Rabu, 25 Desember 2024

Harapan di Tahun 2025 Refleksi Tradisi Resolusi

        Menghadapi tahun 2025 harus selalu optimis dan terus semangat. Banyak harapan dan doa yang dipanjatkan agar semua menjadi lebih baik. Rayakan Tahun Baru dengan kegembiraan, dalam refleksi, tradisi dan resolusi di tahun depan.

by. Nur Ida Zed


foto: dok.pri @nuridazed

           

             Pink!

            Saya memeriksa notifikasi WhatsApp. 

            "Jangan lupa tahun baru nanti ketemuan ya," 

            "Siip"

        Beberapa pesan berbau undangan mulai berdatangan sejak seminggu lalu. Tadi itu dari ibu-ibu arisan mantan pengurus komite dan korlas SMAN 34 angkatan 24 yang sejak acara pelepasan anak-anak diinisiasi agar tetap bisa ketemuan dan silaturahmi. Di kocokan selanjutnya nanti, rencananya akan meet up offline karena sebelumnya dilakukan secara online saja. Jadi bersamaan dengan acara tahun baru dan tukar kado begitu. Ya, kebetulan saya bendahara, sehingga mau tak mau harus bisa memenuhi keinginan semua teman. 

       Arisan, tadinya saya kurang tertarik dengaan kegiatan ini. Tapi berhubung para ibu mengusulkan momen yang pas agar bisa saling berkumpul, berkomunikasi dan silaturahmi setidaknya sebulan sekali, lalu terbentuklah acara ini. Bukan masalah besaran tarikannya, tapi lebih kepada persaudaraannya. Saya hanya berpesan, jangan sampai arisan malah membuat perpecahan dan jadi banyak kendala. Ternyata sejauh ini aman-aman saja. 

        Dan di kelompok lain, bersama para ibu juga, yang dulu  pengurus drumband ketika masa SMP putri saya, mengadakan arisan juga. Bahkan ini sudah mau episode tiga, haha. Alhamdulillah lancar juga tanpa kendala. Kalau biasanya kita ketemuan di mall, cafe atau di resto, untuk bulan depan di tahun baru ini rencananya akan ketemuan di rumah baru salah satu anggota. "Sekalian syukuran, doa bersama dan membuka lembaran baru" begitu kata teman yang mengundang. Baiklah, saya ikut saja tradisinya.


        Momen tahun baru memang selalu dinantikan oleh banyak orang. Tidak hanya sebagai penanda pergantian waktu yang baru, momen ini juga seringkali menjadi sarana untuk refleksi diri, merayakan keberhasilan, saling silaturahmi dan menyusun harapan buat masa depan. Tidak heran jika banyak orang sudah menuliskan wish list sebagai motivasi dan inspirasi di tahun mendatang. Tahun baru ingin punya rumah baru yang lebih besar, mobil baru yang lebih bagus, pekerjaan dan karier yang lebih mapan, atau ibadah umroh bareng keluarga, jalan-jalan ke luar negeri, menambah perhiasan untuk dikoleksi dan masih banyak lagi. Rata-rata perubahan yang dapat terlihat sebagai bentuk pencapaian yang ingin dikejar dan dipertahankan secara materi. 

        Di setiap pergantian tahun buat saya selalu berharap akan ada perubahan menuju kebaikan. Mengenai pencapaian yang sudah dilalui di tahun sebelumnya, serta goal dan target yang akan dicapai di tahun depan. Tak banyak sebenarnya, saya hanya ingin diberikan kemudahan-kemudahan, keberkahan, kesehatan dan keberuntungan serta lancar rezeki di setiap tahunnya.   

        Untuk diri sendiri, saya berharap bisa lebih sehat mengingat usia pasti terus bertambah sehingga kesehatan harus ekstra dijaga. Dengan selalu berfikir positif, tidak overthinking dan insecure. Lebih memahami diri sendiri dengan self love dan peduli terhadap signal tubuh kita. Berserah dan berdoa agar selalu tenteram dan bahagia. Tetap menjadi orang yang lebih baik, terus berkarya dengan semua yang ada, menambah kolaborasi dengan anak muda agar selalu semangat dan memberikan energi positif dan bermanfaat.

        Untuk keluarga berharap tetap selalu ada dan saling mendukung buat menjadi support system yang baik. Saling mengerti dan memahami kesibukan masing-masing, mengingat anak-anak sudah makin dewasa. Memberi ruang buat mereka lebih berkembang dan mandiri. Selalu kuat menghadapi segala rintangan dan tantangan dengan terus bergandeng tangan dan berpelukan untuk saling mengisi dan menguatkan. Tetap berfikir positif dan optimis dalam menatap masa depan dan menjalani semua berkah yang diberikan Allah SWT. Yakin dan percaya bahwa Dia akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. 

    

        Memaknai bahwa hidup ini sebagai refleksi diri untuk terus belajar dan menyadari apa yang masih kurang agar menjadi lebih sempurna demi kebaikan. Refleksi bisa menjadi sarana introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan. Mengenai keputusan maupun perbuatan yang terkadang bisa menyinggung bahkan merugikan orang lain. Tentang apa yang menjadi kebiasaan, aktivitas dan pekerjaan yang perlu diperbaiki lagi. Begitupun dengan relationship dan silaturahmi. Ambil pengalaman yang baik dan buang yang tidak baik agar lebih bijak dalam bertidak dalam menentukan masa depan.

    Selanjutnya menentukan resolusi atau kebulatan tekad tentang apa yang ingin dicapai di tahun mendatang. Resolusi sendiri bisa menjadi komitmen terhadap diri sendiri dan sebagai hal yang dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Tak harus muluk-muluk sih. Buat saya dimulai dari sesuatu yang sederhana dan tidak memberatkan namun bisa memberikan dampak dan  perubahan berarti yang lebih baik. Pertama dari niat yang kuat, lalu bergerak sesuai rencana yang telah dicanangkan, berani  lepas dari zona nyaman, kemudian fokus pada tujuan dan konsisten. 

        Kemudian, jangan lupa untuk selalu bersyukur dengan pencapaian yang telah kita dapatkan. Seberapapun itu hendaknya dapat menjadi motivasi di dalam diri kita sehingga akan menghadirkan energi positif terhadap kehidupan yang dijalani selanjutnya. Harapan di tahun 2025 semoga semua menjadi lebih baik lagi, dalam limpahan berkahNya.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ 


Senin, 23 Desember 2024

Kegiatan Analog Menumbuhkan Empati dan Bahagia

        Melakukan kegiatan analog menambah bahagia buat diri saya. Interaksi sosial jadi lebih terasa, hati makin bersyukur dan jiwa tambah tentram tanpa direpotkan dengan notifikasi yang seringkali mengganggu. Sebentar saja dan rasakan sensasi itu.

by. Nur Ida Zed

                                                    foto: dok.pri @nuridazed

        Aktivitas jalan pagi yang akhir-akhir ini lebih sering saya lakukan menjadi salah satu  kegiatan analog yang memberikan dampak positif bagi diri saya. Betapa tidak? Saya yang tadinya kurang suka dengan hal rutin semacam olah raga, yang seolah memaksakan diri menjadi begitu saja tergerak untuk melakukan kegiatan ini dengan senang hati. Seperti ada daya magnet yang begitu kuat, karena saya sering menemukan hal-hal tak terduga yang menggelitik hati saya untuk melakukan sesuatu sembari menikmati udara segar ini.

       Ya. Tak mengapa saya berangkat sendiri menuju taman, mencumbui suasana fajar yang masih temaram dengan udara yang sekali lagi, masih bersih dan segar. Terang saja karena saya dapat merasakan hembusan oksigen pagi yang perlahan memenuhi paru-paru ini dengan kesegarannya lewat hidung saat bernafas, hmmm. Selain itu banyak hal yang saya temukan yang membuat hati saya tergerak karena melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ternyata dunia ini tidak pernah tidur, terutama buat mereka yang mau mencari rezeki. Sebab sepagi itupun beberapa orang sudah mulai bekerja, melakukan aktifitas mencari nafkah bagi keluarga. 

                                                        foto: dok.pri @nuridazed

        Pas, pikir saya. Begitu keluar dari gerbang sesaat saya memandangi sekitar yang masih sepi. Sayup-sayup terdengar suara sapu lidi yang khas dari seorang perempuan petugas PPKL yang sedang menyapu jalanan dengan seragam oranyenya itu. Saya sengaja menemuinya pagi itu, mendekat lalu memberikan bungkusan yang sudah saya siapkan dari rumah tadi. Beberapa pakaian bekas pantas untuknya. 

        "Alhamdulillah. Terima kasih, Bu," begitu katanya setelah menerima bingkisan dari saya. Awalnya beberapa hari lalu, saya melihat dia, perempuan muda itu juga sedang menyapu jalanan ketika mau berangkat jalan pagi seperti ini. Beberapa kali saya bertemu, kadang membawa anaknya yang masih kecil. Sebelumnya saya pernah menyisihkan sedekah Jumat Berkah untuknya, lalu  menanyakan apakah mau kalau ada pakaian pantas yang masih layak pakai. Syukurlah dia senang menerima ini, sehingga saya pun merasa senang bisa berbagi.


      Melanjutkan langkah kaki saya melewati tukang sayur yang masih belum buka sepenuhnya. Terlihat seorang bapak setengah tua yang mengambil sisa sayuran yang sudah layu yang sengaja disiapkan di kantong plastik untuk dibawa. Entah, barangkali mau dimasak lagi atau untuk apa, selayaknya rantai kehidupan yang selalu ada dengan memanfaatkan barang yang sudah tak terpakai dan sayang bila dibuang.

    "Pagi, Bunda. Monggo mampir dulu," begitu sapa penjual kue subuh ketika saya hampir melewatinya.  Saya tersenyum dan menuruti ajakannya. Melihat beraneka makanan untuk sarapan dan kue-kue yang tertata di meja. Beberapa orang nampak datang menyetor menitipkan kue juga. Hmm, pagi sudah mulai beraktivitas para UMKM ini, pikir saya. Lalu saya memilih serabi solo aneka rasa, kue ku dan risol mayo untuk dibawa jalan pagi. Seperti langganan saja, awalnya saya mencari sarapan sebelum berangkat jalan. Dia menyapa dan mengajak bicara, ternyata sesama orang Jawa. Akhirnya setiap lewat dia selalu menyapa, meski kadang saya tidak membeli daganganya.  

        Sampai di taman beberapa orang sudah mulai jalan santai juga. Saya menemukan beberapa kucing liar yang terlihat sedang menikmati makanan yang diberikan penyuka binatang atau volunteer di sana. Sungguh, di saat jalan sepagi ini saya menemukan banyak cerita yang membuat hati bahagia.  Inilah manfaat kegiatan analog saya, yang dapat menumbuhkan rasa empati juga. Sebenarnya tak hanya jalan kaki, kegiatan analog yang suka saya lakukan dengan mengenyampingkan sarana digital seperti hape dan jaringan internet yang kadang membuat distrack seperti membaca buku, berkebun, memasak makanan kesukaan, menyulam dan sesekali melukis juga. Saya dapat leluasa berkegiatan dan berekspresi menuang isi hati untuk menambah kebahagiaan buat diri sendiri. 


    Kegiatan analog, yang merupakan aktivitas yang dilakukan di luar layar dapat memberikan lingkungan bebas dari gangguan digital yang selama ini terus bertumbuh dan seolah menguasai setiap orang. Kegiatan analog ini memungkinkan kreativitas, perhatian dan istirahat dari stimulasi digital yang konstan. Sebab tak bisa dipungkiri, hampir semua aktivitas berkegiatan tehnologi digital dan keberadaan sinyal internet, dipengaruhi gelombang listrik yang terus menerus, sehingga perlu kembali sejenak ke selera asal dengan analog untuk refresh dan penyegaran.

     Dan salah satu kegiatan analog saya ini tak hanya membuat sehat badan, tapi juga membuka mata pada hal-hal sederhana yang berkaitan dengan kehidupan di alam nyata. Hal ini memang perlu dilakukan sesekali agar tidak membuat kita menjadi egois karena sibuk dengan notifikasi yang kadang bisa mengganggu dan mempengaruhi perilaku kita. Ternyata tanpa hapepun saya dapat menikmati hari dan lebih merasa tentram dan baik-baik saja.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ 

Kamis, 19 Desember 2024

Banyak Berkah di 2024

        Tahun 2024 ini banyak hal yang harus disyukuri. Untuk kesehatan, keluarga dan rezeki. Tahun perjuangan sekaligus pencapaian mendampingi putri saya menjadi mahasiswi Universitas Indonesia seperti impiannya.

By Nur Ida Zed

                                                foto: dok.pri @nuridazed


        Satu hal yang selalu saya lakukan di saat menjelang tutup tahun dan mengakhiri pergantian tahun biasanya mencatat semua kejadian dan peristiwa penting sepanjang tahun. Kalau di tahun sebelumnya, di 2023 kemarin, salah satu peristiwa penting yang selalu terkenang dan berkesan adalah perjalanan umroh ke tanah suci yang memberikan begitu banyak arti. Terutama dari sisi iman dan spiritual yang membuat saya selalu ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi.  Nah, tahun ini berbeda lagi.

        Masih berkaitan dengan perjalanan umroh saya waktu itu, salah satu doa yang saya panjatkan di Mekkah dan di Raudhah adalah agar putri saya Puan, Dvine Adinda diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menentukan pilihan kuliahnya, yakni diterima di Universitas Indonesia yang menjadi impian dan cita-citanya. 

      Sebagai ibu yang selalu mendampingi putrinya, saya memang tak putus untuk terus berdoa dan berusaha. Saya begitu mengerti bagaimana perjuangan putri saya ketika memasuki kelas tiga SMA. Persaingan yang begitu ketat, ditambah kegiatannya yang begitu banyak membuat saya ekstra memberikan perhatian dan dukungan untuk menjaga semangatnya. Saya tahu putri saya ini termasuk anak berprestasi yang masuk kategori eligible di sekolahnya, sehingga berkesempatan memilih jurusan kuliah dengan nilai terbaik rata-rata di sekolah.  Tapi rupanya dia tidak diterima di fakultas yang diinginkan lewat jalur SNBP ini sehingga harus berjuang lewat jalur SNBT alias Seleksi Nasional Berbasis Tes. 

    Perjuangan makin keras, mengingat saingan tentu semakin banyak. Selain sekolah, setiap hari masuk les super intensif di sebuah Bimbingan Belajar di Prosus Inten, dan ditempa agar tetap semangat dan berjuang meraih keinginannya memasuki perguruan tinggi impian. Qadarullah alhamdulillah, diterima di FIK-Fakultas Ilmu Keperawatan (Nursing) Universitas Indonesia. Sebenarnya dia diterima juga di Universitas Negeri Jakarta lewat jalur prestasi, fakultas kimia murni, tapi tidak diambil dan memilih di UI sesuai keinginannya. Saya bersyukur karena tidak sampai melewati jalur mandiri dan lainnya, yang harus menunggu pengumuman lebih lama dan kadang harus tes ke tempat yang berbeda.


       Dari awal memang putri saya ini berkeinginan untuk mendaftar di Universitas Indonesia, di salah satu rumpun fakultas ilmu kesehatan. Saya melihat potensi dan passionnya ini sehingga selalu mendukung. Tak jarang saya menungguinya belajar sampai larut malam, juga memasak makanan kesukaannya agar semangat tetap terjaga. Persiapan untuk SNBT ini hampir di sepanjang tahun, hingga di awal semester. Agar fokus belajarnya bahkan kami menunda untuk mudik karena waktunya berdekatan dengan UTBK. Dan perjuangan ini tidak sia-sia. Akhirnya Puan sah memakai Jakun alias Jaket Kuning yang menjadi jaket almamater salah satu universitas ternama ini, Universitas Indonesia. 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed

        Tidak bisa dipungkiri ada rasa bangga tersendiri di sela rasa syukur saya. Terhadap waktu yang terus saja berjalan, yang tanpa terasa membersamainya dari kecil dalam menempuh pendidikan. Dari mencarikan Sekolah TK, melanjutkan PPDB SD, lalu PPDB SMP kemudian PPDB SMA yang alhamdulillah lancar, hingga kini sudah menjadi mahasiswa saja. 

         Pastinya tugas saya kini tidak sama, musti bisa lebih banyak menjadi teman dan sahabat baik bagi putri saya yang sekarang telah menjadi remaja puteri dengan dunianya. Tidak bisa lagi menerapkan peraturan dengan kata harus dan kudu, tapi sebaiknya mementingkan diskusi untuk mencari solusi terbaiknya. Membantu mengembangkan potensi sesuai apa keinginannya. Seperti ketika memilih UKM- Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band yang menjadi salah satu aktivitas kampus di sela kuliahnya. Sebagai orang tua saya mendukung dan mensupport saja. Senantiasa memberikan semangat dengan menghadiri saat performe, lomba dan memberikan apresiasi setelahnya.

 

       

                                            foto: dok.pri @nuridazed


        Begitu juga ketika dia aktif di Band Fakultas yang dapat menjadi sarana mengembangkan diri dalam bermusik, saya ingin menjadi orang pertama yang memberikan dukungan agar bakat dan hobinya yang satu ini juga berkembang. "Besok diminta perform di acara Fun Run dan Dies Natalis Fakultas, Mam, " katanya ketika minta ijin pulang agak telat karena harus latihan dan sinkronisasi lebih dahulu. 

          "OK, enjoy your time," kata saya seraya mengingatkan jangan lupa makan. Untuk masalah mendidik anak ini saya selalu ingat nasehat Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa: "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan di zamanmu". Sehingga pola pengasuhan anak tidak bisa disamakan dengan pola pengasuhan orang tuanya, sebab zaman memang sudah berbeda.

           Ya, dengan begitu anak akan dapat lebih berkembang, tumbuh dan maju. Di fase ke tiga anak kita, di usia 14-21 selayaknya diberikan keleluasaan dalam ber4fikir dan bertindak sehingga dia akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi pilihannya. 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed
   

       Peristiwa lain yang saya alami di tahun ini membuat saya merasa bersyukur karena selalu diberikan kesehatan dan keberkahan. Saya masih bisa berkarya, membersamai anak-anak dan suami, bahkan bisa leluasa bertemu teman-teman sekolah masa kecil yang telah lama tak berjumpa. Tahun 2024 saya sempat jalan-jalan dengan putri saya, healing dan mengganti waktu mudik kemarin dengan mengenalkannya pada kehidupan dunia yang lebih luas lagi.

                                                    foto: dok.pri @nuridazed


            Memiliki berbagai kegiatan yang memberikan manfaat dan selalu dipenuhi oleh orang-orang terdekat yang menyayangi dan selalu ada untuk saya.

        Berharap dapat menutup tahun 2024 ini dengan segala kegembiraan dan semangat serta rasa syukur yang besar terhadap semua yang telah diberikan Allah SWT. Meski di akhir tahun cuaca seringkali tak mendukung dan usia terus bertambah, terpenting saya selalu diberikan kecukupan dan kesehatan. Dicukupkan rezeki dan ditambah keimanan serta taqwa saya pada Tuhan.

        Di usia yang tidak lagi muda, kebahagiaan dan kesehatan yang menjadi harapan utama. Anak-anak membutuhkan saya, setidaknya untuk mendampingi dan membersamainya terus bertumbuh dan memberikan manfaat.

        Segala yang baik akan terus dipertahankan, diperjuangkan, dan ditingkatkan. Hal yang kurang baik sebaiknya dihilangkan, dilupakan dan dijadikan pelajaran. Kalau mungkin diperbaiki lagi. Begitupun dengan semua kenangan. Yang baik akan tetap melekat dan menjadi semangat, yang kurang baik dibuang saja.  

        Menutup tahun selalu memberikan banyak kenangan, perjalanan, dan pelajaran. Apapun itu hendaknya dipenuhi dengan rasa syukur yang tiada henti. Dengan begitu akan banyak berkah berlimpah di tahun depan nanti. 

            Selamat menutup tahun 2024 dengan rasa bahagis, selamat datang tahun 2025 dengan setumpuk asa untuk meraih kesuksesan.


            Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

 

Sabtu, 14 Desember 2024

Bergerak dan Berdampak dengan Rutin Jalan Kaki

        Sehat dan bugar menjadi penting buat saya saat ini. Salah satu kiatnya tentu dengan olah raga. Tidak harus yang memberatkan sih, tapi saya memilih jalan santai saja karena saya percaya ini akan berdampak positif.

By Nur Ida Zed

                                                            foto: dok.pri @nuridazed


        Saat mengetahui manfaat jalan santai sangat baik bagi kesehatan tubuh, saya mulai memikirkan untuk melakukan kegiatan ini. Meski sebelumnya juga sering berolah raga jalan santai dengan mengunjungi car free day di daerah Sudirman-Thamrin misalnya, atau di Fatmawati Trade Centre di saat weekend bareng suami dan anak-anak, tapi kesadaran ini memang lain. Tak hanya rindu jalan kaki tiap hari Minggu saja, tapi menambah porsi seminggu minimal dua sampai tiga kali. Tidak mengapa meski kadang harus pergi sendiri.   

        

       Seperti hari ini, usai sholat subuh dan mengaji, saya sudah bersiap dengan sepatu kets serta pakaian olah raga, training dan t-shirt santai yang nyaman. Saya memberi tahu suami dan anak-anak untuk berangkat jalan kaki sendiri dulu ke taman. Mereka sudah mengerti dengan agenda pagi saya ini sejak beberapa waktu terakhir.  

    "Nanti aku susul ya, " kata suami sembari menyelesaikan pekerjaan di laptopnya. Anak-anak juga terlihat sibuk. Puan sedang menyiapkan materi untuk kuliah pagi karena memang bukan hari libur. 

           "Take care, Mam," kata anak perempuan saya itu.  

        "Okee. Mama jalan dulu ya," jawab saya sembari melewati mejanya yang masih penuh dengan diktat dan buku-buku.

    Saya mulai menikmati suasana pagi menuju taman yang tidak jauh dari rumah, hanya sekitar enam ratus meter saja. Menghirup udara segar yang masih belum banyak polusi, menggerakkan kaki saya setidaknya seribu langkah setiap hari. Ya, menggerakkan kaki dengan berjalan santai. Saya menyadari begitu banyak manfaat dari kegiatan ini bagi kesehatan diri sendiri.


        Sebuah studi menyebutkan bahwa berjalan kaki minimal seribu langkah setiap hari dapat mengurangi kematian dini secara signifikan. Dilansir dari CNN Indonesia, seorang penulis studi bernama Maciej Banach menyebutkan bahwa berjalan kaki minimal seribu langkah sehari mampu mengurangi resiko kematian, terutama yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau gangguan pada jantung dan pembuluh darah. "Semakin banyak langkah yang Anda jalani, semakin baik efeknya pada kesehatan Anda," ucap Banach.

    Selain itu jalan kaki juga akan menguatkan otot dan tulang serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, memperkuat paru-paru serta membantu menstabilkan gula darah. Tak hanya itu, jalan kaki juga akan meningkatkan konsentrasi karena dapat meningkatkan pelepasan hormon endofrin sehingga tubuh akan terasa segar, bugar dan lebih rileks tanpa stres. Saya juga merasakan ini. Berjalan santai melewati taman hijau karena banyak terdapat pepohonan yang lengkap dengan embun pagi yang segar memberikan sensasi berbeda yang dapat kita rasakan. 

        Sebenarnya ada beberapa taman yang tidak jauh dari rumah. Taman Matoa, Taman Tabebuya atau Taman Spatudea yang rata-rata memiliki pemandangan hijau dan suasana segar yang cocok untuk lokasi jalan kaki. Begitupun Taman Casamora yang berada di dekat rumah yang cukup luas. Selain masih banyak  tanaman besar seperti pohon mahoni, genitu dan rambutan serta pohon mangga yang rimbun dengan beberapa kursi taman di dekatnya, area ini juga merupakan kebun pembibitan yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Jakarta Selatan. Dibuat beberapa space yang dilengkapi dengan jalanan beton berputar dan paduan konblok di area tanaman hias dan rerumputan sehingga cukup nyaman buat rute bagi yang ingin melakukan olah raga jalan kaki, juga  jogging.


                                                    foto: dok.pri @nuridazed


        Karena masih pagi, saya jadi bisa menemukan nuansa fajar yang begitu indah dengan cahaya rembulan yang siap meredup digantikan mentari yang muncul dari ufuk. Ah, semakin banyak saya merasakan kebahagiaan yang dipenuhi rasa syukur terhadap kebesaran Illahi. Satu demi satu saya merajut langkah, sengaja saya menikmati ini dengan untaian tasbih di tangan agar memberikan rasa yang nyaman dan lebih tenang. Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar. Rasanya tak ada lagi yang perlu saya khawatirkan ketika semua sudah diserahkan pada kebesaran Tuhan.  

    

    Dengan memperbanyak jalan kaki seperti ini, saya jadi faham mengapa pada saat menjalankan ibadah umroh, juga haji mengutamakan kita untuk berjalan kaki. Seperti pada saat Thawaf yang harus mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh kali, dan Sa'i yang harus berlari-lari kecil dari Bukit Safa ke  Marwah sebanyak tujuh kali juga.  Tentu saja jika ini diperintah oleh Allah SWT,  maka pasti akan banyak manfaatnya buat diri kita, terutama bagi kesehatan lahir dan batin. 

        Berjalan kaki ibarat olah raga aerobik yang dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah, Berjalan kaki secara tertur dapat meningkatkan mobilitas sendi, mencegah penurunan massa tulang dan mengurangi resiko keretakan. Selain itu berjalan kaki dapat meningkatkan jumlah sel kekebalan dalan tubuh dan memperbaiki penglihatan. Sungguh, memulai hari dengan olahraga ringan ini membuat saya semangat menikmati hari.    


    "Sudah berapa kali putaran?" tiba-tiba suami saya telah berada di belakang dan menyusul ke taman. Lalu kami berdua beriringan kembali berjalan kaki melewati banyak tanaman yang melengkapi keindahan pagi bersama beberapa orang yang juga melakukan aktivitas ini di pagi hari yang segar. Biasanya, sambil melangkah kami juga saling cerita dan tukar pikiran tentang apa saja. Dari masalah anak-anak, perkembangan mereka, diskusi kecil soal berita yang lagi hangat, film, sampai pekerjaan bahkan sesuatu yang lagi viral diperbincangkan dalam suasana santai yang menyenangkan. 

        Tak terasa sudah berapa lama kami berjalan, sejenak saya melirik jam tangan, sedikit lagi  jam enam. Saatnya pulang dan mulai melakukan aktivitas pekerjaan. Jalan kaki sekitar tigapuluh menit sampai satu jam saja membuat badan terasa segar. Dari sini juga saya menjadi lebih bisa mensyukuri keindahan alam cipataan Tuhan. MasyaAllah, tabarakallah. Ini namanya bergerak dan berdampak meski dengan aktivitas sederhana dengan rutin berjalan kaki.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ



Selasa, 10 Desember 2024

Kolaborasi dengan Gen Z Kuncinya Saling Mengerti

    Hari gini jamannya kolaborasi supaya tetap update dalam berkreasi. Tak perlu ragu meski itu bareng Gen Z, kuncinya hanya saling mengerti. 

By Nur Ida Zed 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed

   

         Sebenarnya istilah "Generasi" tidak hanya memberikan stereotip mengenai cara berpikir, gaya hidup, pola pikir serta cara mengambil keputuan dan bagaimana mengatasi masalah bagi masing-masing sesuai dengan jamannya, ya. Karena menurut Wikipedia pembagian mengenai generasi ini berdasarkan pada tahun kelahiran. Kalau dulu ada Generasi Boomers, dari Pre Boomers dan Baby Boomers di kelompok kakek nenek dan bapaks-bapaks kita, kemudian Gen X yang lahir sampai tahun 80an termasuk saya, lalu Generasi Milenial yang kelahirannya sampai tahun 1996, kemudian Generasi Z atau Gen Z buat mereka yang lahir dari tahun 1997-2012, dan yang sekarang ada lagi Generasi Alpha yang lahir di tahun 2013 hingga 2025.

        Pembagian generasi sesuai tahun kelahiran ini memang dapat dimengerti ya, mengingat situasi dan kondisi pada jamannya tentu saja berbeda, dan selalu berubah bahkan berkembang terus sesuai kemajuan tehnologi  yang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya. Contoh nyata karena saya termasuk Generasi X yang pada masa itu memang tidak secanggih sekarang dalam hal tehnologi dan kemajuan jaman, maka cenderung lebih hati-hati dan banyak perhitungan dalam menentukan sesuatu hal. Sementara Generasi Z atau Gen Z, lebih spontan, serba cepat dan maunya simple, praktis serta efisien dalam banyak hal termasuk ketika mengambil keputusan. 

 

    Karena memiliki anak yang lahir dan berkembang di generasi ini, yakni Gen Z, yang berasal dari kata Zoomer, sebab mereka tumbuh bersamaan dengan maraknya internet dan perkembangan tehnologi yang sangat pesat sehingga membuat saya mau tidak mau harus mengerti dan memahaminya. Hal kecil saja misalnya, soal memilih earphone. Saya lebih suka konservatif dengan memilih yang ada kabel panjang yang menghubungkan suara dari gadget ke telinga. Ada speaker kecil yang ketika mendengarkan musik atau menerima telepon kita harus menempelkan speaker di dekat mulut. Sementara Gen Z, model anak saya lebih senang yang praktis dengan earphone model bluetooth yang tidak perlu repot memakai kabel, tinggal diselipkan di telinga dan tidak perlu mencari-cari speaker ketika ada telepon masuk. 

        "Ini lebih simple dan praktis lho, Mam, gak ribet," kata putri saya Puan yang termasuk Gen Z ini. Saya hanya mengangguk sembari tersenyum. Simple sih, dari bentuknya memang kecil dan cantik. Tapi praktis bagaimana kalau harus ngecas dulu sampai penuh agar dapat dipergunakan, pikir saya. Tidak seperti earphone kabel pilihan saya yang tinggal tempel di telinga tanpa takut kehabisan batere kalau lupa ngecas dan perlu colokan pula. Ah, pemikiran sederhana seperti ini saja agak berbeda ya, tentang kepraktisan earphone versi Gen Z dan Gen Mom(Gen X) seperti saya, hehe. Toh suatu ketika dia juga memakai earphone saya ketika buru-buru ada kuliah online karena kelupaan ngecas earphone bluetoothnya. Begitupun saya, kadang suka memakai earphonenya saat lagi nyetir karena memang lebih gampang ketika harus menerima telepon karena tidak bingung nyari-nyari tombol speaker.

 

    Ya, untuk hal lain juga bisa berbeda seperti mengenai pola pikir hingga cara menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan pada Gen Z ini. Masing-masing tentu memiliki alasan sendiri. Genersi Z biasanya memiliki karakteristik yang khas seperti:

* Lebih fleksibel. Dalam banyak hal yang menyangkut cara menyelesaikan masalah, mencari solusi dan menentukan pilihan untuk kemajuan dirinya cenderung tidak mau kaku dan mudah mengikuti perkembangan demi kebaikan.

*Mahir tehnologi dan tidak gaptek. Sesuai dengan kemajuan tehnologi di jamannya, Gen Z alias Generasi Zoomer selalu update untuk hal satu ini. Baginya tehnologi menjadi bagian dari hidupnya sehingga harus selalu mengikuti perkembangannya agar tidak ketinggalan. Ibaratnya dari bangun tidur hingga mau tidur lagi, semacam gadget, laptop dan berbagai aplikasi selalu dikulik dan melekat dalam dirinya. Tak bisa lepas dari jaringan internet yang selalu membawa berselancar dengan media sosial dan yang lainnya.  

*Suka berkomunukasi secara maya, daripada bertemu langsung. Alasannya lebih praktis dan ekonomis tadi, karena setiap saat dapat berkomunikasi dan menghubungi tanpa dibatasi waktu dan tempat. Ada baiknya sih, jadi tak ada sekat ketika ingin mengemukakan pendapat atau saat membutuhkan koordinasi secara cepat. Meski kadang mereka suka memandang semua orang sebagai teman, sehingga terlupa bagaimana cara yang lebih sopan bertutur kata kepada yang lebih tua. Yang penting tidak perlu baper, kalau ingin menegur sentuhlah dengan sedikit bercanda.  

*Mandiri dan toleran. Cenderung berusaha sendiri dan tidak mau tergantung pada orang, termasuk dalam eksistensi dirinya ketika berhubungan dengan masa depan. Namun dalam berteman suka toleransi dan memberikan solusi serta memecahkan masalah pada yang sedang kesulitan.  

*Terkesan ambisius karena memiliki tujuan dan fokus, serta mudah move on ketika mengalami kegagalan  dan mencari cara lain untuk mencapai tujuan. 

*Kadang out of the box karena begitu menyukai tantangan dan sangat dimotivasi oleh pencapaian. Baginya hidup dibikin santai saja karena semua pasti ada jalan keluarnya.

*Gen Z ini suka berkolaborasi dalam melakukan pekerjaan dan senang mencari cara yang baru ketika dirasa mentok untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan. Sering saya merasakan ini, terutama saat menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan tehnologi seperti urusan edit video atau upload podcast di spotify.  Jangan mau kalah sama tehnologi, begitu selalu katanya. Jadi saya ya tenang-tenang saja.

Ini yang saya suka ketika berkolaborasi dengan Gen Z. Vibe optimis dan yakin dengan tujuan akhirnya, serta tidak mudah menyerah membuat saya selalu semangat menerima hal-hal baru meski harus belajar dan belajar lagi. Dengan begitu saya selalu merasa berjiwa muda, setidaknya dengan kreativitas rasa ingin tahu.  

        Satu lagi, Gen Z yang terkesan memiliki spirit easy going ternyata dapat diandalkan saat membuat keputusan yang menyangkut passion dan masa depannya. Tak perlu dibebani dengan banyak kekhawatiran, karena Gen Z juga bisa komit dengan tugas, tanggung jawab dan kewajiban. Memang sih, perlu didampingi sebagai teman dan sahabat karena generasi yang tumbuh dengan akses internet dan tehnologi digital sejak kecil ini sebaiknya juga diarahkan agar tidak terpengaruh pada hal yang tak diinginkan.  Nah, ketika berkolaborasi dengan Gen Z ini tentu bisa lebih produktif lagi ya, dan kuncinya hanya saling mengerti. 


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ


Rabu, 20 November 2024

Bijak Mematut Diri Antara Skill dan Relasi

         Menyiapkan skill dan memperluas relasi menjadi penting agar bijak mematut diri. Tak perlu peduli dengan faktor "orang dalam" dan juga "titipan" ketika ingin dihargai dengan value yang dimiliki.

by Nur Ida Zed

                                                                pic by pinterest


        Memaknai kehidupan dengan terus belajar menjadi salah satu keyakinan saya untuk kian bertumbuh. Tak hanya di bangku sekolah, lanjut kuliah, bahkan disaat kerja serta di kehidupan nyata upaya terus belajar dan mematut diri untuk terus beradaptasi dan upgrade diri saya rasa menjadi salah satu hal yang penting juga. Secara dunia terus berkembang ya, begitu dinamis dan selalu berubah sesuai dengan kemajuan jaman. 

        Seperti setelah tamat kuliah dari Yogyakarta saya memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Awalnya karena diterima di Majalah Indionesia Indah, majalah budaya dan wisata di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta waktu itu. Background kuliah dan pengalaman kerja di media sebagai redaktur media lokal semasa di kota Gudeg dulu menjadi bekal saya. Skill menulis dan berorganisasi yang sudah saya miliki sejak SMA sehingga tak membuat saya khawatir untuk mengembangkan diri.

        Prinsip kerja dengan loyalitas dan profesional membawa saya diminta membantu produksi Kuis Budaya dan Wisata di TPI. Di sini saya juga belajar, dan ketika menemui klien yang kebetulan dari Yogya juga, yang waktu itu advertising manager sebuah perusahaan penyedap rasa, saya menawarkan program Kuis Citra Rasa. 

        "Saya akan mempertimbangkan kalau kamu yang memegang projectnya," kata klien saya waktu itu. Yang pasti beliau sudah mengerti kemampuan serta respect saya terhadap tugas dan tanggung jawab, juga visi ke depannya meski saat itu saya masih belia. Lalu saya mulai membuat project ini. Bismillah, saya lalu menambah skill dengan menjadi Managing Director dan penanggung jawab untuk urusan pra produksi sebuah acara televisi. 



                                            foto: dokumen Taffinda Project Multimedia


        Saya mulai menyusun planning kerja, merekrut beberapa teman untuk urusan pra produksi seperti soal naskah, properti, stage, bagian umum, urusan artis sampai masalah iklan dan promosi hingga pendanaan. Sungguh menguras tenaga dan pikiran, apalagi saat harus menyiapkan shooting yang biasanya harus disiapkan beberapa episode sekalian. Saya musti koordinasi dengan bagian produksi televisi, editing serta urusan pembayaran. Tapi ketika sudah tayang, betapa bahagia melihat karya kita dihargai orang. 

        Tak mudah memang, selain harus menyelesaikan urusan dalam ternyata "gempuran" dari luarpun harus dapat diatasi juga. Salah satunya saat ada yang "mengancam" karena ada yang kurang suka. Maklumlah, tapi saya tetap berpikir positif dan berserah kepada Allah SWT, bahwa semua yang saya lakukan semata hanya karena ibadah, atas ijinNya. Waktu itu tayang setiap hari Rabu jam 08.30 pagi. Respon para perempuan, baik ibu, remaja putri dan semua yang interest seputar rasa, makanan dan gizi seimbang membuat saya begitu optimis dan penuh harapan. Ratingnyapun tak mengecewakan. Sayangnya setelah beberapa puluh episode program dipending karena waktu itu krisis moneter dan persoalan internal TPI yang akhirnya sampai akuisisi menjadi MNCTV. Tak apa, setidaknya saya pernah memberikan manfaat dengan karya saya di bidang ini. Dan skill tetap saya asah agar selalu dapat beradaptasi dengan peluang yang lebih banyak lagi.


        Saya kemudian kembali ke bidang penulisan dan media. Seorang teman lama merekomendasikan untuk gabung di majalah  lifestyle, dan keasyikan dengan serunya liputan, hire fotografer, editing dan bagaimana sibuknya menepati deadline dengan rekan kerja yang menyenagkan. Kemudian saya ingin berkembang dengan menerima tawaran dari Global Media untuk membidani Majalah Hongshui Living Harmony, lalu gabung di MRA Media untuk Harpers Bazaar, dan Herworld Indonesia. Pengalaman kerja berbekal skill dan relasi, serta kemampuan dan dedikasi memberikan saya banyak belajar tentang kehidupan ini. Saya jadi mengerti bagaimana mengenal berbagai karakter teman kerja, atasan bawahan, nara sumber dan klien serta mengelola bisnis dan membangun kepercayaan dengan relationship yang baik serta  banyak hal lagi. Semua itu sangat bermanfaat ketika saatnya kita harus mandiri, membuka peluang untuk diri sendiri dan orang lain.


        Skill dan relasi menjadi bagian yang mengikuti kesuksesan seseorang. Karena itu teruslah mengasah skill, kemampuan dan keahlian yang kita miliki, baik itu soft skill yang menyangkut interaksi interpersonal seperti komunikasi, team work, leadership, empati dan adaptasi. Serta hard skill yang meliputi ketrampilan teknis yang spesifik dan dapat diukur secara konkrit seperti pemograman, matematika dan bahasa asing.

        Upgrade diri dan bijak mematut diri kita untuk tetap bekerja dan berkarya. Begitu juga membangun relasi dan networking yang lebih luas lagi karena hal ini akan berdampak pada value dan rasa percaya diri. Saya percaya sebagai blogger, kreator, podcaster, youtuber atau karier dan profesi apapun itu juga membutuhkan semua ini agar dapat bijak mematut diri. 

        Ketika memiliki skill yang cukup serta relasi yang baik ditambah respect dan profesional dalam tugas dan pekerjaan, maka tak perlu takut untuk terus berkembang. Apalagi di jaman yang sudah maju, di era digital sekarang ini, hanya orang yang memiliki skill hebat di bidangnya yang banyak dicari. Meski demikian, yang tidak kalah penting teruslah bersyukur dan bertawadhuk dengan segala yang ada.

        Salam sehat dan selalu semangatt.***NZ


  

Senin, 18 November 2024

Bersikap Asertif untuk Hasil Positif

           Tak perlu ragu untuk mengemukakan pendapat, ide, buah pikiran dan isi hati. Lakukan tanpa tekanan dengan komunikasi asertif untuk hasil yang positif.

by Nur Ida Zed



                                                    foto: nuridazed


        Seringkali perasaan ragu tiba-tiba muncul ketika akan mengemukakan sesuatu kepada orang lain. Banyak hal yang menjadi pertimbangan seolah berkecamuk seperti takut salah dan disalahkan, atau bimbang apakah pendapatnya akan diterima, ditolak mentah-mentah serta kemungkinan abu-abu lainnya yang membuat menahan rasa, hingga akhirnya tidak jadi dan ditelan saja sendiri. Padahal sih pendapat dan ide yang dimiliki itu bermanfaat, dan merupakan kebenaran adanya.

    "Segan saja sih sebenarnya," kata seorang teman ketika saya anjurkan untuk mengemukakan pendapatnya itu sebelum diputuskan kesepakatan pada sebuah pertemuan. Namun tetap saja, dia malah berkeluh kesah tanpa melakukan apa-apa. Takut terjadi konflik jika ada yang tidak berkenan dengan pendapatnya itu. Nah lho, kekhawatiran para ibu yang sungguh terlalu. Padahal ini tidak perlu terjadi bila disampaikan dengan sikap asertif. 

        Berani berpendapat memang membutuhkan sikap asertif agar dapat diterima dan dimengerti oleh orang lain. Sikap asertif ini adalah kemampuan untuk menyampaikan perasaan, pendapat dan keinginan dengan jelas, lugas dan tegas tanpa merugikan dan menyinggung orang lain. Sikap ini penting dimiliki karena dapat membantu saat mengekspresikan diri dengan mudah, mempertahankan sudut pandang, menghargai pendapat orang lain, meningkatkan rasa percaya diri bahkan mengurangi stres.


        Setiap orang berpendapat tentu mengharap bisa diterima dengan baik, dan direspon dengan positif. Namun bila ditolak dan mendapatkan impact tidak seperti yang diinginkan, tentu butuh pengertian dan pemahaman, bukan? Masing-masing orang pasti punya sikap tersendiri terhadap sesuatu hal termasuk pendapat orang lain. Pahami ini sebagai suatu pembelajaran bagaimana kita harus belajar bersikap asertif.


Perlu Sikap Asertif

        Dalam kehidupan sehari-hari, sikap asertif ini sebaiknya diterapkan dan dimiliki karena dapat membantu mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai macam kesulitan. Orang yang asertif mampu mempertahankan pendapat dan haknya sendiri tanpa merugikan orang lain. 

        Sikap asertif ini merupakan ketrampilan dalam berkomunikasi saat menyampaikan pesan atau inti yang akan disampaikan dengan sikap yang tegas dan lugas tanpa bertele-tele, namun tidak lalu menyinggung perasaan orang lain bahkan merendahkan. Ini berkaitan dengan lingkup sosial kemasyarakatan seperti hubungan pertemanan, persaudaraan, atasan dan bawahan, konsumen dan produsen, audience dan nara sumber baik yang bersifat individu interpersonal, di dalam kelompok maupun di depan umum.  

        Seseorang yang memiliki sikap asertif salah satunya berani terbuka dan jujur terhadap dirinya dan orang lain. Menghormati hak orang lain dan diri sendiri meski tidak selalu setuju dan patuh begitu saja dengan perintah dan keinginan orang lain, meskipun orang lain itu memiliki jabatan lebih tinggi dan usia yang lebih tua darinya, namun bukan berarti menjadi penghalang untuk menyampaikan pendapat serta suatu kebenaran. 

        Menurut Muhammad yang dilansir dalam e-jurnal ums.ac.id sikap asertif ini penting diterapkan  pada semua generasi, karena akan berdampak positif bagi semua hubungan. Tapi sikap ini tidak akan muncul dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk melalui pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa tips untuk menerapkan sikap asertif ini, antara lain: 


* Tak perlu takut menyampaikan pendapat, ketika itu dianggap sebagai kebenaran dan sesuatu yang muncul dari kebersihan hati yang paling dalam. Meskipun pendapat ini berbeda dengan kebanyakan orang. Ingat pepatah sampaikan kebenaran meski itu pahit, coba ungkapkan dengan tidak menyinggung pendapat orang lain yang dirasa berbeda.

* Tanamkan bahwa setiap orang pasti punya karakter dan kebiasan masing-masing. Selalu hargai orang lain dengan tidak mencela dan saling menjelekkan.

* Hindari rasa bersalah setelah mengemukakan pendapat. Dengan begitu tak ada beban di dalam hati .

* Selalu tenang dan tertata ketika bicara, tanpa menggunakan kalimat yang agresif atau berkesan menyerang agar apa yang dikemukakan tidak dimaknai sebagai hal yang merendahkan dan dapat memicu konflik.

* Anggap semua orang adalah teman, meski kepada lawan bicara yang kurang berkenan. Pikirkan hal-hal baik dan bijaksana agar apa yang ingin disampaikan tidak dirusak dengan asumsi yang belum tentu benar.

* Berlatih untuk berkata tidak terhadap hal-hal yang membuat beban pada pikiran, apalagi jika tidak sesuai dengan kata hati dan kebenaran.

* Pergunakan kalimat efektif saat menyampaikan pendapat dan body language yang mendukung agar orang lain lebih percaya dan perhatian dengan apa yang dikemukakan.


Asertif Pada Remaja

        Pada anak remaja alias GenZ, sikap asertif tentunya pelu ditanamkan juga, mengingat mereka akan lebih banyak menghadapi lingkungan sosial yang membentuk jati dirinya. Berani menyampaikan perbedaan pendapat tanpa ragu membuat remaja menjadi teguh pendirian namun tidak kaku. Asertif akan mengurangi sikap tidak enakan dan plin plan yang seringkali dihadapkan pada masa usia mereka. 

        Remaja yang asertif tidak akan mudah terbawa arus dan memiliki batasan yang jelas baiak dalam hal waktu, aktivitas maupun interaksi sosial karena dapat menyikapi dengan bijaksana. Pandai mengelola tekanan dari teman sebaya yang kerap memaksa untuk mengikuti perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan keinginan pribadinya. 

        Mampu mengatasi konflik dengan orang dewasa dan fokus pada solusi tanpa menyalahkan siapa-siapa. Mereka lebih bebas menyatakan keinginaannya tanpa takut dicemooh dan dijauhi karena memiliki banyak pilihanteman lainnya. Remaja yang asertif justru menghargai bentuk keputusan dan berpartisipasi baik untuk diri sendiri, dalam lingkup keluarga, kampus serta kehidupan sosialnya. 

        Begitulah, dengan bersikap asertif maka antara anak dan orang tua, lingkungan dan para tetangga, serta semua yang menyangkut kehidupan sosial ini akan dapat menghindari ketegangan dan perasaan yang tidak nyaman, serta mendapatkan solusi yang baik dari berbagai kesulitan. Bersikap asertif maka akan memberi hasil yang positif.

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ


Jumat, 15 November 2024

Peduli Kaum Remaja Mencegah Upaya Bunuh Diri


        Banyak peristiwa dapat diungkap di era digital yang serba cepat saat ini. Berbagai informasi serta ilmu pengetahuan seolah hanya berbatas di ujung jari. Tinggal klik, semua akan terbuka di depan mata, termasuk semua kejadian yang sedang ramai diperbincangkan di dunia maya. 

by Nur Ida Zed


                                                foto by nuridazed

        Prihatin dengan kasus bunuh diri anak muda yang kian meningkat akhir-akhir ini. Dari data Pusat Informasi Kriminal Nasional atau Pusiknas Kepolisian Republik Indonesia mencatat di sepanjang 2024 ini sekitar seribu kasus yang sebagian dialami oleh remaja, anak muda, anak-anak kita di usia produktif. Mereka sepertinya rentan secara psikis dan mental sehingga tanpa pikir panjang memutuskan hal yang fatal untuk dirinya dan masa depannya.

        Seperti kasus di Surabaya yang belum lama ini, seorang mahasiswa sebuah Universitas ditemukan bunuh diri dengan melonpat dari atas gedung di kampusnya. Tak berapa lama juga di Jakarta, mahasiswa Universitas Tarumanegara mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama, melompat dari atas gedung kampusnya. Bahkan yang sempat hangat dan viral, mahasiswa kedokteran Undip Semarang yang sedang mengambil spesialis PPDS ditemukan di kamar kos terindikasi mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat anestesi melebihi dosis di tubuhnya. Saya tidak ingin menyoroti dari setiap kasus, namun keprihatinan terhadap degradasi mental yang dimiliki anak-anak muda penerus bangsa ini.

        Tentu banyak hal yang melatar belakangi keputusan mereka ini,  di saat mengalami permasalahan yang begitu kompleks. Pengaruh berbagai hal termasuk faktor lingkungan, pergaulan, support sistem serta yang mendasar dalam dirinya dengan mental yang rapuh. Sebagai seorang ibu yang memiliki anak remaja tentu saya merasa prihatin dan sedih melihat kenyataan ini. 

       

        Tak bisa dipungkiri peran media, termasuk media sosial yang kian terbuka lebar dan mudah diakses setidaknya mempengaruhi kondisi ini. Tak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di berbagai daerah. Miris rasanya, bahkan karena masalah sepele saja, semacam putus cinta sampai mengambil solusi dengan mengorbankan nyawa.

        Dan inilah kenapa saya seringkali menyinggung tentang empati dan motivasi dalam tulisan di blog dan artikel, serta di podcast Morning Daughter dan Youtube Channel. Setidaknya saya ingin berkontribusi mengisi blank spot untuk memberi nuansa berbeda dengan menguatkan mental dan menambah semangat anak muda agar tak rentan dengan pengaruh sosial di sekitarnya. Supaya menjadi lebih kuat menghadapi berbagai tantangan buat masa depannya. Saya rasa mereka tak hanya sekadar membutuhkan tempat curhat yang tepat, namun juga obat mujarab untuk kesehatan mentalnya.

        Meski pemerintah telah menyediakan kontak khusus untuk saluran pencegahan bunuh diri nasional di  1-800-273-TALK (8255) serta telepon 911,  juga menciptakan berbagai sarana dan mengadakan semacam seminar yang memberikan pengertian untuk pencegahan masalah bunuh diri ini, namun agaknya sentuhan lain juga perlu diperhatikan.

        Suport sistem menurut saya menjadi salah satu hal terpenting yang menjadi penjaga mental anak-anak kita. Dukungan dari orang tua, saudara dan teman yang baik diperlukan untuk membuatnya tetap bahagia.  Bahkan pelukan tulus seorang ibu yang selalu ada dan mengerti segala keadaan dan kondisi mereka. Ya. peran ibu sangat membantu menguatkan mental anaknya.

        Saya prihatin ketika ada orang tua yang justru memberikan beban pada anak demi ambisi pribadi untuk reputasi keluarga. Misalnya dalam memilih jurusan pendidikan untuk cita-cita dan mimpinya. Juga kegiatan yang harus ditekuninya sehingga membuat mereka frustasi dan putus asa. Ujung-ujungnya bunuh diri dengan meninggalkan surat permintaan maaf karena tidak dapat membahagiakan orang tua. 

        Berbagai motif dari banyak kasus semacam ini semoga memberikan  pesan tersendiri yang perlu diperhatikan. Namun demikian, bekal agama yang menjadi dasar terpenting sebagai kendali seseorang terhindar dari masalah ini. Esesnsi dari agama yang mengajarkan nilai moral akan menjadi kendali untuk tidak melakukan hal yang nekat ini. Terapi terbaik untuk mencegah rasa putus asa, kecewa dan tak berguna adalah dengan sholat dan doa. Sebab sholat merupakan sarana yang tepat untuk mencurahkan segala isi hati dan berserah kepada Sang Pencipta.

        Setiap kali, ketika ada pertemuan dengan para ibu pun saya selalu mengingatkan rasa kepedulian dan kepekaan terhadap anak remaja kita sehingga mereka mau terbuka dan menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Karenanya kita harus bisa berperan sebagai teman diskusi, sahabat yang paling megerti dan memahami tentang semua yang dibutuhkan di masa pencarian jati dirinya saat ini.

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ .


 

Rabu, 26 Juni 2024

Cerita Dua Pedagang Kaki Lima

         Banyak hal yang ditemui di jalanan, disaat kita mau membuka mata dan telinga untuk memahami sekitar. Ada terselip cerita dua pedagang kaki lima yang memberikan renungan dan kadang tak sempat terpikirkan. 

by Nur Ida Zed


                                            ilustrasi by dvine adinda

        Ini pengalaman saya bertemu dengan dua pedagang perempuan setengah baya, bahkan cenderung tua yang tanpa sengaja saya temui di waktu dan tempat yang berbeda. Sama-sama pedagang kaki lima. Ibu pertama yang saya temui di depan pasar tradisional Lenteng Agung ketika kebetulan saya mampir dari olah raga pagi waktu itu. Tetiba saya ingin membeli tempe, saat mata saya menemukan seorang ibu tua yang duduk di sisi depan pasar dengan tumpukan dagangannya, beberapa tempe yang ditata tinggi dan terlihat masih belum berkurang alias belum laku dari pagi.

        Ya, entah kenapa saya seolah terkena magnet dan mulai menuju ke tempat itu serta ingin membelinya dua atau tiga papan saja. Kebetulan saya hanya membawa uang seratus ribuan, lalu saya menyerahkan uang itu kepada penjual tempe tadi. Rupanya si ibu tidak punya kembalian. "Uang pas saja ada, Nak, Ibu belum buka dasar," katanya dengan sopan seraya memeriksa dompetnya yang terlihat sisa  tinggal uang recehan. Tapi di dompet saya hanya ada dua lembar uang seratus ribuan sehingga tidak ada uang pas yang harus diberikan. Lalu bagaimana solusi Ibu tadi ? 

        Ternyata dia mengembalikan uang saya sembari bilang: "Bawa dulu aja gak apa, Nak. Besok balik lagi," Deg, saya kaget. Saat mau tinggalkan uang saya di situ, si ibu menolak, sementara kalau mau batal membeli, kasihan ibu tua ini dagangannya belum laku dari tadi. Akhirnya saya mencari Alfamart dan membeli sesuatu agar mendapatkan uang pas buat si ibu. Saya masih terkesima dengan sikapnya yang begitu percaya terhadap saya yang baru saja dikenalnya, sedangkan dia sendiri dagangannya belum laku satupun, tapi tak masalah baginya tanpa menaruh curiga. 

        Ketika saya kembali dan membayar dengan uang pas, si ibu malah berkata: "Kok repot-repot, Nak. Besok aja gak apa, kan ibu masih dagang di sini." Ah, saya yang tidak bisa, bu, batin saya. Saya tahu ibu ini baik, tapi kita tidak pernah tahu apa besok masih ada di sini. Yakan?! Beberapa harinya ketika saya lewat kembali, tak melihat lagi si ibu duduk di sana bersama papan-papan tempenya. Wallahu alam.


       Yang kedua cerita saya dengan ibu pedagang pecel yang suka jualan di seputaran UI. Jadi saya memang penyuka pecel, kudapan yang berisi aneka sayuran dengan bumbu kacang pedas yang suka ditemui di tempat keramaian. Ceritanya ketika sedang olah raga di bunderan depan rektorat Universitas Indonesia pada hari Minggu pagi itu, tetiba saya melihat ibu penjual pecel berdagang di seberang lokasi kami berlari. Kemudian  saya mendekat dan bermaksud untuk membeli, karena memang belum sempat sarapan pagi. 

        "Mau dong, Bu".kata saya minta diracikkan satu porsi. Lalu ibu itu bertanya mau apa saja sayurannya, kujawab lengkap dengan lontong, bihun dan tahu goreng, tapi tanpa kol. Dengan cekatan si ibu menata pesanan saya di pincuk kertas nasi. Rupanya ibu ini orang Jawa Timur, sehingga saya lalu berbincang dengan bahasa Jawa. Selajutnya saya minta dilengkapi dengan menambah kerupuk mie kuning yang khas itu agar sempurna nikmatnya. 

        Kemudian saat saya membayar, kebetulan si ibu kembaliannya kurang. Saya bilang: "Mboten punopo. Biar saja, gak apa-apa". Tapi si ibu malah menambahkan bihun dan tahu hingga pincuk di tangan saya menjadi makin penuh berisi. Ah, bisa saja ibu ini menjaga kearifan lokal, melestarikan budaya leluhur dan selalu menebar positif thinking. Betapa damai dan bahagianya kehidupan ini bila dipenuhi dengan segala kasih dan saling memberi.

           Masya Allah, saya merasa dikelilingi oleh orang baik. Bertemu dengan mereka, orang biasa, seperti pedagang kaki lima di jalanan yang mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal. Tak ada prasangka, saling percaya dan menghargai orang dengan selalu berfikir positif. Cerita dua pedagang kaki lima ini seolah membuka pikiran kita untuk tetap menebarkan energi positif dimana-mana.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

Minggu, 23 Juni 2024

Pasar Tradisional Menyimpan Kenangan

        Senangnya belanja ke pasar itu bukan saja karena banyak jajanan masa kecil, tapi juga melihat kebersamaan para pedagang dan rasa gotong royong yang real.

by Nur Ida Zed



                                                foto dok.pribadi

        Seperti sudah menjadi kebiasaan, setiap kali pulang kampung ke Blora saya selalu menyempatkan untuk mampir dulu ke pasar.  Entah itu membeli oleh-oleh atau sekadar jalan sambil berburu jajanan masa kecil yang menyimpan banyak kenangan. Pasar tradisional Sido Makmur yang dulu berada di tengah kota, dekat alun-alun dan pusat keramaian, sekarang pindah lokasi ke sebelah selatan, di perbatasan kota dengan situasi yang lebih nyaman. Selain areanya begitu luas, suasananya juga masih segar karena berada di dekat persawahan. Saya ajak juga anak-anak menjelajah setiap los dalam pasar yang kini sudah tertata rapi, mereka tampak senang dan menikmati.  Sekalian nih, bagi saya seakan mengulang kenangan lama. 


          Ya. Saya masih ingat betul waktu kecil dulu paling suka kalau diajak ibu ke pasar tradisional saat hari libur. Berebut tas belanja dan berjalan ke pasar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Di sepanjang jalan depan pasar sudah begitu ramai oleh pedagang sayuran dan aneka makanan sejak pagi. Saya mengintil saja di dekat ibu yang sibuk memilih sayur serta keperluan lain yang akan dibeli. Pasar yang menjadi salah satu pusat berbagai transaksi terasa begitu kental sekali. Antara penjual dan pembeli bisa langsung berinterkasi. 

        "Kita beli ayam potong dulu, ya," kata ibu sembari menggandeng tangan saya. Saya menyempil di belakang ibu di antara orang-orang yang belanja. Sedikit krodit memang waktu itu. Maklumlah belum tertata seperti sekarang ini. Bau khas pasar juga sangat terasa sekali. 

        Lalu kami menyusuri los penjual bumbu, tempe tahu dan buah segar yang ada di pasar. Tak butuh waktu terlalu lama, rupanya ibu punya beberapa langganan pedagang di sana sehingga tidak banyak terjadi tawar menawar. Paling kalau sudah sepakat harga, ibu menawarnya dengan minta ditambahi saja, semacam ekstra bonus, haha. Strategi ibu ini pernah saya tanyakan alasanya, kata ibu: gapapalah, paling selisihnya tak seberapa. Dan ini sepertinya yang membuat ibu jadi bisa dekat dengan para pedagang pasar.

        Seperti sudah saling kenal kulihat ibu dan para pedagang itu berbincang tentang berbagai hal, tentang dinamika kehidupan, harga barang yang terus menjulang, kelangkaan barang, termasuk menanyakan tentang saya, anak sulungnya yang ikut menemani belanja. Ternyata dia ibu teman sekolah saya juga. 


Aneka Tembikar

        Yang tak pernah lupa ketika ke pasar bersama ibu,  saya sering diajak mampir ke los tembikar untuk membeli mainan. Waktu itu aneka mainan anak perempuan seperti peralatan masak-masak banyak yang terbuat dari tembikar ini. Kerajinan tanah liat semacam anglo, penggorengan, kendi, cobek, piring serta tea set  yang dibakar. Ada juga mainan lain seperti peluit berbentuk burung gereja dan celengan ayam. Banyak pilihan sampai membuat saya bingung.   

        Aneka tembikar yang dijual ini semuanya karya sendiri, dibuat begitu bagus dan menawan. Dulu kerajinan tembikar ini dinamai dengan gerabah, yang dibuat secara tradisional dengan bentuk yang bisa disesuaikan dan dibakar hingga menjadi keras serta memiliki ketahanan terhadap air dan api. Tembikar ini bisa digunakan sebagai tempat penyimpanan dan alat dapur.  Sedangkan mainan dari tembikar yang suka dibelikan ibu ini sengaja dibuat versi mininya. Lucu dan cantik deh penampakannya. Celengan ayam juga berguna memotivasi saya agar gemar menabung, menyimpan uang meski itu recehan. 


Lontong Tahu Langganan

        Di pasar juga ada berbagai makanan khas daerah yang dijual. Salah satunya lontong tahu langganan yang menjadi favorit ketika saya ke pasar. Terletak di los tengah berjajar beberapa pedagang makanan yang sedang menyiapkan pesanan. Langganan ibu waktu itu yang paling pinggir sebelah kanan. 

        "Berapa bungkus, Bu?" tanya penjual lontong tahu yang juga ibu-ibu setengah baya ketika kami datang. Ibu saya menyebutkan pesanannya, lalu kami duduk menunggu bersama pembeli lainnya. Harus sabar karena sajian berbahan lontong dipadu irisan tahu dengan bumbu kacang serta toge ini diracik satu demi satu. Lontong tahu ini memang makanan khas daerah Blora, yang dibungkus dengan daun jati sehingga menambah rasa nikmatnya. 

        Jajanan lain yang suka menjadi buruan saat ke pasar bersama ibu adalah cenil, pertolo, dumbeg dan sawut. Rata-rata dijual oleh ibu-ibu setengah baya, bahkan cenderung tua dan ditata di atas tampah yang digendong dengan bakul besar dan dijajakan di pinggir pasar. Semua enak dan bikin kangen, dengan harga yang relatif murah.

        Kenangan di pasar tradisional seperti ini membuat saya makin menyukai suasana pasar hingga dewasa. Ketika kuliah di Yogya, kadang saya juga menyambangi pasar Beringharjo yang pernah terkenal dengan kuli panggulnya. Dan kini ketika di Jakarta, saya suka mampir ke pasar Lenteng Agung atau Pondok Labu untuk sekedar belanja buah dan sayuran. Hiruk pikuk pasar memberikan semangat yang berbeda, tentang kerja keras dan arti setetes keringat buat nafkah keluarga. Selain itu, di pasar ini saya melihat kebersamaan para pedagang yang saling membantu dan mensupport satu dengan lainnya, serta rasa gotong royong yang terasa nyata. 

        Bagaimana kesan dan pengalaman kalian di pasar tradisional? Saya yakin pasti juga sangat menyenangkan. 


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

 

 

Sabtu, 22 Juni 2024

Temukan Solusi Diet Sehat di Buku Conscious Diet by dr.Yovi

        Pada dasarnya setiap orang itu unik, sehingga membutuhkan metode dan cara diet sehat masing-masing. Di buku Conscious Diet #KenaliTubuhmuSebelumDiet, dokter Yovi, praktisi nutrisi, wellness & anti aging akan memberikan solusi diet sehat bagi setiap orang.


                                                    foto dok. pribadi

        Kata diet seringkali dihindari bagi sebagian orang. Padahal diet berarti kebiasaan makan yang menjadi gaya hidup kita, atau pola makan yang cara dan jenis makanannya diatur sesuai dengan kebutuhan, dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Selain itu, diet juga menjaga dan mengontrol berat badan agar senantiasa seimbang, sehingga tercapai tujuan hidup sehat dan bahagia.

        Bagi setiap orang yang ingin sehat, sebaiknya memiliki pola diet masing-masing. Dalam buku Conscious Diet #KenaliTubuhmuSebebelumDiet! oleh dr. Yovi Yoanita M.Kes, Praktisi nutrisi, wellness & anti aging kita bisa menemukan solusi diet sehat bagi masing-masing orang. 

        "Pada dasarnya setiap orang itu unik, sehingga perlu mengenali tubuhnya sebelum diet, " begitu terang dokter lulusan S1, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung serta S2 bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan spesifikasi Ilmu Gizi.  

        Buku yang terdiri dari seratus satu halaman ini sarat dengan insight yang membahas seputar diet sehat bagi setiap orang, selayaknya sebuah panduan untuk menemukan diet yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan tubuh kalian. 

        Pada bagian awal di paparkan mengenai kesadaran menjalani diet sehat, yang tidak perlu hanya mengikuti tren yang lagi happening saja. Tapi kesadaran akan kondisi tubuh, mulai dari level hormon, pola makan, tipe badan, hingga gaya hidup secara keseluruhan hendaklah menjadi bahan pertimbangan. 


Anda adalah Gaya Hidup Anda

        Di bab satu mengemukakan tentang berat badan. Di situ disebut tentang obesitas dan kelebihan berat badan, serta kalori dan sejumlah proses tubuh yang berakhir dengan produksi lemak. Kelebihan berat badan tak bisa dipukul rata, karena terdapat banyak faktor  yang mempengaruhinya, serta proses di dalam tubuh yang tidak kita sadari. Karena itu sebelum melakukan diet sehat hendaknya mengenali BMI  atau Body Mass Index yang merupakan indeks massa tubuh kita ini. 

        Di buku ini dijelaskan bagaimana cara menemukan BMI kita, apakah termasuk kurus, normal atau gemuk sesuai dengan rujukan angka yang disebut WHO dan Kemenkes RI. meski ini bukan menjadi tolok ukur yang pasti mengenai kondisi kesehatan tubuh kita. 

        Pemahaman kalori masuk dan kalori keluar juga dipaparkan, sehingga kita dapat memahami berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Yang harus diperhatikan jika kalori yang masuk ke dalam tubuh berjumlah banyak dan kita tidak membakarnya menjadi energi, maka berat badan akan naik. Karena itu perlu nutrisi yang seimbang antara asupan makanan dan kalori yang dikeluaarkan agar tidak menimbun lemak.


Kuantitas Kualias

        Selanjutnya dokter Yovi membahas bagaimana menyelaraskan diet yang sesuai dengan kebutuhan tubuh di bab dua. Apapun diet yang dijalani, perlu memperhatikan tiga aspek, yakni holistik,  alami dan konsisten. Strategi penurunan berat badan harus lebih menyeluruh dan bukan semata mengikuti program rencana makan khusus yang ketat. Tapi pada kuantitas dan kualitasnya. 

        Kualitas merujuk pada apa yang kita makan, Seperti pada jenis makanan yang perlu ada pada menu sehari-hari. termasuk karbohidrat, protein, lemak dan serat. Serta kuantitas yang menyangkut seberapa banyak yang kita makan. 


Antara Hormon dan Berat Badan

        Pemahaman mengenai jenis bentuk tubuh juga dibahas di sini, karena setiap jenis bentuk tubuh terkait dengan ciri-ciri keseimbangan hormon tertentu. Ada empat tipe tubuh, antara lain tipe tubuh Andrenal, Ovary, Tiroid dan tipe tubuh Liver. 

      Yang menarik di buku ini juga mengungkap tentang jenis lapar, serta binge eating yang menyangkut keinginan untuk makan meski bukan apa yang dibutuhkan. Dilengkapi dengan gambar "Berselancar dengan Hasrat" dan bagaimana mengatasinya. 

        Untuk melengkapi sebagai buku panduan diet sehat, diberikan juga sepuluh pertanyaan yang akan mengungkap tentang diri kita dan kaitannya dengan tipe diet yang cocok dan selaras dengan tubuh kita. Pola diet dan olah raga yang tepat juga diterangkan secara detail untuk mencapai diet sehat yang diharapkan. 

        Buku Conscious Diet karya dr. Yovi ini memang layak menjadi panduan awal bagi kita sebelum melakukan diet. Dilengkapi testimoni para pakar dan praktisi kesehatan seperti Prof.Dr.PratiknoM.Sos.Sc, Mentri Sekretaris Negara RI, Dr.Aviliani, SE,M.Si, President Commissionier of Allobank, Yani Panigoro ST, Komisaris Utama Medco dan atlet binaraga Ade Rai.

        Diterbitkan oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia pada  tahun 2024, buku yang ditulis oleh dokter Yovi yang telah mempunyai pengalaman praktik lebih dari 19 tahun menangani dan mendalami bidang nutrisi, weight Management, Antiaging, Preventive&Functional Medicine dan Mental Health ini hendaknya menjadi list bacaan yang sangat bermanfaat. 

        Yuk, segera dapatkan di gerai toko buku Gramedia dan e-commerce yang ada.

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ