Kata merantau bagi saya seperti makan nasi
saja karena sudah akrab sejak lulus SMU. Jauh dari orang tua, menahan rasa demi
cita-cita.
By Nur Ida Zed
Foto: Pinterest Sudah lama pengalaman saya
merantau kali pertama. Karena selepas SMU, kalau ingin melanjutkan kuliah harus
mau merantau alias ke luar kota karena di tempat saya waktu itu belum ada
kampus yang menurut saya ternama. Maklumlah, harus berfikir idealis dan
termotivasi demi mengejar asa, ya. Selain itu, karena terlahir sebagai anak
sulung, setidaknya juga ingin menjadi teladan yang baik buat adik-adik saya.
Jadi ceritanya saya memilih
Yogyakarta sebagai tempat perantauan pertama. Terang saja karena saya
melihatnya sebagai kota pelajar dan mahasiswa yang menjadi tempat tujuan banyak
siswa dari berbagai kota, bahkan berbagai negara. Saya pikir di sini mungkin
bisa lebih membuka wawasan, dapat bertemu langsung dengan para ahli dan pakar
yang akan menunjang harapan saya untuk menapaki masa depan.
Awalnya tentu tak mudah
bagi saya, karena harus mandiri jauh dari orang tua. Kangen masakan mama, dianterin
bapak kalau mau kemana-mana, langsung bisa curhat saat ngadepin masalah, serta
hal lain yang seringkali membuat rindu. Semacam homesick, begitu. Dan ini tak seperti destinasi yang hanya satu dua hari, seminggu dua minggu saja, tapi
bakal tahunan lamanya. Karena kuliah harus sampai lulus juga, kan. Setidaknya
untuk S1 butuh waktu delapan semester atau empat tahun, bahkan bisa lebih lama
lagi. Nah, ini tak main-main tentunya,
karena selain bekal materi, yang terpenting bagi perantau juga musti siap
mental dan tidak boleh galau.
Buat kamu yang kebetulan
mahasiswa baru dan juga harus merantau seperti saya, yang utama kuatkan
motivasi dan tujuannya. Selanjutnya, beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain:
Cari Lingkungan Yang Nyaman
Ini penting karena bisa berpengaruh pada semangat belajar. Sebagai
pendatang baru sebaiknya beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk kebiasaan
dan adat istiadatnya. Lingkungan di sini seperti tempat tinggal, mess atau kost. Menurut pengalaman saya,
sebaiknya cari lokasi yang tak terlalu jauh dari kampus, apalagi bila buat
mahasiswa baru yang dituntut untuk lebih sering kuliah dan banyak aktifitas
kegiatan di kampus. Kalaulah dapat tempat yang agak jauh, pastikan dekat dengan
sarana transportasi umun sebagai alternative bila kendaraan pribadi mengalami
gangguan.
Berkaitan dengan lingkungan
menyangkut teman-teman. Cari teman yang punya visi dan misi yang sepaham.
Artinya yang juga menunjang untuk suasana belajar. Untuk teman ini saya
sarankan bisa menyaring mana yang baik buat kita dan sebaliknya. Sebagai
perantau, perlu berhati-hati karena bisa saja ada teman yang menjerumuskan.
Teman saya pernah cerita, merasa salah memilih teman, dikira baik-baik saja ternyata sindikat yang
perilakunya cenderung membahayakan. Bila bertemu dan punya feeling seperti ini, sebaiknya segera saja dijauhi. Takutnya kita
akan terbawa dan rugi sendiri.
Untungnya sepanjang
merantau pengalaman berteman saya baik-baik saja. Merasa senasib dan
sepenanggungan, bahkan sampai sekarang masih silaturahmi layaknya saudara. Lingkungan
yang nyaman ini artinya bisa membuat hati dan pikiran kita tenang. Lingkungan yang sehat, dengan
teman-teman yang baik dan mendukung untuk tujuan awal.
Mandiri Meski Sendirian
Merantau tentu siap untuk
mandiri karena jauh dari orang tua dan keluarga. Usahakan untuk tidak
tergantung dengan orang lain supaya tidak merepotkan. Meski begitu, tetaplah berhubungan secara
intens dengan orang tua dan keluarga untuk melepas rindu dan saling mengikuti
perkembangan, juga ketika harus memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan uang.
Pengalaman untuk menambah
uang saku saat di perantauan, waktu senggang saya bekerja dengan menulis di
media lokal, juga mengirim artikel dan cerita ke beberapa media ibukota. Dengan
begitu bisa dapat tambahan sekaligus mempraktekkan ilmu yang didapatkan. Teman
saya ada yang sembari ngajar, memberikan les dan latihan berbisnis yang bisa
menghasilkan uang. Tak perlu malu asal halal dan dapat menambah pengalaman.
Siap Menghadapi Kesulitan
Namanya merantau tentu tidak
bisa seperti di rumah sendiri. Kesulitan pasti pernah dihadapi dan harus bisa
diatasi sendiri. Seperti ketika sakit
dan harus berobat ke dokter. Karena itu sebaiknya selalu menjaga kesehatan.
Persiapkan beberapa obat yang biasa dipergunakan untuk menjaga hal yang tidak
diinginkan. Asal tahu saja, ketika sakit
di perantauan itu rasa sakitnya jadi berlipat ganda, karena ditambah rasa sedih
juga.
Waktu itu saya pernah
mengalami kecelakaan kecil ketika di perantauan, sedihnya berlipat-lipat, karena tidak
bisa langsung dijenguk oleh orang tua dan keluarga. Untung ada banyak teman yang
peduli dan bisa menghibur hati. Saya anggap semua sebagai ujian, tempaan jiwa
yang merupakan proses panjang menuju mimpi mendatang.
Tetap Fokus Pada Tujuan
Di saat merantau, tentu banyak hal baru yang akan dihadapi, termasuk
kemungkinan untuk tantangan baru yang justru menggiurkan. Misalnya challenge seperti tawaran pekerjaan yang
menjanjikan. Saran saya tetaplah fokus
pada tujuan awal, seperti saat ingin kuliah, ya harus cepat lulus pada
waktunya. Boleh saja mencoba challenge itu, tapi setidaknya capailah juga harapan utama
kita dan orang tua yang telah membiayai agar bisa membahagiakannya.
Bagi saya, merantau itu menyenangkan, bagian
dari proses perjalanan hidup yang panjang. Ada suka dan dukanya yang harus
dihadapi sendiri dan diselesaikan. Dengan merantau kita menemukan hal baru
dalam kehidupan, jadi merasa lebih kaya
dengan pengalaman, sehingga banyak mendapatkan pelajaran, termasuk untuk bisa lebih
fight serta bijak menghadapi keadaan.
Saran saya, jika ingin merantau jangan lupa dengan kampung halaman, agar tidak
seperti cerita Si Malin Kundang.
Percayalah. Ibarat pisau
akan lebih tajam ketika ditempa berulang ulang. Salam sehat dan selalu
semangaatt…!***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar