Minggu, 13 Agustus 2023

Diary Ketika Anak Masih TK

     Di dalam buku diary kita bisa menuang banyak cerita. Bertahun lalu, saya sempat menulis Setengah Sebelas di buku harian hingga menjadi sebuah karya.


                                            Foto: dokpri @nuridazed


     Ini memang tentang waktu, yang saya lalui hingga setiap setengah sebelas di sepanjang hari itu. Ketika saya lebih banyak menuang kisah di saat harus menunjukkan kepandaian multitasking dengan bekerja sambil menunggu anak yang masih TK. Meski agak keteteran juga, seringkali saya sempatkan waktu barang sehari saja setiap minggunya agar bisa menemani buah hati ketika sekolah di Taman-Kanak-Kanak itu. Rela menambah jam lembur karena paginya ijin absen untuk datang sehabis dhuhur, agar bisa bersama mereka. Atau paling tidak menyelesaikan tugas sambil menunggu di parkiran supaya dapat melihat binar kegembiraan di matanya ketika bubaran sekolah dan dijemput mama. 

     Atau ketika sekolah mengadakan acara khusus, seperti jalan-jalan, kunjungan ke suatu tempat tertentu dan lomba-lomba, saya ingin membersamainya agar melekat di memori si kecil bahwa mama selalu ada untuknya. Pemred saya waktu itu sudah faham betul jika redakturnya ini memiliki anak kecil yang sesekali butuh didampingi, sehingga memaklumi situasinya asal tugas dan kewajiban beres semua.   


                                            Foto: dokpro @nuridazed


     Ya. Lalu saya mulai menikmatinya. Bukan hanya karena sempat meluangkan waktu mendampingi tumbuh kembang anak di masa usia emas, tapi rupanya juga banyak banget yang didapat, termasuk pengalaman dan berbagai insight baru yang kemudian bisa menambah goresan di buku harian saya. Bermacam cerita yang dapat menjadi pelajaran dalam menghadapi kehidupan nyata. Termasuk sepenggal kisah mengenai serial Anak-Anak Mama.


Cerita Tentang Baruna

     Namanya Baruna. Kulitnya sedikit gelap, berambut ikal dan punya tahi lalat di dagunya. Ia anak yang sehat dan lucu, sebenarnya, hal ini dapat dilihat dari penampilannya yang terkesan bersih dan rapi. Ciri lain yang ia miliki: mata sipit dengan kuping caplang. Seperti anak seusianya, lelaki kecil yang seharusnya duduk di kelas A tapi masih kerasan tinggal di Play Grup ini senang bermain juga. Yang membedakan barangkali ia lebih ekspresif, bahkan terkesan hiperaktif, frontal dan seenaknya. Seringkali ia selalu membuat ulah dengan mengusili teman-temannya. Suatu hari Puan, anak perempuanku pernah juga menjadi sasaran keisengannya, hingga sempat menangis gara-gara sepatunya disembunyikan oleh Baruna. Di sekolah ini sepatu memang harus dilepas saat anak memasuki kelas. Diletakkan di loker sepatu yang berderet di depan kelas yang sengaja dibuat terbuka dengan nama masing-masing.

     "Waktu turun main tadi masih ada," begitu kata gadis kecilku saat ditanya wali kelasnya. Namun ketika sekolah usai, ia tak menemukan sepatu kesayangannya itu di tempatnya. Dicari kemana-mana tidak ketemu, rupanya disembunyikan di toilet guru oleh Baruna. Penjaga sekolah mengatakan tadi melihat lelaki kecil itu keluar sendirian dari toilet guru dengan terburu-buru. Dan besoknya saat ditanya, ia hanya tertawa seraya  menjawab: Lupa! Itulah Baruna.

    Seperti ketika ia mengerjai guru kelasnya dengan membawa ulat bulu yang disimpan di kotak makanan di dalam tasnya. Pada waktu makan bersama, anak itu kemudian menunjukkan bawaannya kepada Bu Sri, lalu melemparkan ke meja temannya sehingga suasana menjadi gaduh. Beberapa anak menjerit, bahkan ada yang sampai menangis ketakutan. Melihat semua kejadian yang dibuatnya itu, Baruna hanya tertawa. Terlihat senang dan tidak ada penyesalan sama sekali. Saat disuruh meminta maaf, diapun tidak mau.Ya. Baruna memang belum bisa diberi tahu, tak mau tau, atau lebih tepatnya agak sulit diberi tahu, apalagi dinasehati. Mungkin memang masih anak-anak yang belum mengerti bila perbuatannya itu mengganggu, bahkan bisa membahayakan orang lain.

     Juga di saat anak-anak lain sedang mendengarkan cerita guru, tiba-tiba saja ia mengacungkan sebilah pisau lipat, yang entah didapat dari mana sembari berteriak-teriak histeris. Kontan Miss Dienna yang berada di dekatnya segera meminta dengan lembut pisau di tangannya, lalu mendekap lelaki kecil itu dengan erat sekali sembari berbisik "Baruna kenapa, sayang?" Dan entah kenapa kali ini ia tidak berontak seperti biasanya, bahkan seolah menyandarkan pasrah kepala kecilnya. Ah...( Simak cerita lengkapnya di sini yaa )


Karakter Anak dan Orang Tua

     Anak-anak bagaikan permata, yang kian berkilau ketika orang tua pandai merawat dan menjaganya. Anak-anak kita yang saat itu masih muda belia, jenaka, lucu, ceria dan polos itu mulai merasakan bagaimana belajar dan bersosialisasi bersama mengembangkan dirinya. Di satu sisi, orang tua diharap jadi tambah mengerti berbagai hal yang berkaitan dengan dunia mereka, yang sebenarnya tak hanya sebatas main dan memainkan permainan saja, tapi juga butuh harmonisasi yang lebih luas lagi agar dapat membentuk karakter untuk masa depannya.

                                            Foto: dokpri @nuridazed


     Lihatlah sekilas cerita tentang Baruna yang sempat menggugah hati saya agar sesibuk apapun sebaiknya orang tua bisa meluangkan sedikit saja waktu untuk mendampingi buah hati, terutama di masa emas pertumbuhannya.  Karena ia adalah kertas putih yang akan menyimpan rapi segala goresan memori yang pernah dialami di sisi lubuk hatinya. Jangan biarkan dia terluka.

      Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar