Menuju bandara Soetta kali ini terasa berbeda. Bukan wisata bisnis atau traveling seperti biasa, tapi kerinduan teramat kepada Rasul, untuk ibadah dan ziarah ke Raudhah.
by Nur Ida Zed
foto dok.pribadi
Satu demi satu perlengkapan sudah saya siapkan. Koper besar dari biro travel sudah penuh dengan apa-apa yang harus dibawa sesuai arahan petunjuk untuk umroh. Ada gamis, mukena, pakaian ganti, jilbab hingga kaos kaki, serta pernak-pernik lain yang diperlukan selama sepuluh hari. Lalu tinggal berangkat saja menuju Bandara Soekarno Hatta.
Saya ulang lagi membaca roundown dan jadwal keberangkatan, masih beberapa jam lagi dari schedule yang direncanakan. Sengaja, memang, karena saya ingin menikmati suasana bandara lebih lama sebelum meninggalkan Indonesia, dan jauh dari keluarga.
Benar saja, suasana di area bandara selalu membuat saya terkesima. Meski sudah berkali-kali datang ke sini untuk berbagai keperluan penerbangan, entah itu karena liputan seperti undangan tugas ke Lombok dan Makasar saat itu, juga gathering kantor ke Bali yang waktu itu bareng teman-teman, atau hanya menjemput anak juga saudara yang baru datang. Saya suka dengan aura ini mulai dari memasuki gapura dan jalanan menuju lokasi. Saya cermati dengan seksama agar jangan sampai salah jalan masuk terminal berapa karena bisa-bisa puter baliknya jadi agak lama.
"Nanti kumpul dulu dan makan siang di Hotel Anara Terminal 3 buat cek n ricek paspor serta visa," saya kembali membaca info yang diberikan di grup WA. Bisa masuk dari terminal tiga kedatangan, atau dari tempat parkir internasional langsung ke lantai tiga saja supaya tidak terlalu jauh dari lobby, begitu notice yang diberikan. Kemudian saya mulai menapaki koridor bandara sesuai dengan petunjuk yang ada. Di sini memang banyak sekali petunjuk yang diberikan di setiap sisinya. Kalau masih belum jelas, banyak petugas jaga yang bisa menjadi tempat bertanya. Rata-rata mereka baik dan ramah, sehingga meski berada di tempat yang begitu luas seperti itu kita tidak perlu takut tersesat. Asal jangan malu untuk bertanya ya, hehe.
Kemegahan Karya Arsitek dari Perancis
Aura kemegahan bandara internasional Soekarno Hatta ini begitu terasa saat kita menjelajahi di setiap bagiannya. Desain tropis dengan sentuhan karya seni yang dibuat terbuka oleh Sang arsitek dari Perancis, Paul Andreu ini memang mengadopsi keunikan budaya Nusantara. Langit-langit yang dibuat tinggi dengan berbagai sentuhan ornamen kaca memberikan nuansa yang nyaman penuh kemewahan.
Seperti yang ditulis dalam bukunya Arsitektur di Luar Jangkauan Arsitektur, Paul memang mendesain Bandara Soetta ini memiliki konsep menyediakan fasilitas anjungan bagi pengunjung untuk berkumpul dan berkontemplasi, baik perorangan maupun kelompok. Hal ini diwujudkan melalui courtyard yang dibentuk dari beberapa anjungan dengan sentuhan lanskap seperti pepohonan dan tanaman tropis yang begitu indah bak lukisan yang menyegarkan mata.
foto dok.pribadiLalu lalang para pengunjung yang berjalan tergesa-gesa sambil membawa koper beroda seolah melengkapi suasana dan kesibukannya. Beberapa tenant makanan yang berjajar membuat lidah kita ingin mencicipinya. Saya menyempatkan sarapan bersama anak-anak di sana sembari bercanda dan memuaskan kerinduan karena akan ditinggal cukup lama. Sepuluh hari, pasti membuat kangen akan sangat terasa, apalagi perjalanan antar negara yang juga berbeda waktunya. Saya berjanji akan videocall begitu sampai di sana, dan berdoa di Raudhah agar bisa segera berangkat bersama-sama.
Sampai saatnya boarding, lalu kami harus berpisah, begitupun dengan para pengantar lainnya. Ada rasa berat meninggalkan anak-anak, tapi lebih berat keinginan dan niat untuk beribadah dan memenuhi panggilan ke rumahNya.
Bandara Madinah Prince Muhammad bin Abdul Aziz
Setelah terbang sekitar hampir sepuluh jam di pesawat Garuda Indonesia, akhirnya sampai di bandara internasional Madinah, Prince Muhammad bin Abdul Aziz. Tak kalah megah dan modern, bandara ini masih sangat ramai meski saat itu menjelang fajar. Rata-rata para jamaah umroh yang datang dari berbagai negara di dunia dan beberapa daerah di Indonesia. Saya sempat bertegur sapa dengan jamaah dari Malaysia ketika sama-sama sedang menunggu teman lain menyelesaikan pemeriksaan kelengkapan identitas seperti paspor, visa dan sidik jari dari imigrasi.
Bandara ini terlihat modern dengan sentuhan material metal yang kental dengan nuansa putih, serta beberapa ornamen yang menunjukkan ciri khas Saudi Arabia. Yang menarik, entah bagaimana di bandara ini saya ketinggalan saputangan handuk berwarna biru yang waktu itu saya bawa dari Jakarta. Saya baru menyadari ketika sudah duduk di bus menuju hotel di Madinah, dekat Masjid Nabawi. Roundown ibadah umroh saya kali ini memang dari Jakarta menuju Madinah lebih dulu baru kemudian ke Mekkah Al-Mukaromah. Ingin khusuk bertawaduk dan beribadah di Masjid Nabawi dan ziarah ke makam Nabi di Raudhah baru ke Masjidil Haram untuk Thawaf, Sai dan Tahallul. Alhamdulillah.
Sungguh saya mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan dapat mengunjungi makam Rasul di Raudhah. Aura bandara yang megah, nyaman, terang dan bersih menambah energi positif dan semangat untuk lebih khusuk lagi dalam beribadah. Sepanjang perjalanan ini, keberadaan bandara atau bandar udara bisa menjadi cerminan kebanggaan sebuah negeri.
Salam sehat dan selalu semangat.***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar