Sabtu, 24 Juli 2021

Ekspresi Foto Di Buku Tahunan Sekolah


         Meski masih pandemi, anak sekolah juga ingin membuat kenangan manis bareng teman seangkatan sebelum kelulusan. Selama belajar online di rumah saja, mereka menyiapkan foto-foto dengan beragam ekspresi dalam berbagai tema, termasuk Puan, putri saya.

By Nur Ida Zed

 

                                                          Foto @dvine_adinda

         Saya sih sepakat bila selembar foto bisa menyimpan banyak kisah. Saat membaca sebuah artikel atau berita, kelengkapan foto akan dapat menjelaskan peristiwa serta mengungkapkan paparan yang disampaikan. Dalam pigura yang dipajang di ruang tamu atau ruang keluarga pun, foto dapat menggambarkan identitas sebuah keluaga, bahkan mengingatkan pada suasana, situasi dan kondisi saat itu. Foto menjadi rekaman yang dapat mengungkap apapun di baliknya, dan orang-orang yang ada di dalamnya.

         Pada album foto  biasanya saya meletakkan jejeran peristiwa yang berkaitan, sehingga saat dinikmati membuat kita merasa kembali masuk dalam suasananya, entah itu kebahagiaan, keceriaan atau sebaliknya. Saat wisuda dan masih lajang, juga pernikahan misalnya, saya menyimpannya dalam album tersendiri, begitu juga ketika anak-anak lahir, tumbuh dan besar, serta momen-momen penting dan berkesan semacam wisata, ulang tahun, hari raya, mudik, jalan-jalan, kejuaraan dan semua hal yang dapat direkam dalam kamera. Kesenangan, kesedihan dan kebahagiaan saat itu akan melekat dan terlihat pada ekspresi raut muka, mimik wajah, senyuman, dan gestur tubuh yang diabadikan di sana.

         Kalau dulu saat kamera masih analog dengan menggunakan negative film, proses untuk menjadi selembar foto sangatlah panjang. Tapi di era digital sekarang, foto dapat dilakukan oleh siapapun dengan mudah karena selain kamera digital, di smartphone sekalipun ada banyak fitur yang ditawarkan untuk mendokumentasikan sebuah momen menjadi kenangan.

 

BTS Saat Pandemi

         Lalu, ketika Puan putri saya sudah duduk di kelas tiga, rasanya perlu memiliki kenangan yang bisa diabadikan di sekolahnya.  Awalnya sih semua orang tua siswa satu angkatan sepakat keberadaan BTS alias Buku Tahunan Sekolah bisa melengkapi kenangan anak-anak selama belajar di sekolah sepanjang tiga tahun ini. Kebersamaan mereka hingga menginjak usia remaja tentu tak akan dapat diulang lagi. Dan ya, selama menjadi siswa di SMP Negeri 41, Jakarta Selatan sejak tahun 2018 hingga 2021 ini mereka pasti memiliki cerita yang seru untuk dijadikan dokumentasi dalam memori hingga usia tua nanti. Bersama para guru, wali kelas, teman-teman, manajemen sekolah serta lingkungan dan kegiatan yang menjadi bagian dari proses belajarnya selama ini.

         Sebelumnya kami orang tua, terutama panitia menginginkan foto yang bagus dengan menggunakan pemotretan profesional bareng vendor yang dilakukan di beberapa lokasi sesuai tema masing-masing kelas. Lalu menyiapkan properti yang mendukung, lengkap dengan stylish agar hasilnya sempurna. Tapi saat dinyatakan pandemi dan anak sekolah tak diijinkan tatap muka, bahkan untuk berkegiatan dan melakukan aktivitas yang menimbulkan kerumunan, maka teknik pemotretan dirubah. Foto kelas  dibuat masing-masing dengan mengacu guidener dari vendor.

         Tak apa, dengan berbagai cara akhirnya sudah siap dan menjadi sebentuk cerita yang dikemas pada sebuah buku besar eksklusif dari foto-foto yang ditata. Ada yang kebagian tema Mafia, Noir, Summer, Picnic, Cottagecore, Retro serta Monokrom yang disatukan dalam alur keceriaan khas remaja di tengah pembelajaran jarak jauh, karena akhir dari mereka lulus dan meninggalkan masa sekolah menengah pertama dilalui saat masa pandemi. Dan semua dituang dalam rangkaian gambar, paduan foto-foto yang dapat bercerita dengan kenangan ini.

 

Foto Yang Menyimpan Harapan

         Pada foto memang kita bisa bertanya tentang banyak hal dan mendapatkan jawabannya. Tapi lebih dari itu, rangkaian foto juga dapat membuka beragam memori dalam hati dan pikiran, bahkan menyimpan harapan.

         Pernah dengar kan cerita seseorang yang telah lama berpisah dan akhirnya bertemu karena sebuah foto? Dan ini tak hanya fiksi. Suatu ketika saya mendapatkan album foto lama yang disimpan di lemari pajang, tanpa sengaja menemukan berkas foto-foto bapak ibu yang mulai memudar dan teman-teman mereka sewaktu masih muda. Ketika bertanya, bahkan almarhum bapak waktu itu bisa bercerita panjang lebar mengenai siapa saja yang ada di foto itu, lengkap dengan aneka kisah saat masih sekolah dulu hingga membuat beliau semangat karena hanya sedikit temannya yang tersisa. Di saat kami berduka, seseorang yang datang di antara tamu mengenalkan sebagai anak dari sahabat bapak yang hanya kami kenal lewat fotonya. Kemudian kembali tersambung tali silaturrahmi.

         Ya, dalam foto bisa mencerminkan suasana hati dari sorot mata dan senyuman yang diungkapkan. Di buku tahunan sekolah ini, keceriaan dan kepolosan mereka kelak akan menjadi saksi dari sebuah kesuksesan dan keberhasilan di masa mendatang. Ekspresi yang ditunjukkan dapat menjadi motivasi untuk proses menuju cita-citanya pada sepuluh, dua puluh, tiga puluh tahun ke depan, saat mereka berjuang dan meraih keinginan sebagai tujuan hidupnya. Tetap mengingat pada almamater yang pernah membesarkan namanya, juga kepedulian terhadap guru-guru yang telah mengajar, memberi ilmu dan mendidik serta nama baik yang harus dijaga selamanya.

          Sebenarnya foto adalah ungkapan citra diri yang menyiratkan pribadi dan mengemukakan siapa  kita ini. Saat senyum tulus yang merekah menghiasi wajah mampu memberikan kesejukan,  janganlah sirna karena usia dan beban kehidupan yang menekan. Karena itu saat menyimpan, bahkan mengupload ke media sosial seharusnya setiap foto dapat dipertanggung jawabkan.

        Bagaimana menurut kalian?

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar