Menjaga kesehatan mental sangatlah diperlukan di zaman sekarang, apalagi bagi saya yang sudah fortyone plus. Ada batasan yang sebaiknya diperhatikan supaya tetap waras, sehat dan selalu bahagia.
by Nur Ida Zed
pic by pinterestDi setiap pertemuan bareng teman-teman, seringkali eksekusinya diadakan di tempat makan. Entah itu di restoran, coffee shop atau warung pinggir jalan yang lagi banyak dibicarakan. Namanya juga ibu-ibu, soal makanan bisa jadi nomor satu selain agenda utama untuk meet up buat ngomongin banyak hal.
"Enaknya ketemu dimana ini kita?" tanya salah satu teman di WA grup ketika sudah saatnya ketemu secara tatap muka dan tidak cukup lewat zoom saja. Yang lain membalas dengan menyebut nama restoran dengan makanan khas Timur Tengah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. "Nasi Mandinya enak tuh, dagingnya empuk banget" timpa yang lain. Lalu sekejap sudah asyik membicarakan tentang resto yang memang cukup terkenal itu, sebelum akhirnya ada yang komentar:
" Tenang aja Mbak Nurida, ada menu ayam juga selain daging kambing, kok, " lanjutnya.
Saya menimpali dengan hanya satu kata: "Siip..." sembari menambahkan emotikon jempol. Artinya teman-teman memang sudah mengerti kalau saya mulai mengurangi mengkonsumsi daging merah, apalagi daging domba (baca: kambing) yang biasanya disertakan pada menu Nasi Mandi. Begitupun saat kami memilih restoran steak Abuba yang ada di Cipete di pertemuan berikutnya. Saya lebih memilih chicken steak well done daripada yang lainnya. Bukannya sok gaya, tapi ini sekadar bentuk kesadaran saya "membatasi" untuk kesehatan diri sendiri. Menjaga agar tidak kolesterol tinggi, hihihi...
Healthy Boundaries
` Memang sih, pada beberapa situasi dan kondisi kita perlu mengerti batasan untuk diri sendiri. Apalagi jika itu berkaitan dengan masalah kesehatan. Tak hanya soal konsumsi makanan saja, tapi juga banyak hal lain menyangkut healthy boundaries ini. Ya, healthy boundaries yang merupakan batasan yang dimiliki oleh seseorang untuk memastikan tetap merasa stabil secara mental maupun emosional.
Istilah boundaries yang berarti batasan ini merupakan limit yang menandakan hal-hal mana yang dapat diterima atau tidak, serta apa yang bisa ditolerir atau tidak untuk diri kita maupun orang lain. Menurut para ahli, batasan ini bisa secara fisik, emosional bahkan seksual yang ditentukan serta diterapkan oleh diri sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain. Manfaatnya tentu agar tetap menjaga kesehatan mental, spiritual serta fisik kita sendiri.
Ketika suatu ketika kita merasa tidak nyaman dengan satu pertemanan karena khawatir akan terbawa pada kebiasaan yang menurut kita kurang berkenan, lalu memberikan batasan untuk diri sendiri, ini juga implementasi dari healthy boundaries.
Membangun Healthy Boundaries
Setiap orang tentu memiliki batasan masing-masing untuk dirinya. Tergantung bagaimana menempatkan itu sebagai bentuk dalam pertemanan atau hubungan yang lainnya agar menjadi harmonis karena saling menghargai dan menghormati perasaan satu dengan yang lain.
Sebelum membangun self boundaries ada urutan yang perlu difahami, antara lain:
*Mengenali nilai dan prioritas pribadi. Perlunya mengenali diri sendiri serta batasan nilai dan prioritas yang ingin diterapkan menjadi urutan yang pertama. Misalnya karena saya komit dengan kesehatan yang menyangkut makanan non kolesterol, saya mulai membatasi dengan menghindari ini sebab saya sering membaca artikel betapa jahatnya kolesterol tinggi.
Tak hanya soal makanan, batasan yang menyangkut prinsip dalam pertemanan juga perlu diperhatikan. Seperti menghindari teman toxic, agar tidak lalu terjebak di lingkaran yang kurang sehat demi kesehatan mental sendiri.
*Komunikasikan batasan dengan jelas. Pastinya ada cara yang pas untuk menyampaikan batasan yang kita miliki. Saya sering mengawali soal membatasi ini dengan kebiasaan yang saya perlihatkan pada teman-teman. Seperti saat mulai mengurangi daging merah, saya menunjukkan dengan pilihan menu lain sehingga mereka memahami.
Komunikasi mengenai batasan dengan jelas ini perlu disampaikan agar tidak membuat salah mengerti. Kalau kita memang tidak sedang ingin, maka sampaikan dengan signal yang baik agar bisa dimengerti.
*Berani berkata "tidak" untuk hal yang menyangkut batas toleransi. Ini penting agar kita tidak terjebak pada situasi yang terpaksa sehingga membuat mental jadi tertekan.
*Terbuka menerima kondisi apapun saat membuat batasan yang disepakati, termasuk dampak secara fisik dan emosi.
*Berusaha konsisten dan komit terhadap batasan meski kadang tidaklah gampang. Tanamkan dalam diri kita bahwa menetapkan batasan yang sehat merupakan proses berkelanjutan dan sangat bermanfaat untuk kebahagiaan diri kita sendiri.
Pada dasarnya, sebagai makhluk sosial kita memang tidak bisa lepas dari interaksi dengan orang lain, denganteman, dengan lingkungan sekitar dan alam semesta yang menjadi bagian dari kehidupan ini. Tapi perlu diingat bahwa ada batasan yang dapat diterapkan agar kita dapat menjalani dalam hubungan interpersonal dan aktivitas sehari-hari.
Batasan yang sehat ini membantu untuk tetap menjaga keseimbangan, menghindari stres yang berlebihan dalam memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Salam sehat dan selalu semangat.***NZ
Aku juga yang termasuk milih-milih kalau makan mbak. Seneng kalau circlenya paham apalagi sudah usia 30+ gini emang wajib ya jaga kesehatan. Kalau sakit kita sendiri yang repot
BalasHapusNah iyaa bener say, teman yang baik biasanya bisa ngertiin kita, bahkan saling ngingetin untuk kebaikan. Makasiih ya sudah singgah di blog saya 😍🙏
HapusSemakin ke sini, bertambah umur, bukanya hanya ada batasan, juga mulai langsung meng-cut kalo sudah mengarah pada pertemanan toxic. Karena pertemanan itu bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental ya....
BalasHapusIyaa, bener banget, harus berani berkata "tidak" saat pertemanan toxic. Pertemanan sebaiknya yang bisa nambah energi positif aja, bukan sebaliknya. Makasii ya sudah singgah di blog saya🙏
BalasHapusMakin dewasa pada akhirnya bersosialisasi itu penting buat kesehatan fisik dan mental tp menurutku tetap ada batasan dr diri sendiri, yaitu utk gak over sharing
BalasHapusYap. Batasan untuk sharing juga penting ya, lihat sikon dengan teman model gimana. Jangan sampai 'rahasia dapur' jadi viral gegara pertemanan, hahaa...Makasii ya udah singgah di blog saya 🥰🙏
HapusKarena pernah jadi atlet, saya jadi lebih milih-milih makanan sehat. Alhamdulillahnya, di beberapa circle pertemanan, saya selalu punya 1-2 orang yang punya kebiasaan makan sehat jadi kita pasti selalu nyari tempat makan yang bisa mengakomodir semua orang.
BalasHapusPertemanan yang sehat memang jadi prioritas saat ini. Kalau menurutku sudah tidak sehat, ya mohon maaf, kesehatan mentalkuk lebih penting, jadi ya bye bye aja deh.
Nah iyaa keren ini mbak, pasti seru bisa hunting kuliner sehat bareng teman sesama atlet ya, apalagi kalau seleranya sama. Circle pertemanan yang sehat akan saling memberi energi positif untuk yang lainnya. Makasii ya sudah singgah di blog saya🥰🙏
Hapusentah karena usia kita yang sama mba, yang artinya kita gak hanya makin old tapi makin males dengan banyak drama, jadi setting boundaries udah paling pas sih. relate dengan semua hal yang mba alami, dan setting boundaries udah jadi penyelamat jiwa dan kewarasan sih. so its true kalo makin getting old, circle makin kecil karena hal ini.
BalasHapusToss mbak🙌 Compromise for boundaries ya, yang utama memang kudu bikin kita bahagia, gak perlu pakai drama, hehe...Makasii ya mbak sudah singgah di blog saya😍🙏
HapusHealthy Boundaries sangatlah penting untuk benar-benar kita implementasikan. Terutama dalam hal makanan dan pertemanan. Keduanya sangat penting bagu keberlangsungan hidup kita. Harapannya kan ingin hidup sehat secara jasmani dan rohani. Maka wajar saja jika kita mrmbuat batasan yang jelas, semangat sehat dan bahagia. Bye bye, overthinking atau hal-hal yang bikin stress.
BalasHapusSepakat say, dengan batasan yang kita punya, bikin hidup lebih bermakna dan bahagia. No time to overthingking. Makasii ya sudah singgah di blog saya🥰🙏
HapusPenting sih batasan dalam pertemanan, jangan sampai merangsek dalam ranah pribadi yang tidak semua orang mau diganggu. Yang penting tahu dan hormat batasannya sampai mana
BalasHapus