Peduli Pendidikan Anak Bangsa
Oleh Nur Ida Zuhayanti
Ketika
tangan kanan memberi bantuan, sebaiknya tangan kiri janganlah sampai mendengar.
Begitulah hakekat sebuah pemberian. Tulus dan ikhlas hanya
karena Tuhan.
Bagaimana dengan Anda ?
Suatu pagi di Kecamatan Kertopati, Palembang , Sumatera Selatan.
Seorang gadis kecil bernama Syalsa Dilla kembali melangkahkan kakinya ke
sekolah. Bersama teman lainnya, siswa kelas IA SD 220 itu nampak berbinar
menenteng tas baru dengan seragam putih merahnya. Tak bisa ditutupi, bahwa
kebahagiaan begitu memancar dari sudut matanya yang polos, bening tanpa dosa.
“Akhirnya aku bisa sekolah,” ujarnya dalam hati. Bapaknya yang sudah
meninggal tentu juga akan merasa senang, karena putri kecilnya itu ada yang
menyantuni, setidaknya untuk satu tahun ini. “Terimakasih GN-OTA,” demikian
tulisnya pada sebuah lembaga yang menyalurkan bantuan kepadanya. “Semoga ini
akan berkelanjutan, sampai tercapai cita-cita, “ ungkapnya lagi. Dan
kebahagiaan ini ternyata membawa pada sepasang mata lain ikut berkaca-kaca.
Sosok tanpa nama yang dengan tulus ikhlas mengulurkan tangannya. Tak seberapa,
memang, menurutnya. Tapi sangat berarti bagi Dilla, juga bagi Rahma Amrita,
Retno Wahyuningsih, Danang Suripto, Suparno dan yang lainnya.
Di sisi lain, seorang ibu muda sedang menasehati anaknya. “Kita harus
berbagi,” katanya pada si buah hati. Hal itulah yang selalu diajarkan kepada
putranya agar bisa saling membantu. Karena itu manakala seseorang menawarkan
brosur untuk menjadi orang tua asuh pada pameran kepedulian di sebuah Mall
beberapa waktu lalu, sang ibu menjelaskan kepada si anak.
“Kalau begitu, sisihkan sebagian uang jajan Nanda, Mama,” kata si anak
kepada ibunya. Lalu mereka mengisi formulir, dan menyerahkan kepada petugas
setelah mentransfer uang via sebuah bank. Pemandangan seperti ini membuat hati
merasa bangga, betapa anak-anak itu telah mengerti bahwa dalam hidup hendaknya
saling membahu dan membantu sesamanya.
“Banyak juga lho, generasi
muda yang peduli dan mau menjadi orang tua asuh,” terang Aurina Setyawitta,
Pengurus Pusat Yayasan Lembaga GN-OTA ketika saya temui di kantornya, Jalan
Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Sebuah lembaga yang mempunyai fokus utama
mengupayakan peningkatan kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat
untuk berperan serta sebagai orang tua asuh dalam memperjuangkan anak
usia sekolah dari keluarga tidak mampu agar dapat menamatkan pendidikan dasar.
Orang Tua Asuh
Yayasan Lembaga GN-OTA yang merupakan organisasi sosial, independen, koordinatif
dan transparan dibentuk sebagai wadah kepedulian dan partisipasi masyarakat
yang mengacu pada pengertian atas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Program nasional yang berhubungan dengan pemberian hak, kewajiban dan
kesempatan bagi setiap anak usia sekolah, yakni 7-15 tahun. Memiliki visi
mewujudkan pemerataan kesempatan pendidikan bagi setiap anak bangsa melalui
pembudayaan tradisi masyarakat sebagai orang tua asuh demi masa depan bangsa
ini.
Yang termasuk orang tua asuh ini adalah warga masyarakat, perorangan dan
kelompok, seperti lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau korporasi yang
secara sukarela memberi bantuan pendidikan kepada anak asuh yang membutuhkan.
Bantuan itu berupa uang yang dapat dipergunakan untuk membeli ubo rampe
alias perlengkapan sekolah seperti buku-buku, sepatu, tas, seragam sekolah dan
sebagainya.
Mengingat semakin banyaknya anak Indonesia usia sekolah yang belum
tersentuh, maka peran orang tua asuh ini sangat dibutuhkan. Tak hanya sekedar
memberikan bantuan, orang tua asuh juga dapat memilih dan menentukan sendiri
jumlah anak asuh yang akan dibantu, tingkat pendidikan, daerah asal, dan berapa
lama akan membantu calon anak asuh.
Pada dasarnya, semua lapisan masyarakat dapat menjadi orang tua asuh.
Dalam hal ini, lembaga yang telah berdiri sejak tahun 1996 ini menetapkan
bantuan bagi siswa Sekolah Dasar (SD) sebesar 198.000 per tahun dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebesar 258.000,- per tahun. Sumbangan dari orang tua asuh
ini disalurkan kepada anak asuh dalam bentuk dana bantuan melaui kepala
sekolah. Penyaluran dilaksanakan sesuai dengan permintaan orang tua asuh, dan
akan dikirimkan melalui Bank BRI atau PT. Pos Indonesia.
Terdata dan Transparan
Dalam menyalurkan dana bantuan, yayasan yang memiliki cabang hampir di
seluruh pelosok tanah air ini mempunyai mekanisme pendataan tersendiri. Kepala
sekolah SD atau SMP setara, guru kelas dan komite sekolah melakukan seleksi
serta pendataan terhadap siswa yang layak menjadi calon anak asuh, dengan
kriteria tergolong anak usia sekolah dari keluarga tidak mampu. Tentu saja
tidak mampu menurut data kondisi keluarga yang ada di kantor kelurahan atau desa, dan tercatat sebagai siswa atau
calon siswa di suatu sekolah serta membutuhkan biaya sekolah.
Data calon anak asuh yang telah disahkan oleh kepala sekolah bersama
wakil aparat desa dan unsur masyarakat setempat lalu dikirimkan ke
kantor pusat YLGN-OTA. Selanjutnya akan dicatat dan diolah oleh kantor pusat
untuk menghindari duplikasi data. Nantinya, kepala sekolah bertugas mencairkan
dana bantuan, dan memberikan kepada anak asuh yang dimaksud, kemudian
menandatangani formulir bukti penerimaan bantuan, lalu mengirimnya kepada kantor
pusat YLGN-OTA. Kemudian yayasan akan menyampaikan identitas anak asuh dan
bukti penerimaan bantuan kepada orang tua asuh yang bersangkutan.
Setiap penerimaan sumbangan, yayasan ini akan mengirimkan kwitansi tanda
terima dana serta surat ucapan terima kasih kepada orang tua asuh. Juga salinan
dari bukti penerimaan bantuan yang telah ditanda tangani oleh anak asuh, kepala
sekolah, wakil aparat desa dan unsur masyarakat. Untuk akurasi data, setiap
saat dapat dimonitor melalui webside GN-OTA.
Beasiswa Sampoerna Foundation
Tak hanya GN-OTA, Putra Sampoerna Foundation (PSF) juga peduli terhadap
kelanjutan nasib bangsa lewat jalur pendidikan. Memang, ada banyak hal yang
dapat dilakukan, namun lembaga yang didirikan di Jakarta pada 1 Maret 2001 ini
lebih mengutamakan program beasiswa. Organisasi filantropi yang memperoleh ISO
9001:2008 ini yakin bahwa program beasiswa adalah program yang sangat penting
untuk menghasilkan calon-calon pemimpin yang berkualitas. Hingga saat ini,
jumlah penerima beasiswa yang telah dibantu sebanyak lebih dari 34 600.
Program beasiswa terbesar yang dimiliki oleh PSF ini adalah beasiswa
pendidikan tingkat sekolah dasar dan menengah. Program ini membantu para siswa
yang kurang beruntung dalam hal finansial di tingkat sekolah dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) yang berprestasi.
Untuk program ini PSF bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional.
Bagi para donatur yang ingin membantu mengulurkan tangan, lembaga ini
menetapkan jumlah tertentu per bulan untuk siswa SD, SMP dan SMA. Bantuan
ini akan disalurkan setiap semester atau tiap enam bulan sekali. Selain
merekrut siswa untuk program beasiswa, SF juga telah memilih murid berprestasi
dari beberapa SMA untuk menimba ilmu di Kanada, Amerika Serikat,
Italia dan Inggris. Begitu juga untuk Olimpiade Sains Nasional.
Tak hanya itu, dalam meningkatkan kualitas pendidikan, institusi bisnis
sosial yang berkantor di bilangan Sudirman, Jakarta Pusat ini memberikan akses
pendidikan kepada generasi muda yang kurang mampu secara finansial dan
memberikan kontribusi nyata bagi perbaikan masa depan bangsa melalui
pengembangan sistem pendidikan. Antara lain menyediakan program beasiswa kepada
guru, program beasiswa S1 dalam negeri dan luar negeri serta program beasiswa
S2 dalam negeri dan luar negeri. Untuk program ini, calon penerima beasiswa
hendaknya mendaftarkan diri. Karena komitnya terhadap pendidikan bangsa,
yayasan yang didirikan oleh Putera Sampoerna ini senantiasa berusaha
memperbanyak penerima beasiswa setiap tahunnya.
Ya. Pendidikan memang merupakan salah satu kebutuhan anak bangsa. Namun
situasi ekonomi yang memprihatinkan saat ini menuntut kita membuka mata demi
berlangsungnya satu generasi. Kini, banyak juga yayasan serta lembaga nirlaba
yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dengan menyalurkan beasiswa kepada
mereka yang membutuhkan. Seperti Supersemar, Dompet Dhuafa, MNC Foundation,
Sinar Mas Foundation, Bakrie Foundation, dan yang lainnya. Karena itu, apapun bentuknya, bagaimanapun
caranya, mari ulurkan tangan untuk ikut serta membangun masa depan bangsa
dengan peduli terhadap pendidikan. ***NZ
Foto-foto: Revin Ananda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar