Manusia sebatas membuat
rencana, Tuhan yang akan menentukan hasilnya. Yang penting selalu optimis dan teruslah
berusaha.
By Nur Ida Zed
Saat tahun baru kemarin, bagi saya
menulis resolusi dan harapan memang penting, agar kita terpacu untuk
memenuhinya sesuai dengan rencana. Tapi ketika masa pandemi belum pasti berakhir sempurna seperti saat ini,
saya tak ingin membuat ekspektasi yang terlampau tinggi. Bukan tidak optimis,
tapi sebaiknya realistis dan menyadari sepenuhnya dengan situasi dan kondisi
yang ada.
Ya, waktu itu diprediksi pandemi sudah akan
usai dan situasi akan dapat normal lagi seperti semula. Sekolah bisa bebas
tatap muka, kondisi ekonomi berjalan seperti biasa, perkantoran buka semua,
restoran, supermarket dan pertokoan boleh saja ramai, tapi ternyata masih belum
bisa sepenuhnya. Apalah daya semua masih
harus berjibaku melawan corona, meski sudah ada vaksin dan selalu mematuhi
protokol kesehatan. Rasa insecure itu
belumlah hilang, dan tetap harus waspada.
Lalu waktu terus saja berjalan.
Akhirnya Puan, putri saya juga harus menyelesaikan Ujian Sekolah tingkat SMP tahun
ini, 2021 di rumah saja, walaupun sebelumnya anak-anak kelas 9 di akhir
semesternya sudah membayangkan untuk bisa Ujian di sekolah dengan tatap muka.
Juga rencana mengadakan acara wisuda setelah kelulusan, akan dilakukan secara
virtual saja. Padahal mereka ini tentu menginginkan keseruan perayaan offline supaya dapat bertemu langsung
dengan teman-teman dan gurunya di penghujung tahapan sekolah menengah pertama.
“Kami angkatan Corona,” begitu kata
Puan dan teman-temannya saat bercanda. Terang saja. Sejak masuk di kelas
Sembilan (IX), praktis mereka tak pernah belajar di sekolah selayaknya anak
sekolah, tak bisa bertemu dan bercanda dengan teman-teman baru dari kelas lain,
makan di kantin, main musik di ruang akselerasi serta baca buku maupun diskusi di
perpustakaan yang nyaman. Dan Puan, putri saya yang juga atlet taekwondo ini,
sejak dinyatakan pandemi tak ada lagi kejuaraan secara offline dan merasakan keseruan di arena. Padahal beberapa event kejuaraan sudah dijadwalkan untuk
diikuti, dan karena pandemi mau tak mau pihak penyelenggara harus mengundurkannya
lagi.
Second Plan, dong !
Tapi untunglah. Bukankah manusia
diberi pemikiran yang selalu berkembang untuk mengatasi segala situasi? Ya,
tentu saja. Harus ada second plan
jika gagal pada rencana utama. Ketika tak ada rotan, akarpun jadi.
Saat salah satu rencana tak bisa
terpenuhi, pakailah strategi yang lain lagi. Buat Puan, meski tak ada kejuaraan
offline, masih ada kejuaraan online di event Internasional yang sempat diikuti. Yaitu E-poomsae Changmookwon
yang diselenggarakan Asosiasi Taekwondo Indonesia, Kementrian Pemuda dan
Olahraga Republik Indonesia-Kemenpora RI bekerja sama dengan Korea. Kejuaraan
ini bahkan diikuti oleh sekitar 23 negara. Alhamdulillah…putriku menang sebagai
juara pertama dan mendapat medali emas untuk Kelas Poomsae Junior Female. Salah
satu doa yang dikabulkan Allah SWT dari hasil kerja keras dalam berlatih.
Memang sih tidak mudah. Percaya atau
tidak kami sempat hampir patah semangat dan fakum latihan karena merasa bosan.
Tapi kemudian mengumpulkan sisa-sisa keputus asaan untuk bangkit lagi, dan hasil tak akan mengkhianati usaha. Saya rasa
begitu juga untuk hal lain, dalam bisnis, pekerjaan maupun cita-cita. Seperti saat belum mendapatkan goal dari resolusi
yang sudah dituliskan, perlu dipikirkan kemungkinan lain untuk mencapai apa
yang diharapkan.
http://nuridazuhayanti.blogspot.com/2021/01/kaledoskop-2020-prestasi-di-tengah.html?m=1
Ya. Karenanya tak perlu takut, jangan
risau jika kenyataan tak sesuai rencana. Karena Allah SWT telah berjanji dalam
Al-Quran surat Al-Insyiroh ayat 5-6 yang artinya “ Maka sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” . Dan
saya begitu meyakini itu, sehingga bila rencana dan resolusi tak sesuai
ekspektasi, yang dibutuhkan hanyalah tetap sabar dan terus bersaha.
Semoga bermanfaat yaa.
Salam sehat dan selalu semangaatt..!***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar