Saya selalu mengambil
sisi positif dari situasi pandemi yang harus dihadapi sepanjang ini. Salah
satunya karena bisa mengeksekusi project memasak bareng anak.
By. Nur Ida Zed
Foto: dvine adinda.dokpri @nuridazed
Kata orang jadi perempuan tuh harus
bisa masak ya. Meski pendapat ini tidak sepenuhnya sepakat, tapi bisa masak
sebenarnya sudah menjadi keniscayaan buat setiap orang di jaman sekarang, baik
laki-laki maupun perempuan. Kalau dulu saya belajar masak dari Ibu, sekarang
setelah punya anak perempuan, saya pun ingin mengajarinya memasak. Apalagi saat
pembelajaran jarak jauh seperti ini, Puan, putri saya harus menyelesaikan
project memasak dengan bahan dasar daging menjadi menu olahan siap santap yang
ditugaskan oleh guru untuk mata pelajaran prakarya.
Memasak bareng anak sebenarnya dapat
menjadi media komunikasi efektif antara orang tua dan anak lho. Karena kedekatan
dan keterlibatan keduanya sehingga muncul keakraban hingga saling mengerti
antara satu dengan yang lain. Terlebih dalam situasi pandemi sekarang ini,
masak bareng anak dapat menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan supaya
menghindari rasa bosan dan kejenuhan yang rentan dihadapi saat pembelajaran
jarak jauh alias PJJ dan semua kegiatan lebih banyak dilakukan dari rumah. Mengenai
hal ini sudah pernah saya tuang di podcast Morning daughter, episode Tips
Dampingi Anak Pembelajaran Jarak Jauh di @anchor.fm dan @spotify Juga di
channel YouTube saya: Nurida Zuhayanti. Cek yaa.
Nah, pilot project ditentukan berdua nih,
dari awal memilih menu masakan, apa saja bahan yang diperlukan, dimana mau
belanja, membutuhkan budget berapa
hingga masalah teknis dan tahapan yang harus dilalui karena project ini nanti akan dividiokan sebagai
dokumentasi dan dipresentasikan di depan teman-teman sekelas serta guru secara
virtual untuk mendapatkan penilaian.
Puan mengusulkan untuk membuat olahan
daging ayam teriyaki yang menjadi favorit di keluarga kami, karena selain enak
juga mudah membuatnya. Saya sih setuju saja, dan hanya mendukung serta memberi sedikit
arahan saat dibutuhkan, sebab semua itu harus dikerjakan sendiri dari eksekusi
hingga penyajian setelah jadi.
Ayam Teriyaki buatan Puan (foto by Puan)
Membuat Anak Lebih Mandiri.
Meski sebelumnya jarang sekali turun ke
dapur, project memasak ini juga
membuat anak jadi lebih mandiri. Saat dia menyodorkan rincian awal untuk
belanja pengeluaran saja, saya merasa cara ini dapat menjadi ajang latihan bagaimana
mengatur dan memanage kebutuhan.
Begitupun ketika dia memberi alasan untuk mencari bahan pengganti yang sudah
direncanakan karena di supermarket
tidak ditemukan. Secara tidak langsung melatih anak agar segera mencari solusi
saat menghadapi kendala dan berbagai kesulitan.
Ketika memilih ayam dan meminta tolong keeper untuk memotong, kemudian
menentukan merek saos teriyaki dan kecap manis yang diperlukan, serta menimbang
bawang bomay, kentang dan segala bumbu menunjukkan kecermatannya saat dihadapkan pada beberapa
kemungkinan dan tetap fokus pada perencanaan.
Kemudian ketika mulai meracik,
menyiapkan semua bahan, mengiris kentang dengan pisau spiral, menentukan
seberapa banyak bumbu yang dipergunakan hingga memasukkan ke dalam panci presto yang biasa kami pergunakan.
Ternyata terlihat begitu terampil meski awalnya tak pernah terbayangkan. Saya
biarkan dia bereksplorasi, menikmati rangkaian proses ini dan hanya menjawab
ketika dia menanyakan berapa lama biasanya mengukus setelah kepala presto disematkan agar daging lebih empuk
dan tulang lunak sehingga menjadi sajian yang enak dimakan.
Mungkin buat sebagian orang kegiatan semacam
ini dilihat sebagai sesuatu hal yang
biasa saja ya, tetapi saya merasa banyak bermanfaat untuk membentuk karakter
anak. Melatih leadershipnya dan
mengajarkan pada mereka bahwa ada proses yang mengasyikkan saat ingin
mendapatkan hal yang diinginkan. Memasak juga perlu mengolah rasa, hati dan
pikiran serta kesabaran dan keikhlasan agar menjadi sajian yang lezat dan
menyehatkan.
Mengolah Skill Anak
Setelah masakan matang dan tersaji,
tugas selanjutnya adalah mengedit foto dan video yang sudah direkam dari
berbagai angle serta menentukan hal apa
saja sebagaimana sebuah project yang
layak untuk dipresentasikan. Di sini anak dituntut untuk mengolah skill mereka hingga dapat menjadi sajian
visual yang enak dinikmati dan mudah diterangkan. Sepertinya Puan memadukan
beberapa aplikasi dengan alight motion.
Akhirnya project selasai dan dikumpulkan.
Tiba giliran presentasi, anak begitu
antusias menerangkan apa yang telah dikerjakan layaknya chef dan ahli gizi yang menuang hasil karya yang patut dibanggakan.
Apalagi ketika teman-teman dan guru memberikan apresiasi dengan beberapa
pertanyaan seperti sebuah event yang
sering ditonton di televisi yang bisa memberikan edukasi dan hiburan, meski di
lingkup kecil setingkat sekolah SMP. Semua itu membuat anak menjadi puas dan
senang sehingga dapat menambah rasa percaya dirinya.
Demikianlah. Awal proyek besar bisa saja berasal dari hal yang kecil, bukan? Terkadang, bahkan dari sesuatu yang tak diduga
bisa menjadi karya brilian yang
menakjubkan. Ya, menurut saya kegiatan seperti ini memang perlu diberikan kepada anak agar dapat membuka ruang untuk mengasah skill mereka dalam
berekpresi dan berekplorasi dengan senang hati, termasuk di masa pandemi sekarang
ini. Selain itu juga melatih rasa tanggung jawab dan kemandirian yang
diperlukan saat menghadapi kemajuan jaman yang kian cepat berkembang.
Bagaimana menurut kalian? Ceritakan yaa.
Salam
sehat dan selalu semangaatt.***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar