Minggu, 27 November 2022

Cara Komunikasi Dua Generasi

     Berkomunikasi dengan anak remaja ternyata butuh kiat juga ya. Siapa yang mengalami hal serupa? Ini ada tipsnya.

by. Nur Ida Zed

                                                  Foto:dokpri @nuridazed

     Di saat ingin menjalin komunikasi dengan generasi yang berbeda, kadang kita perlu memahami skillnya. Seperti ketika saya ngobrol dan berbincang dengan Puan, anak perempuan saya yang kini sudah teenager bersama circlenya, tentu tidaklah sama dengan ketika berkumpul bareng ibu-ibu WOTK dan komite sekolah, bahkan teman arisan maupun teman kerja. 

     Kalau dulu, sewaktu dia masih kecil, sampai sekitar lulus sekolah dasar, mungkin tak banyak kendala karena lebih mudah diarahkan dan tak banyak protes serta perdebatan. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika usia dan lingkungan mulai berpengaruh terhadap pola pikir, cara pandang dan sikap kritis mengenai pendapatnya, sesekali kami beradu argumentasi karena beda pendapat untuk mencari solusi yang tepat.

     Memang sih sebagai orang tua, saya selalu bersikap demokratis terhadap anak-anak, apalagi di saat mereka tumbuh dan berkembang seperti sekarang. Saya percaya karena hal ini akan membuat anak lebih mudah menemukan jati diri, tumbuh rasa percaya diri dan berani mengemukakan pendapat, terutama jika itu tentang kebenaran dan kebaikan. Suatu saat manakala kurang setuju dengan keputusannya terhadap suatu hal yang membuat kami harus berdebat, saya selalu memberi ruang untuk memberikan alasan kenapa dia melakukan itu.

     Komunikasi dua generasi, antara GenMom, generasi mama seperti saya ini dengan Gen Z, generasi Z seumuran Puan, putri saya yang baru saja menginjak usia tujuh belas alias sweet seventeen memang berbeda. Skill komunikasi yang merupakan serangkaian kemampuan untuk mengolah dan menyampaikan pesan secara efektif sehingga maksud dari pesan itu tersampaikan dengan baik, bahkan memberikan dampak tertentu rasanya perlu dilatih dan dibiasakan. Hal ini supaya terjalin lancar lanpa kendala dan produktif, sehingga nyaman bagi kedua belah pihak (hehe..), antara orang tua dan anak remaja.

     Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:  

*Mengerti apa maunya. Pertama tentu kita harus tau apa yang dia inginkan. Mengerti apa maunya, apakah dia ingin bicara, atau masih enggan untuk membuka percakapan. Pahami dulu dan cari waktu yang tepat serta situasi yang memungkinkan untuk bertukar pikiran dan saling terbuka. Kalau saya sudah hafal gelagatnya, lalu ajak makan atau tawari cemilan kesukaan supaya membawa suasana santai dan memancing pembicaraan. 

*Menjadi pendengar yang baik. Di saat mau bicara, jadilah pendengar yang baik. Biarkan dia bercerita panjang lebar sesuai keinginan dan ekspresinya, jangan dipotong tengah jalan dulu agar tidak mengubah persepsinya. Menjadi pendengar yang baik dibutuhkan supaya tahu jalan pikiran dan arah pembicaraan serta apa yang menjadi keresahannya.

*Jelaskan dengan ringkas. Bila sudah saatnya, berikan penjelasan secara ringkas dan sederhana, jangan bertele-tele dengan berbagai teori dan pengalam pribadi saat kita masih remaja seusianya. Jaman sudah berbeda, sebaiknya tidak memberikan dogma-dogma berbalut nasehat yang justru akan membuat jengah bahkan malas untuk mendengarnya.

*Perhatikan rasa empati dan percaya diri. Tunjukkan dengan empati, bahwa kita selalu ada di sampingnya, yang senantiasa mendukung dan mengerti segala masalah dan kebutuhannya. Hadirkan rasa percaya diri dengan tidak menjudge semua pemikiran dan pendapat, meski kadang berbeda dengan isi pikiran kita. Berikan apresiasi sehingga muncul kematangan diri tanpa berkesan memaksakan.

*Klarifikasi dan kesimpulan. Jika kita punya pendapat, tuturkan dengan cara klarifikasi dan memberikan kesimpulan yang berupa solusi untuk kebaikan bersama.  

*Berpikir terbuka. Sebagai orang tua, sebaiknya kita berpikiran terbuka terhadap pendapat anak muda yang kerap berekspresi dan bereksplorasi sesuai jamannya. Padukan dua pemikiran tanpa mengedepankan justifikasi usia. Semua bisa dibicarakan dengan baik, dan akan selesai dengan negosiasi yang menyenangkan bersama.

     Begitulah, agar terjadi komunikasi yang efektif antara dua generasi, sebaiknya menciptakan koordinasi yang tepat agar pesan yang disampaikan tercapai dengan baik, dan berdampak positif. Saya sendiri menuangkan skill komunikasi dua generasi ini lewat Podcast Morning Daughter yang dapat dinikmati di platform digital @anchor.fm serta @spotify. Berbagai tema sengaja dituang di setiap episodenya untuk membuka wawasan dan pola pikir sehingga dapat menjadi inspirasi positif yang bermanfaat bagi para pendengarnya.

     Yuk, luangkan sedikit waktu untuk singgah yaa

.Podcast Morning Daughter  

https://anchor.fm/nuridazed/episodes/Duka-Cita-untuk-Cianjur-e1rbvob

https://open.spotify.com/episode/5w3QQcrx8dfr8opQLaP5B6?si=r516YtokTGm1TkmOJe0p-A


     Salam sehat dan selalu semangat.***NZ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar