Selasa, 02 Februari 2021

Eksekusi Masak Bareng Anak


        Saya selalu mengambil sisi positif dari situasi pandemi yang harus dihadapi sepanjang ini. Salah satunya karena bisa mengeksekusi project memasak bareng anak.

By. Nur Ida Zed

                                            Foto: dvine adinda.dokpri @nuridazed

        Kata orang jadi perempuan tuh harus bisa masak ya. Meski pendapat ini tidak sepenuhnya sepakat, tapi bisa masak sebenarnya sudah menjadi keniscayaan buat setiap orang di jaman sekarang, baik laki-laki maupun perempuan. Kalau dulu saya belajar masak dari Ibu, sekarang setelah punya anak perempuan, saya pun ingin mengajarinya memasak. Apalagi saat pembelajaran jarak jauh seperti ini, Puan, putri saya harus menyelesaikan project memasak dengan bahan dasar daging menjadi menu olahan siap santap yang ditugaskan oleh guru untuk mata pelajaran prakarya.

        Memasak bareng anak sebenarnya dapat menjadi media komunikasi efektif antara orang tua dan anak lho. Karena kedekatan dan keterlibatan keduanya sehingga muncul keakraban hingga saling mengerti antara satu dengan yang lain. Terlebih dalam situasi pandemi sekarang ini, masak bareng anak dapat menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan supaya menghindari rasa bosan dan kejenuhan yang rentan dihadapi saat pembelajaran jarak jauh alias PJJ dan semua kegiatan lebih banyak dilakukan dari rumah. Mengenai hal ini sudah pernah saya tuang di podcast Morning daughter, episode Tips Dampingi Anak Pembelajaran Jarak Jauh di @anchor.fm dan @spotify Juga di channel YouTube saya: Nurida Zuhayanti. Cek yaa.

       

         Nah, pilot project ditentukan berdua nih, dari awal memilih menu masakan, apa saja bahan yang diperlukan, dimana mau belanja, membutuhkan budget berapa hingga masalah teknis dan tahapan yang harus dilalui karena project ini nanti akan dividiokan sebagai dokumentasi dan dipresentasikan di depan teman-teman sekelas serta guru secara virtual untuk mendapatkan penilaian.

        Puan mengusulkan untuk membuat olahan daging ayam teriyaki yang menjadi favorit di keluarga kami, karena selain enak juga mudah membuatnya. Saya sih setuju saja, dan hanya mendukung serta memberi sedikit arahan saat dibutuhkan, sebab semua itu harus dikerjakan sendiri dari eksekusi hingga penyajian setelah jadi.

                                            Ayam Teriyaki buatan Puan (foto by Puan)

 

Membuat Anak Lebih Mandiri.

        Meski sebelumnya jarang sekali turun ke dapur, project memasak ini juga membuat anak jadi lebih mandiri. Saat dia menyodorkan rincian awal untuk belanja pengeluaran saja, saya merasa cara ini dapat menjadi ajang latihan bagaimana mengatur dan memanage kebutuhan. Begitupun ketika dia memberi alasan untuk mencari bahan pengganti yang sudah direncanakan karena di supermarket tidak ditemukan. Secara tidak langsung melatih anak agar segera mencari solusi saat menghadapi kendala dan berbagai kesulitan.

        Ketika memilih ayam dan meminta tolong keeper untuk memotong, kemudian menentukan merek saos teriyaki dan kecap manis yang diperlukan, serta menimbang bawang bomay, kentang dan segala bumbu menunjukkan  kecermatannya saat dihadapkan pada beberapa kemungkinan dan tetap fokus pada perencanaan.

        Kemudian ketika mulai meracik, menyiapkan semua bahan, mengiris kentang dengan pisau spiral, menentukan seberapa banyak bumbu yang dipergunakan hingga memasukkan ke dalam  panci presto yang biasa kami pergunakan. Ternyata terlihat begitu terampil meski awalnya tak pernah terbayangkan. Saya biarkan dia bereksplorasi, menikmati rangkaian proses ini dan hanya menjawab ketika dia menanyakan berapa lama biasanya mengukus setelah kepala presto disematkan agar daging lebih empuk dan tulang lunak sehingga menjadi sajian yang enak dimakan.       

        Mungkin buat sebagian orang kegiatan semacam ini  dilihat sebagai sesuatu hal yang biasa saja ya, tetapi saya merasa banyak bermanfaat untuk membentuk karakter anak. Melatih leadershipnya dan mengajarkan pada mereka bahwa ada proses yang mengasyikkan saat ingin mendapatkan hal yang diinginkan. Memasak juga perlu mengolah rasa, hati dan pikiran serta kesabaran dan keikhlasan agar menjadi sajian yang lezat dan menyehatkan.

 

Mengolah Skill Anak

        Setelah masakan matang dan tersaji, tugas selanjutnya adalah mengedit foto dan video yang sudah direkam dari berbagai angle serta menentukan hal apa saja sebagaimana sebuah project yang layak untuk dipresentasikan. Di sini anak dituntut untuk mengolah skill mereka hingga dapat menjadi sajian visual yang enak dinikmati dan mudah diterangkan. Sepertinya Puan memadukan beberapa aplikasi dengan alight motion.

       Akhirnya project selasai dan dikumpulkan.

        Tiba giliran presentasi, anak begitu antusias menerangkan apa yang telah dikerjakan layaknya chef dan ahli gizi yang menuang hasil karya yang patut dibanggakan. Apalagi ketika teman-teman dan guru memberikan apresiasi dengan beberapa pertanyaan seperti sebuah event yang sering ditonton di televisi yang bisa memberikan edukasi dan hiburan, meski di lingkup kecil setingkat sekolah SMP. Semua itu membuat anak menjadi puas dan senang sehingga dapat menambah rasa percaya dirinya.

 

        Demikianlah. Awal proyek besar bisa saja berasal dari hal yang kecil, bukan? Terkadang, bahkan dari sesuatu yang tak diduga bisa menjadi karya brilian yang menakjubkan. Ya, menurut saya kegiatan seperti ini memang  perlu diberikan kepada anak agar dapat membuka ruang untuk mengasah skill mereka dalam berekpresi dan berekplorasi dengan senang hati, termasuk di masa pandemi sekarang ini. Selain itu juga melatih rasa tanggung jawab dan kemandirian yang diperlukan saat menghadapi kemajuan jaman yang kian cepat berkembang.

        Bagaimana menurut kalian? Ceritakan yaa.

        Salam sehat dan selalu semangaatt.***NZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar