Jumat, 02 Desember 2022

Ketika Teman Berubah Sikap

     Dimanika dalam berteman itu biasa, pasang surut hal terjadi seringkali dialami, tapi kalau bisa jangan sampai putus silatuhmi. 

by Nur Ida Zed

                                            Picture with Canva @nuridazed

     Dalam menjalin pertemanan, entah itu teman sepermainan, hehe..kayak syair lagu aja ya, atau teman semasa kecil, bahkan teman kerja, teman sekolah, kuliah, arisan, komunitas dan yang lainnya tentu memiliki dinamika dan ada pasang surutnya. Maksudnya, kadangkala merasa baik dan suatu ketika tidak baik- baik saja sehingga salah satu pihak jadi tak enak dan kurang nyaman dengan yang namanya pertemanan karena mungkin telah berubah sikap. Pada awalnya terasa akrab, begitu hangat, lalu tiba-tiba biasa-biasa saja, bahkan seperti cuek tak peduli dan gak mau dikenali. Yang tadinya suka bercanda, ceria dan receh, kemudian berubah kaku, seperti orang baru kenal saja. 

     Hm..namanya juga dunia pertemanan ya, friendship, istilah yang menggambarkan perilaku kerjasama saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial tentu memiliki ceritanya sendiri, termasuk ketika teman berubah sikap. Saya pun pernah mengalami ini, ketika ingin menghubungi teman masa kecil yang seringkali berkumpul karena satu sekolah hingga SMA, lalu saat kuliahpun tinggal di satu kota. Baru setelah lulus dan berpisah lama ternyata sama-sama tinggal di Jakarta. Sebagai teman yang pernah kenal, bahkan bisa dibilang dekat selayaknya seorang sahabat, saya mencoba menghubunginya, rupanya tidak seperti ekspektasi yang saya kira. Begitu dingin dan biasa-biasa saja tidak antusias seperti saya, haha, yang menurut saya ini berubah dari ketika dulu, dulu sekali saat kita masih sekolah bersama-sama. Olala, saya sampai sedikit baper, setengah menyesal kenapa harus menghubungi juga saat itu. Soalnya saya dapat nomer dari ibu saya, yang waktu itu bertemu dengan ibunya di satu acara hingga saling cerita kalau ternyata, putrinya itu, yang juga temen kecil saya tadi kini sama-sama di ibukota. 

     Sedikit kecewa sih, tidak bisa saya pungkiri, tapi kemudian saya berbaik sangka saja, mungkin saat saya menghubunginya bukanlah waktu yang tepat buat dia. Meski kemudian segala ingatan tentang keakraban dan keceriaan yang seringkali dilalui sepanjang usia hingga remaja menjadi sedikit terlukai. Selanjutnya saya sadar, bahwa berteman itu memang tidaklah semulus yang saya kira seperti di dalam cerita-cerita film, persahabatan lima sekawan atau sahabat yang bagai kepompong. 

     Namun apabila itu terjadi, ada beberapa hal yang perlu dimengerti, antara lain:

*Pahami Perubahan Sikap. Di saat menemukan seorang  teman atau sahabat ternyata berubah sikap, coba pahami kapan ini terjadi. Maksudnya sejak kapan menyadari dia berubah sikap. Hal ini akan menjadi latar belakang mengapa bisa berubah sikap. Apakah ada kejadian atau masalah tertentu yang membuat berubah sikap, mungkin dari diri kita, atau bahkan dari dirinya sendiri.  Memahami perubahan sikap ini akan membuat kita lebih release, atau melepaskan, ya sudahlah gak apa apa juga. 

*Jangan Berekpektasi. Dalam berteman seringkali kita punya ekspektasi, atau harapan sebagaimana yang kita rasakan terhadap teman atau sahabat. Ada baiknya let it flow saja atau biar berjalan apa adanya sehingga ketika ada pasang surutnya tak ada lagi rasa kecewa. Dengan siapapun sebenarnya teman itu sama, tak ada yang harus menjadi istimewa. 

*Anggap Hal Biasa. Ketika menemukan teman baik, atau bahkan sahabat yang mulai berubah sikap, anggaplah sebagai hal biasa. Santai saja menghadapi ini, toh masih banyak teman yang lain lagi. Mungkin teman kita tadi lagi ingin sendiri, introspeksi atau menjaga jarak karena sedang banyak masalah dan sebagainya, bisa saja itu terjadi.  

*Jangan Membuat Luka. Di saat sudah melakukan introspeksi, jangan membuat luka untuk diri sendiri, seperti perasaan bersalah yang berlebihan sehingga membuat kita sakit hati. Pikirkan bila hidup tidak hanya sekarang dan saat ini, tapi esok, lusa atau entah kapan bisa saja sikapnya berubah baik lagi. Pikirkan bahwa teman yang baik akan selalu memberi ruang untuk saling mengerti.

*Pikirkan Hal yang Baik Saja. Agar tak menjadi dosa dengan berbagai prasangka buruk terhadap perubahan sikap teman ini, pikirkan hal yang baik saja. Hus'udhon atau berbaik sangka lebih bermanfaat daripada berfikir buruk tentang pertemanan. Suatu ketika, di saat sudah baik-baik saja, coba tanyakan dengan santai dan seolah bercanda mengenai kekecewaanmu terhadap perubahan sikapnya. Mungkin saja dia menyadari dengan perubahan sikap ini, saling memaafkan dan sama-sama memahami.

     Seperti kata pepatah, mencari teman tidaklah susah, apabila itu teman suka, mencari teman memang susah, apabila itu teman duka. Sebenarnyalah begitu tidak mudah mendapatkan teman sejati di dunia ini. Tapi percayalah, satu teman baik sangat sulit daripada musuh seribu. Karenanya, ketika menghadapi dinamika pertemanan ini, sebaiknya tetap jalin silaturahmi, meski mungkin tak bisa menghilangkan persepsi. Sebab mempunyai banyak teman, bisa mendatangkan banyak rezeki. Insya Allah. 

     Salam sehat dan selalu semangat.***NZ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar