Rabu, 12 Desember 2012

Couple


Resolusi Pernikahan Akhir Tahun
Oleh: Nur Ida Zuhayanti




Sepanjang tahun ini, pernahkan Anda mengalami masalah dalam pernikahan ? Sisakan waktu bersama di akhir tahun untuk saling membenahi diri.


       Ibarat perjalanan, sebuah pernikahan adalah perahu yang telah disepakati untuk digunakan berlayar bersama mengarungi samudra luas. Ketika dalam perjalanan ditemui badai dan karang yang terjal, akankah Anda bisa bertahan ? Hm…ada baiknya bila segera menyiapkan pelampung, pakailah sabuk pengaman dan rekatkan kedua tangan untuk saling bantu agar perahu tidak karam. Begitupun dengan kehidupan pernikahan. Bila ada pertengkaran dan perbedaan pendapat yang menghadirkan konflik, apakah harus berakhir dengan perceraian ?

       Menurut penasehat perkawinan Robert Stephan Cohen, setiap perceraian pada dasarnya selalu diawali dengan konflik perkawinan yang sebenarnya sepele. Ditambah lagi dengan alasan: Sudah tidak ada cinta di antara kita. Betulkah ? Lalu, sebenarnya apa sih yang Anda butuhkan untuk mempertahankan perkawinan ?

     Sebagian orang bilang bahwa jatuh cinta itu gampang. Prosesnya  terjadi begitu saja tanpa perlu diusahakan. Pada awal jatuh cinta, ikatannya akan tampak begitu kuat, menyenangkan, perhatian, romantis dan seks. Tapi ketika cinta menjadi suatu kenyataan dan bagian dari kehidupan yang panjang, muncullah kebutuhan-kebutuhan lebih mendalam yang dilandasi cinta seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, kerjasama, dukungan dan rasa terpenuhi. Nah, bila salah satu merasakan ada ketimpangan, maka ikatan ini bisa saja rapuh hingga terjadi konflik dan masalah yang berkepanjangan. Kalau sudah demikian, untuk menghadirkan kembali wujud baru kehidupan pernikahan bukanlah hal yang tak mungkin. Dan untuk tetap mencintai pasangan meski pernah mengalami konflik dan amarah kepadanya bukanlah hal yang bodoh. Di akhir tahun ini, ada baiknya bila Anda melakukan refleksi pernikahan bersama pasangan supaya kehidupan pernikahan kembali bergairah, hangat dan mesra.


Lakukan perjalanan romantis.

        Akhir tahun selalu memberi suasana lain bagi setiap orang. Manfaatkan kesempatan ini untuk melakukan liburan yang romantis bersama pasangan. Buat suasana intim yang menghadirkan kesenangan dan kemesraan hingga komunikasi yang baik akan kembali terasakan.

      Perjalanan romantis tidak harus mahal, lho. Lupakan Paris dengan suasana mewahnya.  Anda dapat mengunjungi tempat-tempat tertentu yang dapat mengingatkan masa pacaran indah dulu. Seperti ketika Anda pertama kali bertemu, atau tempat yang menyimpan memori akan suasana lucu. Saskia (33) memilih berkunjung ke Yogyakarta untuk sekedar makan di warung lesehan sederhana langganan mereka ketika masih jaman kuliah dulu. “Di sanalah saya “ditembak” Johan. Waktu itu masih sama-sama mahasiswa. Tahu sendirilah, namanya juga anak kos, hehe…” terang accounting manager sebuah produk kecantikan itu dengan mata berbinar-binar.

     “Saya selalu terkesan ketika menginap di guest house kecil yang jauh dari keramaian Hal itu mengingatkan kejadian lucu saat bertemu suami,” cerita Fenny (27) yang baru menikah setahun lalu. Dalam Susana yang romantis dan rileks seperti itu, Anda dapat saling mengasihi dan memahami satu dengan yang lain tanpa ada yang mengganggu. Buatlah kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan, sebelum kemudian mengungkapkan uneg-uneg seperti sedikit kritikan dan keluhan dengan suasana santai tanpa menyinggung perasaan. Lalu pikirkan hal-hal positif yang dapat memperbaiki hubungan pernikahan selanjutnya. Lupakan semua yang dapat mengingatkan pada penyebab konflik yang pernah terjadi. Ciptakan episode baru yang lebih menyenangkan agar memberi kesan mendalam.

Pikirkan untuk punya anak 

Bagi pasangan baru, barangkali kehadiran anak akan merepotkan karena bisa saja mengganggu kebersamaan dengan pasangan. Anak seringkali dijadikan alasan sebagai penghambat karir bagi perempuan bekerja. Tapi tahukah Anda bahwa anak juga dapat menjadi peredam konflik dan kemarahan dengan pasangan. Anak bahkan merupakan perekat paling kuat dalam sebuah tali pernikahan. “Saya pernah berantem hebat dengan suami, keduanya sama-sama emosi dan tidak ada yang mengalah. Lalu ketika mendengar Yoga, anak kami menangis, entah kenapa pertengkaran itu tiba-tiba berhenti, dan kami sama-sama terdiam, jadi seperti diingatkan. Buat apa juga ribut-ribut, kasihan anak juga akhirnya…” ungkap Yulia (32 ), yang tahun ini lagi planning punya anak kedua.

       Adanya anak di antara keluarga sebenarnya akan menambah kebahagiaan. Bayangkan dia bisa jadi penengah yang bijaksana hanya dengan kepolosan matanya. Konflik yang  terjadi justru sering timbul karena belum ada anak sehingga masing-masing pihak hanya berpikir untuk diri sendiri. Pada banyak kasus, pasangan pernikahan yang sudah diambang krisis bias saja rukun  setelah berebut perhatian dari si anak. Berdekatan dengannya dapat dijadikan sarana sebagai kesempatan untuk introspeksi diri. Karena itu, pikirkan untuk punya bayi sebagai resolusi akhir tahun ini. Dengan hadirnya si buah hati, paling tidak Anda tak perlu bingung lagi ketika harus menjawab: Kapan punya momongan, setiap menghadiri acara keluarga besar.

Lupakan semua masalah, bangun komunikasi lagi

       Tak ada garis finish yang jelas untuk mengakhiri sebuah perkawinan, begitu pendapat Robert S. Cohen lagi. Perceraian bukan seperti mobil yang tiba-tiba bertabrakan hebat dan hancur total, atau bom yang langsung meledak. Perceraian lebih seperti masalah ban bocor , yang sedikit demi sedikit mengeluarkan angin dan bertambah kempis hingga akhirnya menjadi rata.

     Kedua pasangan harus sama-sama mewaspadai tanda-tanda ban kempis ini, dan segera mengambil tindakan sebelum terlambat. Anda berdua harus mencoba mengurai penyebab konflik dan berusaha memperbaikinya. Usaha ini memang perlu adanya niat dari kedua belah pihak. Tapi tak ada salahnya kalau Anda yang memulai terlebih dahulu, sebab umumnya pria lebih sulit daripada wanita untuk memulai berbaikan.

       Tak perlu gengsi, lupakan semua masalah yang berhubungan dengan segala kepentingan.  Memang sih, awalnya agak hambar menjalin komunikasi setelah pertengkaran hebat dan saling menyakiti. Tapi siapa peduli ? Sebelumnya siapkan kalimat singkat yang sekiranya dapat memecah ketegangan situasi, seperti: Saya pikir kamu tadi tak sengaja,  atau boleh minta waktu sedikit saja. Awalnya barangkali kaku, tapi lama-lama pasti akan menjadi normal lagi. Lets try, honey….

Jangan mudah berultimatum. 

      Di dunia ini, rasanya tidak ada orang yang sempurna, begitu juga Anda dan pasangan. Bila suatu ketika tanpa sengaja melakukan kesalahan, maka sebaiknya Anda tidak lalu mengambil ultimatum dalam suasana ‘panas’ yang mengarah pada perceraian. Irina mengaku, suaminya sering ceroboh dan pelupa sehingga ia kerap tak memberi hadiah saat hari perkawinan mereka. Suatu ketika ia pernah berpikir, bila tahun ini Arnold tetap tidak appreciate dengan hari yang bersejarah itu, maka ia menganggap pria yang telah lima tahun mendampinginya itu sudah tak sayang lagi. Wah, mengapa pemahaman cinta hanya sepanjang mengingat satu hari saja ?

       “ Sebal rasanya karena ia lebih mementingkan jadwal meeting daripada istri,” keluh perempuan berambut panjang ini. Sehingga kesempatan ini menjadi pemicu pertengkaran yang sama sekali tidak dimengerti oleh suami. “Saya rasa itu hanya persoalan kecil,” terang Arnold. Padahal bagi Irina tidak. Kecerobohan itu dianggapnya sebagai awal dari kelalaian tanggung jawab yang lebih fatal. Miskomunikasi yang seperti ini seringkali terjadi tanpa disadari. Karena itu, jangan mudah memberi ultimatum sebelum memahami betul duduk perkaranya. Setting kembali pemahaman akan visi dari kebersamaan dalam membangun pernikahan Anda ke depan. Jangan sampai ada penyesalan dengan ultimatum yang salah dipersepsikan.  Hal ini memang tidak gampang. Tapi bukan berarti tidak mungkin bila ada niat untuk diusahakan.

       Di dalam menjalani kehidupan pernikahan, ada baiknya bercermin pada kalimat bijak yang mengatakan bahwa perjalanan itu membutuhkan bekal yang cukup matang, salah satunya adalah cinta, pengertian dan harapan. Jadikan masalah dan konflik itu justru merupakan sarana untuk memahami masing-masing pihak sehingga dapat lebih mempererat hubungan pernikahan dan tali kasih Anda. Bukan sebaliknya, membawa pada keretakan rumah tangga dan gugatan perceraian.***NZ
foto-foto: istimewa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar