Jumat, 04 Maret 2022

Kehidupan Ini Saling Melengkapi


       Tak perlu berkecil hati ketika merasa kurang di satu sisi. Bahwa kehidupan ini saling melengkapi. Menghargai potensi akan lebih bijak dalam menentukan nilai diri. 

By Nur Ida Zed  

 

                                                         Foto: Pinterest

       Salah satu alasan kenapa saya ingin menjadi jurnalis waktu itu supaya bisa bertemu dengan para tokoh, orang-orang hebat dan sukses, termasuk public figure dan semacamnya. Mereka yang seringkali diliput media masa dengan pencapaian dan prestasinya, para tokoh yang sukses karena kerja kerasnya, pejabat yang handal mengatur negara, politikus yang berani memperjuangkan visi misinya, selebriti dengan segala hal yang terlihat sempurna, bahkan yang terkesan glamour tanpa ada cacat cela.

       Tak sedikit yang seolah hanya pamer harta, viral saat membeli rumah mewah dengan harga milyaran rupiah, berburu mobil baru dengan tehnologi terbaru bernilai fantastis, koleksi perhiasan super mahal penunjang penampilan dan prestise, tas branded, sepatu bermerk dan semua yang menunjukkan kekayaan duniawi meski sebenarnya sudah berkecukupan. Entah mungkin sebagai wujud pencapaian hidupnya, atau bertujuan memotivasi dan menginspirasi yang lainnya dengan menghadirkan segala rupa bentuk harta, benilai materi dan limpahan uang sebagai kepuasan hidup yang dimiliki. Dan ya, karena semua itu seringkali dipertontonkan, dibahas dan diexspose, akhirnya menjadi konsumsi publik yang mau tak mau jadi membandingkan dan berdecak kagum,  sehingga kadang yang lain berasa tak ada artinya.

       Ini menarik menurut saya, apalagi bila digali dari perspektif yang berbeda. Karenanya di saat bisa bertemu langsung untuk wawancara, ngobrol dan berbincang tentang berbagai tema, saya biasa mengulik banyak hal yang kemudian akan mengambil sisi positifnya. Seperti mengenai cara pandang, pola pikir, budaya, sikap dan hal lain yang tak hanya ditemui di televisi dan media, karena tentu bagi setiap orang bisa saja berbeda.

 

Tidak Semua Sama

       Lalu dengan berjalannya waktu, sepanjang ini saya sudah banyak bertemu para tokoh dan public figure yang kemudian menjadi narasumber untuk tulisan saya di media. Tak sedikit yang berkesan dan memberi plus  value bila dikulik latar belakangnya sehingga akan menambah energi positif bagi diri saya. Seperti ketika waktu itu harus mewawancarai Triawan Munaf, yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Garuda Indonesia Tbk. untuk rubrik Profil di Majalah Hongshui Living Harmony.  Saat itu beliau sebagai tokoh periklanan yang handal dengan kreativitas dan strateginya di AdWork, sebelum menjabat sebagai Badan Ekonomi dan Kreatif (Bekraf) RI di awal pemerintahan Bapak Jokowi. 

       Awalnya saya menghubungi beliau dan janjian bertemu di salah satu book store di bilangan Pondok Indah, Jakarta. Sedikit grogi karena akan wawancara tokoh yang juga ayah seorang artis Sherina Munaf yang kala itu sedang naik daun. Menata diri dan datang tepat waktu dari schedule yang disepakati, ternyata beliau sudah menunggu sembari membaca di sebuah kursi cafenya dengan senyum khas yang ramah dan bersahabat. “Mbak Nunung ya?” tanyanya waktu itu, dan saya mengangguk. Dalam hati saya kagum karena ternyata beliau seorang yang bersahaja dan hangat. Sepanjang wawancara begitu humble dan rendah hati,  tak ada kesan sombong sama sekali dan terasa menghargai profesi sehingga tak berjarak untuk berbincang meski baru bertemu pertama kali.

       “Kalau ada data yang kurang kasih tau aja ya, nanti dikirim” begitu katanya sebelum mengakhiri wawancara. Lalu saya terima email apa-apa yang perlu untuk melengkapi tulisan. Ya. Kemudian saat kami mengundang pada sebuah acara, beliau juga menyempatkan waktu untuk menghadirinya. Inilah contoh tokoh yang mampu jadi panutan dan selalu memberikan positive vibes, pikir saya.

       Begitu juga Adrie Subono, sang promotor yang harus saya wawancara untuk liputan Rubrik Griya sekaligus Profilnya. Beliau terkesan antusias dan akrab saat kami, saya dan fotografer datang berkunjung untuk ngobrol dan ‘mengganggu’ waktunya yang padat. Pengusaha yang terlihat ‘sangar’ itu ternyata baik hati, peduli dan juga humble. Di sela wawancara bahkan sempat cerita tentang perjuangan di masa muda, soal  kekerasan hati serta  semangat pantang menyerah agar bisa menghargai proses menuju tahapan kesuksesan masa depannya.  

       Begitulah, cerita lain saat di majalah Herworld Indonesia dan bertanggung jawab terhadap rubrik Home Living, ketika harus meliput rumah penyanyi lawas yang kini terjun ke dunia politik, Iis Sugianto. Mulanya saya merasa agak jengah karena begitu sulit menghubungi artis satu ini. Di WhatsApp berhari-hari seolah tak direspon. Saat membalas dan hendak ditelpon balik  untuk memastikan kesediaan malah tak mau menjawab, sampai kami kembali rapat ingin mengganti narasumber. Kemudian,  tiba-tiba bersedia dan meminta maaf karena sedang menyiapkan kelengkapan interior bahkan mengecat rumah yang akan difoto agar lebih nyaman sehingga harus menunggu waktu sedikit lama.

       “Ini baru aku ganti warna sedikit soft,” kata penyanyi melankolis yang kini juga youtuber mengenai rumahnya bergaya Classic Mediterania di kawasan Pondok Indah waktu itu. Rupanya setelah bertemu,  dia ternyata sosok yang baik banget, ramah dan rendah hati pula, tak seperti perkiraan sebelumnya. Kami bahkan panjang berbincang seolah telah bertemu lama.

       Ya. Saya percaya, setiap orang memang memiliki perbedaan sikap dan pandangan saat berhubungan serta menghargai profesi orang lain. Namun ketika yakin dengan potensi yang ada, maka tak perlu lagi merasa lebih rendah dari yang lainnya. Seperti narasumber yang seringkali saya temui, semakin “matang dan berisi” akan semakin rendah hati. Meski semua itu tentu tergantung dari cara kita bersikap dan bertutur kata sebagai cerminan siapa diri kita yang sebenarnya.

 

Terima Potensi Yang Ada

       Setiap manusia pasti memiliki potensi diri yang dapat dikembangkan untuk menambah rasa percaya diri. Terima ini sebagai wujud rasa syukur kepadaNya, karena Allah SWT telah menciptakan setiap manusia sesuai dengan porsinya. Jangan selalu melihat ke atas jika ingin bijak dan  tidak merasa lebih kecil bahkan tak berdaya. Sebaiknya seimbangkan pandangan dengan melihat ke bawah juga kepada mereka yang lebih kekurangan dari kita agar selalu mewujudkan rasa syukur dengan semua potensi yang ada.

       Memang penting untuk memotivasi diri agar bisa lebih berdaya dan berprestasi sangat tinggi, namun lebih penting mensyukuri dan memaksimalkan apa yang ada agar hati dan jiwa selalu tentram dan bahagia. Bahwa kunci hidup ini salah satunya berserah pada setiap kehendakNya. Tak perlu berkecil hati, apalagi merasa rendah diri. Kita hadir di dunia ini salah satunya untuk saling melengkapi. 

      Salam sehat dan selalu semangat..!***NZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar