika lagi pandemi saat ini, beberapa teman saya ada yang curhat berkurang rezekinya.

              “Ya iyalah. Kan sekarang gak bisa kemana-mana, semua dibatasi,” kata mereka.

          Ah, padahal PNS juga setahu saya gaji gak mungkin dikurangi,  kan, haha. Kalau karyawan swasta  atau pengusaha,  penghasilan berkurang mungkin bisa saja ya. Tapi saya rasa rezeki tidak sekadar soal uang atau materi, apalagi diukur dari gaji dan penghasilan semata. Bila kita bijak memaknainya, kesulitan di masa pandemi ini justru menjadikan peluang bisnis bagi yang pandai memanfaatkannya. Contohnya enterprenuer online yang kian menjamur, munculnya creator digital baru, dan sebagainya. Lagi pula, rezeki sudah diatur sesuai dengan porsinya. Banyak di rumah bukan berarti berkurang, tapi bisa berkumpul lebih lama bareng keluarga jadi punya kesempatan lebih mengerti satu dengan lainnya.

      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rezeki adalah segala sesuatu pemberian Tuhan yang dipakai untuk memelihara kehidupan. Jadi, sebenarnya tidak  sekedar materi, tapi juga immateri  ya. Nah, yang terakhir ini yang seringkali tak pernah disadari.

 

Kesehatan itu Rezeki

    Setiap pagi dapat menikmati indahnya hari, itu adalah rezeki. Tuhan memberi kita waktu dan kesempatan untuk mensyukuri apa yang telah diberikanNya dengan keadaan sehat dan bahagia, tak kurang suatu apa. Subhanallah. Itulah bentuk rezeki yang diberikan untuk kita. Coba bayangkan jika punya banyak materi tapi sakit-sakitan,  tentu rasanya tidak menyenangkan karena tak bisa menikmatinya. Ya, menurut H.R Bukhari, dua nikmat rezeki yang sering dilupakan orang adalah kesehatan dan kesempatan. 

      Ketika kita diberi kesempatan untuk mendampingi anak-anak yang cerdas dan berbakti, merupakan rezeki yang patut disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan itu, karena anak juga bisa menjadi ujian buat orang tuanya. Begitupun ketika diberi kesempatan untuk menimba ilmu, maka syukuri dan lanjutkan amanahnya. Bisa jadi semua orang tidak mendapatkan ini meski punya banyak materi. Juga teman yang baik, bisa dipercaya, saling support dan mengerti itupun termasuk rezeki. Saya sendiri percaya semua rezeki, apapun itu yang ditakar untuk kita haruslah disyukuri, agar terus ditambah dan ditambah lagi.

      Tak ada waktu untuk merasa iri serta membandingkan apa yang kita miliki dengan orang lain, sebab beda kepala tentu beda porsi rezekinya. Semua sudah diatur dan dijamin oleh Yang Maha Kuasa. Kita hanya focus dengan apa yang diperintahkan saja, yakni ikhtiar dan usaha.


Cara Pandang dan Berbagi

     Sebagai manusia biasa memang wajar bila melihat orang lain dari segi materi. Yang tampak oleh mata hanya rumah bagus, mobil mewah, deposito melimpah dan jabatan yang serba wah. Orang terpandang adalah dia yang bisa menunjukkan gigi dengan materi.  Itulah yang membuat sebagian merasa besar dan bisa mengecilkan yang lain. Padahal sebenarnya hanya tergantung cara pandang masing-masing.

     Orang berilmu lebih dihargai karena keahliannya, bukan materinya. Di banyak tempat, orang yang dituakan dan berpengaruh adalah mereka yang berilmu. Memiliki wawasan yang cukup untuk memahami kehidupan secara bijaksana. Tapi bila kita diberi kelebihan salah satu,  atau bahkan keduanya, maka berbagilah agar mendapatkan berkahnya.  

     So, tak perlu mengeluh atau iri mengenai rezeki. Bahwa Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan sekedar yang kita inginkan.  Percayalah, rezeki itu tidak akan pernah tertukar.***NZ

Sabtu, 08 Agustus 2020

When You Meet Me Now

 

 

     Saat bertemu orang baru, janganlah punya penilaian tertentu. Sebab kita ini sama, ada kurang dan lebihnya.

 

     Foto: Pinterest

     Apa yang tersirat di benak kita ketika bertemu dengan orang baru ? Saya percaya dengan pepatah  yang mengatakan: Don’t judge book by its cover, jangan melihat buku dari sekedar sampulnya, karena bisa saja kita terpedaya hanya karena penampilan luarnya saja. Bagi saya ini berlaku juga saat bertemu dengan orang baru. Tak bisa begitu mudah mengadili seseorang dari satu sisi saja.

     Tapi ketika kita bertemu dengan orang baru, tak mungkin juga langsung mengerti dan mengenali karakternya kan. Dalam situasi ini, first impression dapat menunjang bagaimana sebenarnya sosok yang ada di depan kita.  Seringkali saya memakai ‘Feeling’ dengan ‘pandangan pertama’. Entah kenapa, rasanya teori yang mengatakan, perhatikan pada dua menit pertama seolah memberi petunjuk untuk mengenali seseorang selanjutnya. Setidaknya, apakah dia orang yang terbuka- ekstrovert, atau sebaliknya, justru tertutup alias introvert yang seringkali canggung saat langsung bertegur sapa.

   Adakalanya kita dapat melihat karakter ini ketika sedang  berbicara. Biasanya bila suka menggunakan tangannya saat bicara, bisa jadi dia seorang  ekstrovert yang mudah bergaul dengan siapa saja. Penggambaran ekspresi itu ditunjukkan dengan penekanan pada gerakan tangannya. Bebeda bila banyak diam dan cenderung canggung, mungkin dia seorang yang introvert yang sedikit sensitive dan perasa. Bisa saja terlihat cuek dan seolah tidak peduli saat berbicara, karena lebih berhati-hati dan berfikir dua kali untuk mengemukakan ekspresi dan pendapatnya.

     Kedua karakter ini yang akan dijumpai saat kita bertemu dengan orang baru. Selanjutnya barulah mengenal bagaimana sifat, sikap dan kepribadian yang sebenarnya. Pastinya butuh proses interaksi beberapa kali ya, seperti menjalin kerjasama, bersahabat baik atau berkawan biasa dan saling silaturahmi saja.

 

Teman Baru di Dunia Maya

      Tak jarang saat kita bersosial media, seringkali bertemu dengan teman baru di dunia maya. Entah itu ketika bergabung dengan komunitas, saling sapa dan berkomunikasi lewat jejaring sosial dan tidak saling bertatap muka. Hal pertama yang saya lakukan biasanya mengenali karakternya melalui jejak digital yang dia punya. Seperti postingan di Instagram atau facebook, cuitan di twitter atau bahkan postingan di blog pribadinya.

     Banyak hal yang dapat diketahui mengenai profil teman baru ini  sebagai pembuka saat ingin bertegur sapa. Setidaknya bias mengerti apa yang menjadi tujuan saat kita ingin berkomunikasi, seperti karena kesamaan hobi, visi dan misi, atau sharing informasi sehingga passion kita dapat bersinergi. Ada baiknya cek juga teman yang sama, biasanya media sosial menunjukkan teman yang sama-sama diikuti agar dapat memperluas jejaring sosial kita.

     Tidak semua menyenangkan dengan relationship di dunia maya. Bisa saja informasi yang tertulis sebagai identitas maupun jati diri berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Begitupun mengenai sikap dan karakternya. Mungkin saja teman yang terlihat seru, ramah dan aktif berkomunikasi saat di media social justru seorang introvert ketika bertemu langsung dengannya, begitupun sebaliknya. Saran saya jangan terlalu terbuka, tetap jaga keamanan supaya nyaman ke depannya.

     Tapi apapun itu, awal bertemu dengan orang baru sebaiknya berfikir positif saja. Tak perlu memiliki persepsi atau penilaian yang akan menyulitkan kita dalam menjalin relasi asal didasari dengan niat baik. Proporsional saja. Sebab dalam hadist disebutkan bahwa silaturahmi itu akan membuka rizki dan memanjangkan umur kita.  ***NZ

Rabu, 05 Agustus 2020

Blogging For Inspiring


     Banyak banget sih manfaat blogging alias ngeblog. Bisa untuk diri kita, juga yang membacanya. So, be inspiring.

By Nur Ida Zed


Foto Pinterest-WPKIND.Com

    

    Kalau ditanya kapan mulai ngeblog, sebenernya sudah mulai lama, beberapa tahun lalu. Karena memang suka nulis, punya background komunikasi yang diajari ilmunya, bahkan kerja juga di media yang berkaitan dengan dunia semacam blog, tulis menulis. Lalu pernah pause aja naik turun mood, kurang fokus jarang update dan mulai aktif lagi. Tepatnya  belajar lagi, karena hidup itu memang proses untuk terus belajar kan ya, hehe…

     Awalnya cuma sharing beberapa tulisan sendiri yang pernah publish di majalah, diremake dalam versi blog, lalu mulai berfikir dengan lebih update lagi sesantai mungkin, sehingga lebih ringan untuk dibaca dan bisa menginspirasi. Sederhana saja ya, tapi itulah yang kupikirkan. Dengan tag line: Sharing, Inspiring, Positive Thinking berharap dapat menambah manfaat buat diri sendiri, sukur-sukur juga buat yang mau membacanya. Karena ngeblog pada dasarnya musti sejalan dengan pikiran dan karakter kita ya.

 

     Banyak banget manfaat ngeblog yang dapat dirasakan.  Baik itu jangka pendek maupun jangka panjangnya.

     Sarana ekspresi diri dan bereksplorasi. Dengan ngeblog bisa berekspresi sesuai dengan diri kita, karena laman ini punya sendiri yang akan kita manage seperti apapun yang dimau, tanpa harus diedit dan direvisi oleh orang lain, bahkan oleh perusahaan atau publisher. Kalau sebagai redaktur di beberapa media,  bertanggung jawab untuk rubrik dan produksi saja. Berfikir tentang bagaimana membuat tema yang menarik dan lagi hit, hunting narasumber, interview untuk tulisan yang bagus. Tinggal ngarahin fotografer dan disaner grafis, lalu edit sana sini sebelum naik cetak atau upload, beres. Tapi ngeblog dituntut lebih mengerti dan langsung menangani segalanya sendiri, termasuk desain untuk template, foto bahkan promote dan mungkin nanti marketingnya juga untuk update blog bila ingin terus berkembang. Paket komplit deh pokoknya, dan ini pasti lebih menantang.

     Banyak teman dan komunitas seru. Senangnya ngeblog ini jadi punya lebih banyak teman dari elemen yang berbeda. Apalagi kalau ikutan komunitas sehingga bisa sharing dan tukar informasi. Di sini biasanya lebih berorientasi pada bagaimana berkarya, memilih konten, mensupport yang lain tanpa dibatasi dengan kondisi miskin kaya, atasan bawahan, tua maupun muda. Lebih pada bagaimana optimasi blog, semangat untuk tetap komit, konsisten dan hal yang bermanfaat lainnya.

     Belum lagi kalau ketemu saat gathering atau undangan dari pihak tertentu, sponsorship, misalnya. Karena sekarang ini blogger dan komunitasnya sudah banyak dilirik sebagai media promosi untuk strategi bisnis periklanan sebuah produk. Dengan maraknya komunitas blogger, akan lebih efektif menjangkau target dari beberapa sisi, karena pemaparan dari beberapa sudat pandang yang memiliki pembacanya sendiri.

   Gathering antar komunitas juga sering dilakukan untuk menambah manfaat sebagai networking dan saling melengkapi sebagai partner, bukan sebagai competitor atau saingan. Itulah yang disebut sebagai pertemanan yang menyenangkan. Seru karena tidak ada pretensi tertentu karena masing-masing blogger membawa benderanya untuk saling bersinergi. Semuanya begitu optimis, menyenangkan dan berfaedah.

     Sharing ilmu dan berbagi. Buat yang senang berbagi seperti saya, rasanya pas bila mengelola blog sendiri. Karena bisa saling berbagi ilmu dan menginspirasi. Bagi saya sekarang tak peduli dibaca ataupun tidak, hanya berbekal niat baik untuk saling berbagi dan melengkapi. Tak terlalu masalah dengan konten,  tapi  bagaimana memilih tamplate yang efektif untuk karakter blog kita. Rata-rata sesama blogger tidak pelit ilmu ketika ada yang ingin maju bersama. 

     Bersenang-senang. Blog bisa menjadi sarana bersenang-senang ya. Karena menulis  menjadi hal yang mengasikkan, hingga alur di pikiran yang tertuang mengalir begitu saja dengan passion yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam. Saat menemukan moment menarik yang akan menjadi bahan tulisan rasanya senang dapat memperkaya konten kita. Begitupun saat bertemu dengan blogger lainnya, terasa hangat dengan saling sapa dan memberi komentar tentang isi tulisan, tampilan, optimasi dan semacanya.

 

      Sementara manfaat ngblog  jangka panjang juga banyak. Menurut saya tulisan yang berasal dari ide, buah pikiran, pendapat serta opini yang dipublish merupakan  jejak digital yang dapat terus dibaca sampai kapanpun. Artinya dengan  blogging karya kita dapat dinikmati dan bermanfaat sampai kapanpun, bahkan ketika kita sudah tiada. Amalan kebaikannya akan tetap terbawa dan dikenang selamanya.

     Ya. Ngeblog dapat menjadi sarana healing juga lho, apalagi di masa pandemi seperti ini.  Banyak yang dapat dikerjakan, termasuk update blog alias ngeblog.  Bayangkan saja, ngeblog dapat dilakukan tanpa mengenal senjang waktu, bahkan sampai tua nanti. Tidak seperti saat bekerja  kantoran yang dibatasi waktu dan kebijakan perusahaan, seringkali ketika sudah mencapai puncak karier harus rela untuk regenerasi. Sementara ngeblog tidak, makin update dan banyak disukai pembaca mungkin dapat menjadi investasi juga. Tak hanya dari sisi materi yang didapat langsung lewat blog, tapi personal branding yang muncul biasanya akan menyertai plus value yang bermuara pada profit lainnya.  Lihat saja banyak blogger yang sukses dan dapat terus berkarya tak kenal usia. Banyak juga orang sukses yang kemudian ngeblog karena ingin berbagi ilmunya.  

     Ngeblog dapat menjadi warisan untuk anak cucu sepanjang masa, karena dapat dibaca kelak di jaman mereka. Suatu kali ketika putri saya membaca blog saya dan berkata, “Aku mau ngeblog juga kayak Mama,” Saya ingin dia merasa bangga pada ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Saat inipun saya sedang menyiapkan semacam kisah yang sudah tertulis lama, semacam serial perjalanan kehidupan saya bersama mereka. Berharap dapat menjadi inspirasi atau sekedar menuangkan apalah itu namanya dalam sebuah karya. 

    Sebenarnyalah selain bisa dibaca sebagai manfaat yang dapat menginspirasi, blog juga dapat memberikan semangat bagi mereka, generasi penerus ini untuk berkarya. Jadi gak perlu ragu untuk ngeblog, terus saja menuangkan hal positif supaya menyebarkan energi baik bagi diri kita sendiri, orang disekitarnya dan juga bagi dunia.

 

      Happy blogging yaa…***NZ

 

Sabtu, 01 Agustus 2020

Kompak Bareng Generasi Z


Saling melengkapi menjadi kunci saat melakukan kerjasama bareng generasi ini. Semua bisa  lancar apabila kita mengetahui triknya.

By Nur Ida Zed

 

                                                                                         

        “Anterin mama beli matras yoga yuk, Mas,”

        “Bentar. Lagi naggung, nih.” Lalu,

       “Mama mau yang mana ? Ini, ini, atau yang ini aja...” kata sulungku sembari menunjukkan aplikasi belanja online di gadged-nya. Akhirnya aku milih juga. Dan alhamdulillah, pesanan datang tepat pada waktunya, sesuai keinginan dan tanpa kendala. Begitulah. Seringkali kalau ngobrol sama jagoanku ini berasa dicuekin aja. Dipanggilpun seolah gak denger karena earphone ada di telinga. Baru nyaut kalau di WA- Whats App. Karena itu kami sekeluarga bikin WAG my family, supaya bisa saling tegur sapa.

     Ya. Bisa dibilang kedua anakku terlahir sebagai generasi Z, di mana lahir langsung kenal dengan internet. Tak lagi harus diajari memakai perangkat tehnologi karena sudah otomatis update tanpa menunggu lagi. Dunia maya sudah menjadi bagian dari hidupnya. Inilah yang membuat generasi sebelumnya, seperti saya harus beradaptasi dengan pola pikir, perilaku dan karakternya sebagai generasi yang hiper kognitif, yang lebih nyaman mengumpulkan referensi silang dari banyak sumber informasi dan mengintegrasikan pengalaman virtual dengan kehidupan nyata.

 

     Gak salah sih sebenarnya, karena kemajuan jaman dan tehnologi membuat semua bisa diakses  hanya lewat ujung jari. Tinggal klik, apapun yang diinginkan bisa dipenuhi tanpa melalui proses panjang lagi. Segala aplikasi, informasi, belajar mandiri, hiburan, layanan, bahkan kencan, kerjaan dan pergaulan tersedia di banyak laman.  Sehingga generasi ini lebih menyukai hal-hal yang simpel, praktis dan instan.  

 

Ambil Positifnya

     Generasi Z, yang kerap disebut sebagai Gen Z atau Gen Net, Gen Tech  serta i-Generation alias digital natives ini biasanya memiliki rasa percaya diri tinggi dan menyukai hal yang detail. Berkeinginan besar untuk mencapai kesuksesan dan menyukai  kebebasan, baik dalam berpendapat, berekspresi, berkreasi dan bereksplorasi.

    Lahir di tengah dunia modern yang serba digital, membuat generasi  ini lebih mahir dalam mengakses  tekhnologi  dan tidak gaptek sehingga banyak yang faham cara meraih keuntungan lewat internet. Tak heran jika  sebagian bisa mandiri secara finansial dengan menjadi selebgram, selebtwit, vloger, influencer,  youtuber dan semacamnya hanya  dengan mengunggah foto dan video di media sosialnya.

     Memang sih, generasi ini cenderung terkesan susah diatur. Mereka tidak suka diperintah tanpa penjelasan yang logis, termasuk aturan yang menurutnya tidak masuk akal. Sisi baiknya mampu menunjukkan sikap optimis dalam menghadapi banyak hal, cepat move on ketika mengalami kegagalan dan lebih bisa memandang segala sesuatu dari sisi positif.

     Generasi yang lebih pragmatis dan analitis ini cenderung toleran dan bisa menghargai perbedaan. Tidak menyukai perdebatan berkepanjangan karena percaya setiap permasalahan pasti memiliki solusi yang menyenangkan.

 

Berikan  Pengakuan

     Saya sendiri  tidak masalah ketika harus bekerjasama dengan generasi multitasking ini. Meski kadang kurang fokus  karena selalu berinovasi dengan pembaharuan terus menerus, namun pada dasarnya mereka ingin mendapat pengakuan atas kerja keras dan usaha yang telah dilakukan. Sesekali memberi pujian dan penghargaan tak ada salahnya.  Apalagi ketika mau membagi ilmu dan menorehkan prestasi.

     Sebagai generasi sebelumnya, ada baiknya selalu memberi motivasi dan mengingatkan agar tidak melupakan interaksi sosial yang sebenarnya. Sebab dunia nyata akan  terus tumbuh dan berkembang dengan kehidupan yang  berjalan seiring dan seimbang.

    Cobalah menjadi rule model yang baik  dan berakhlak mulia untuk saling melengkapi. Juga kompak dengan generasi ini dalam komunitas yang cenderung memiliki pola pikir realistis.

   Begitulah.  Mari terbuka dengan  Generasi  Z  yang kini mulai merambah pada dunia kerja yang nyata. ***NZ

Foto: Revin Ananda-Komunitas Kejar Mimpi Jakarta