Saat ingin berbagi
sebaiknya selalu berpegang pada hadist Nabi yang mengatakan bahwa tangan di
atas lebih baik daripada tangan di bawah. Artinya lebih mulia memberi daripada
menerima atau meminta-minta.
By Nur Ida Zed
Dulu saya sering diajak nenek ke panti
asuhan untuk sekedar berbagi makanan saat keluarga kami merasakan kebahagiaan.
Seperti ketika hari besar, saat ada yang ulang tahun atau bahkan weton- dalam tradisi Jawa yang berarti neptu pasaran hari kelahiran di setiap
bulannya. Berupa bancaan, semacam
nasi kotak yang diberikan pada anak yatim piatu di sana. Kadang diselipin
amplop jika kebetulan ada rezeki lebih. Kalau tidak, hanya nasi urap dengan
ayam goreng, telur dan tahu tempe bacem, atau bubur merah putih dan tumpeng.
Kata nenek supaya rezeki bisa berkah karena terus mengalir dan tidak mengendap
saja.
Ibarat aliran air, jika mengendap akan
mengeluarkan bau busuk dan kotor sehingga menjadi sarang nyamuk bahkan
menimbulkan penyakit. Sebaliknya jika air terus mengalir, maka akan tetap
bersih, terjaga dan bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Seperti untuk mengairi
sawah yang membuat tanaman bisa tumbuh dengan subur, berbuah hingga panen raya.
Begitupun dengan rezeki, bila sebagian dibagi kepada yang membutuhkan tentu akan
lebih berkah dan bermanfaat.
Dalam kehidupan sehari-hari, memang ada
orang yang berkelebihan dalam hal rezeki dan di sisi lain ada yang kekurangan. Karena
itulah bagi yang cukup, dianjurkan untuk berbagi kepada sesama, salah satunya
dengan infak dan sedekah. Seperti yang dituang dalam Hadist Riwayat Muslim yang
artinya: “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada
orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat
derajatnya.” Namun ada juga mental
dimana orang yang sebenarnya cukup tetapi seringkali meminta-minta sebagaimana
mental miskin. Semoga kita tidak menjadi salah satu di antaranya.
Untuk bisa berbagi sebenarnya tidak
perlu menunggu menjadi kaya terlebih dahulu, yang terpenting tentu kaya hati. Sebab kaya tak bisa diukur dengan seberapa
yang dimiliki, tapi tergantung bagaimana lapangnya hati merasa cukup. Ya, rezeki yang bisa dibagi ini tak hanya berupa
harta atau materi saja, tapi ilmu yang bermanfaat, waktu dan kesempatan, bahkan
senyuman pun bisa diberikan untuk menunjukkan ketulusan dan menambah semangat. Semua
dapat diwujudkan dengan keinginan berbuat baik untuk memberi.
Hakekat Memberi Adalah Menerima
Di saat merasa cukup untuk memberi,
entah itu berupa harta, materi maupun ilmu yang bermanfaat dengan segala ketulusan
dan keikhlasan, sebenarnya dia akan menerima sebagaimana yang telah diberikan. Karena
hakekat memberi adalah menerima, seperti firman Allah SWT dalam Al- Qur’an
surat As-Saba ayat 39 yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan
maka Allah akan menggantinya.” Jadi sekecil apapun yang telah diberikan pasti
akan diganti olehNya, bisa saja sekarang, besok atau disimpan sebagai tabungan
yang akan diberikan suatu saat nanti.
Tapi lebih dari itu, di saat kita bisa
memberi, ada rasa bahagia yang tak bisa terkatakan sebagai apa manakala orang
yang diberi merasa senang dan berterimakasih. Dalam hati akan menjadi motivasi
untuk lebih giat lagi mencari nafkah sehingga bisa berbagi lebih banyak lagi. Ketika
berbagi ilmu yang bermanfaat, maka akan memacu untuk belajar lebih dalam lagi
supaya semakin pintar dan menjadi ahli. Sebab berbagi ilmu akan menjadikan
cahaya yang menerangi sepanjang masa.
Namun adakalanya niat baik untuk memberi
dan berbagi ini kadang memunculkan kesalahpahaman yang membuat tidak enak hati.
Misalnya dianggap sombong, sok kaya, hanya cari muka, sok pintar dan anggapan negatif
lain yang bisa menyurutkan niat untuk berbuat baik dengan berbagi. Bahkan
dibilang merendahkan dan menghina dengan pura-pura mengasihani. Hal ini mungkin
terjadi karena kurang memahami dengan situasi dan kondisi serta moment ketika kita berbagi dan memberi.
Memberi Tanpa Merendahkan
Meski memberi akan memiliki derajat lebih
tinggi dari yang menerima, sebaiknya tidak serta merta lalu merendahkannya. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memberi, di antaranya adalah:
-
1. Niatkan untuk mencari ridho Allah SWT. Bahwa
apa yang kita berikan semata-mata dari Allah SWT yang dititipkan pada kita.
-
2. Berikan kepada mereka yang membutuhkan agar
bisa benar-benar bermanfaat dan tidak sia-sia.
-
3. Tebarkan senyum dan kebaikan kepada sesama
tanpa memandang derajat dan fisik agar penerima tidak merasa tersinggung dan
direndahkan.
-
4. Tak perlu mengungkit pemberian di saat kita
ikhlas melakukannya. Karena selain menimbulkan riya, menyombongkan diri dan merasa paling dibutuhkan juga akan
membuat dosa dan mengurangi pahalanya.
-
5. Tak perlu menghitung seberapa banyak yang
sudah diberikan, karena Allah SWT nanti akan mengganti yang lebih besar.
Ya, manakala sudah memahami arti
pentingnya memberi dan berbagi rezeki, maka tak perlu peduli dengan apapun
pandangan orang mengenai niat baik kita ini. Seperti yang dikatakan seorang
tokoh muslim Tionghua bernama Yusuf Hamka: rezeki itu ketika kita makan akan
menjadi kotoran, bila disimpan akan jadi warisan yang kadang bahkan bisa bikin
perpecahan antar keluarga, namun bila diamalkan dan dibagi akan menjadi
tabungan di akherat nanti. Semoga kita terus bisa istiqomah untuk berbagi yaa.
Salam sehat dan selalu semangat..!***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar