Berawal dari kegelisahan saat pandemi, ide
munculnya podcast saya. Seperti menulis lewat suara, saya tuang juga obrolan
ringan bersama putri saya.
By Nur Ida Zed
Siapa yang tak merasa jenuh
didera situasi pandemi sepanjang ini. Semua aktifitas seolah dibatasi, karena
harus beradaptasi dengan suasana Normal Baru. Mau tak mau lah yaa. Buat
sebagian ibu, termasuk saya, tak sekedar harus melawan kejenuhan, tapi juga
berupaya bisa mendampingi anak belajar. Karena situasi inipun berdampak
langsung buat mereka, anak-anak kita, tepatnya para siswa dengan sekolah tanpa
tatap muka alias di rumah saja.
Setuju kan ya, kalau peran
ibu itu dituntut untuk multitalenta ? Ya. Setiap ibu, baik yang bekerja
kantoran, ibu rumah tangga, pengusaha, atau yang berkarya dari rumah, semua saya rasa mengalami hal ini. Kebetulan
saya juga aktif di kegiatan orang tua siswa di sekolah putri saya, Puan. Jadi setidaknya begitu akrab dengan segala
curhat dan keluhan, sekaligus bisa
merasakan langsung efeknya, serta mengalami kegelisahan ini. Betapa tidak ?
kita jadi punya dua bahkan tiga tugas lagi karena harus mendampingi putra-putri
belajar (baca: sekolah) dari rumah. Lebih intens memantau apa saja yang
dilakukan mereka sepanjang hari berkaitan dengan tugas dan pelaksanaan sesuai
dengan peraturan dari sekolah. Belum lagi dengan tugas sebagai ibu, kepala
rumah tangga ditambah pekerjaan kita sendiri. Begitu dan begitu setiap hari.
Tapi bagi saya semua itu
tidak harus disikapi dengan rasa sedih, pesimis dan putus asa. Saya yakin Allah
SWT pasti memberikan jalan terbaikNya. Percaya sepenuhnya bahwa di balik
kesusahan pasti ada kemudahan dan jalan keluarnya, saya lebih melihat semua hal
dari sisi positifnya saja. Dengan berkarya, berkreasi dan berinovasi sekaligus
berbagi yang bisa dilakukan di manapun, dalam situasi apapun termasuk dari
rumah saja. Karena itulah lalu muncul podcast saya.
Morning Daughter
Saya menamai episode podcast
ini dengan Morning Daughter. Konsepnya sederhana saja, mengenai obrolan ringan
seorang ibu dengan putrinya yang beranjak remaja alias teenager. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehariannya.
Banyak hal yang ingin dikupas dengan format dialog ini seperti: Enak gak
enaknya sekolah dari rumah atau istilahnya PJJ- Pembelajaran Jarak Jauh,
disesuaikan dengan kondisi saat ini. Saya bertanya apa yang ingin ditanyakan
dari sudut pandang saya, kemudian Puan menjawab sesuai dengan sudut pandangnya.
Mengalir dengan ringan saja, jujur dan terbuka. Harapannya agar bersinergi, dapat
terjalin dengan baik komunikasi antar dua generasi yang berbeda.
Selanjutnya juga akan membahas issue yang sedang hangat berkaitan dengan mereka, seperti perlu tidaknya
sarapan sebelum berangkat sekolah, seru tidaknya ikutan ekskul, penting
tidaknya masuk bimbingan belajar, seputar
hobi, cita-cita, pertemanan hingga hal-hal yang intimate lainnya . Percakapan seperti ini biasa dilakukan di pagi hari dalam sebuah
interaksi bersama keluarga. Sehingga rasanya lebih enak jika dinamai dengan
Morning Daughter.
Tips Sebagai Solusi
Masih mengenai situasi
pandemi, dalam podcast saya juga menyajikan semacam monolog yang saat ini lebih
banyak memberikan solusi. Salah satunya Tips Dampingi Belajar Jarak Jauh. Sebagai
orang tua saya merasa perlu lebih bijak menyikapi kondisi ini, apalagi di
hadapan anak. Tak perlu insecure
berlebihan karena akan berdampak juga terhadap semangat belajar mereka.
Sengaja saya konsep dengan
berbagai tips agar nantinya dapat membantu para orang tua yang mengahapi ini.
Berbagai tips lain yang akan terus berkembang
dengan bermacam kondisi supaya dapat memberikan masukan yang baik, tanpa
berkesan menggurui.
Saya memang concern dan peduli dengan komunikasi
antar generasi karena pemikiran mereka ini perlu dimengerti agar tidak salah
mengerti. Perlunya platform seperti
ini supaya saling memahami dan melengkapi antar dua generasi sehingga terjalin
komunikasi positif antara satu dengan lainnya. Dengan format podcast saya
merasa bisa langsung berbicara kepada pendengar karena memang yang menjadi focus
adalah media suara, atau voice media.
https://anchor.fm/nuridazed/episodes/Tips-Dampingi-Pembelajaran-Jarak-Jauh-ehqhae
Anchor.FM dan Spotify
Untuk membuat podcast ini
saya lebih memilih aplikasi Anchor.fm dan Spotify. Alasan utamanya karena
memang lebih simple dan sederhana.
Tak perlu banyak properti mahal dan studio khusus bila belum terlalu fokus dan profesional untuk membuatnya, karena bisa dilakukan dengan perangkat Handphone saja.
Cerita awalnya saya tertarik
podcast karena salah satu komunitas mengadakan kulwap bersama seorang
podcaster. Saya pikir seru juga ya, tak ada salahnya mencoba karena sewaktu SMA
pernah siaran radio juga, haha. Sebagai pemula sih, saran saya yang penting
bersuara. Tak perlu harus disibukkan dengan pemikiran yang menyulitkan seperti
bagaimana suara saya, diterima tidak oleh masyarakat dan sebagainya. Apapun yang
ingin dibagi kepada pendengar dengan satu
niat baik , teruslah berkarya. Tentu saja tetap harus mempersiapkan konsep
dengan matang ya, lalu lakukan.
Sayapun begitu, bagi saya yang penting bisa melakukan sesuatu
yang positif untuk saat ini. Tak peduli orang mau mendengar atau sebaliknya.
Tapi setidaknya, keinginan podcast saya ini akan bermanfaat, atau mungkin memberikan
alternative untuk refreshing bagi diri kita.
Dan seperti biasa, yang tersulit adalah
konsistensi penyiarannya.
Menurut saya sih, podcast itu
seni merangkai kata dalam suara. Di sini
kita jadi lebih merdeka karena seolah dapat berinteraksi langsung dengan
pendengarnya. Yupz, karena untuk menikmati podcast tak perlu harus menyisakan
waktu khusus seperti membaca atau menonton film, misalnya. Tapi hanya secara audio dengan mendengarkan saja, sehingga
bisa dinikmati sembari melakukan aktifitas apapun, seperti sambil baca, kerja, makan, mandi, nyetir,
bahkan menemani menjelang tidur.
Lewat podcast ini saya ingin urun suara, benar-benar suara yang menjawab
semua kegelisahan sekaligus memberikan berbagai tips sebagai alternative solusinya.
Semoga bermanfaat yaa.
Silakan mendengar podcast
saya. Salam sehat dan tetap semangaatt.***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar