Selasa, 10 Desember 2024

Kolaborasi dengan Gen Z Kuncinya Saling Mengerti

    Hari gini jamannya kolaborasi supaya tetap update dalam berkreasi. Tak perlu ragu meski itu bareng Gen Z. Kuncinya hanya saling mengerti. 

By Nur Ida Zed 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed

   

         Sebenarnya istilah "Generasi" tidak hanya memberikan stereotip mengenai cara berpikir, gaya hidup, pola pikir serta cara mengambil keputuan dan bagaimana mengatasi masalah bagi masing-masing sesuai dengan jamannya, ya. Karena menurut Wikipedia, pembagian mengenai generasi ini berdasarkan pada tahun kelahiran. Kalau dulu ada Generasi Boomers, dari Pre Boomers dan Baby Boomers di kelompok kakek nenek dan bapaks-bapaks kita, kemudian Gen X yang lahir sampai tahun 80an termasuk saya, lalu Generasi Milenial yang kelahirannya sampai tahun 1996, kemudian Generasi Z atau Gen Z buat mereka yang lahir dari tahun 1997-2012, dan yang sekarang ada lagi Generasi Alpha yang lahir di tahun 2013 hingga 2025.

        Pembagian generasi sesuai tahun kelahiran ini memang dapat dimengerti ya, mengingat situasi dan kondisi pada jamannya tentu saja berbeda, dan selalu berubah bahkan berkembang terus sesuai kemajuan teknologi  yang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya. Contoh nyata karena saya termasuk Generasi X yang pada masa itu memang tidak secanggih sekarang dalam hal teknologi dan kemajuan jaman, maka cenderung lebih hati-hati dan banyak pertimbangan serta perhitungan dalam menentukan sesuatu hal. Sementara Generasi Z atau Gen Z, lebih spontan, serba cepat dan maunya simple, praktis serta efisien dalam banyak hal termasuk ketika mengambil keputusan. 

 

    Karena memiliki anak yang lahir dan berkembang di generasi ini, yakni Gen Z, yang berasal dari kata Zoomer, sebab mereka tumbuh bersamaan dengan maraknya internet dan perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga membuat saya mau tidak mau harus mengerti dan memahaminya. Hal kecil saja misalnya, soal memilih earphone. Saya lebih suka konservatif dengan memilih yang ada kabel panjang yang menghubungkan suara dari gadget ke telinga. Ada speaker kecil yang ketika mendengarkan musik atau menerima telepon kita harus menempelkan speaker di dekat mulut. Sementara Gen Z, model anak saya lebih senang yang praktis dengan earphone model bluetooth yang tidak perlu repot memakai kabel, tinggal diselipkan di telinga dan tidak perlu mencari-cari speaker ketika ada telepon masuk. 

        "Ini lebih simple dan praktis lho, Mam, gak ribet," kata putri saya Puan yang termasuk Gen Z ini. Saya hanya mengangguk sembari tersenyum. Simple sih, dari bentuknya memang kecil dan cantik. Tapi praktis bagaimana kalau harus ngecas dulu sampai penuh agar dapat dipergunakan, pikir saya. Tidak seperti earphone kabel pilihan saya yang tinggal tempel di telinga tanpa takut kehabisan batere kalau lupa ngecas dan perlu colokan pula. Ah, pemikiran sederhana seperti ini saja agak berbeda ya, tentang kepraktisan earphone versi Gen Z dan Gen Mom(Gen X) seperti saya, hehe. Toh suatu ketika dia juga memakai earphone saya ketika buru-buru ada kuliah online karena kelupaan ngecas earphone bluetoothnya. Begitupun saya, kadang suka memakai earphonenya saat lagi nyetir karena memang lebih gampang ketika harus menerima telepon karena tidak bingung nyari-nyari tombol speaker.

 

    Ya, untuk hal lain juga bisa berbeda seperti mengenai pola pikir hingga cara menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan pada Gen Z ini. Masing-masing tentu memiliki alasan sendiri. Genersi Z biasanya memiliki karakteristik yang khas seperti:

* Lebih fleksibel. Dalam banyak hal yang menyangkut cara menyelesaikan masalah, mencari solusi dan menentukan pilihan untuk kemajuan dirinya cenderung tidak mau kaku dan mudah mengikuti perkembangan demi kebaikan.

*Mahir tehnologi dan tidak gaptek. Sesuai dengan kemajuan tehnologi di jamannya, Gen Z alias Generasi Zoomer selalu update untuk hal satu ini. Baginya tehnologi menjadi bagian dari hidupnya sehingga harus selalu mengikuti perkembangannya agar tidak ketinggalan. Ibaratnya dari bangun tidur hingga mau tidur lagi, semacam gadget, laptop dan berbagai aplikasi selalu dikulik dan melekat dalam dirinya. Tak bisa lepas dari jaringan internet yang selalu membawa berselancar dengan media sosial dan yang lainnya.  

*Suka berkomunukasi secara maya, daripada bertemu langsung. Alasannya lebih praktis dan ekonomis tadi, karena setiap saat dapat berkomunikasi dan menghubungi tanpa dibatasi waktu dan tempat. Ada baiknya sih, jadi tak ada sekat ketika ingin mengemukakan pendapat atau saat membutuhkan koordinasi secara cepat. Meski kadang mereka suka memandang semua orang sebagai teman, sehingga terlupa bagaimana cara yang lebih sopan bertutur kata kepada yang lebih tua. Yang penting tidak perlu baper, kalau ingin menegur sentuhlah dengan sedikit bercanda.  

*Mandiri dan toleran. Cenderung berusaha sendiri dan tidak mau tergantung pada orang, termasuk dalam eksistensi dirinya ketika berhubungan dengan masa depan. Namun dalam berteman suka toleransi dan memberikan solusi serta memecahkan masalah pada yang sedang kesulitan.  

*Terkesan ambisius karena memiliki tujuan dan fokus, serta mudah move on ketika mengalami kegagalan  dan mencari cara lain untuk mencapai tujuan. 

*Kadang out of the box karena begitu menyukai tantangan dan sangat dimotivasi oleh pencapaian. Baginya hidup dibikin santai saja karena semua pasti ada jalan keluarnya.

*Gen Z ini suka berkolaborasi dalam melakukan pekerjaan dan senang mencari cara yang baru ketika dirasa mentok untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan. Sering saya merasakan ini, terutama saat menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan tehnologi seperti urusan edit video atau upload podcast di spotify dan Youtube Channel Podcast Morning Daughter. Jangan mau kalah sama teknologi, begitu selalu katanya. Jadi saya ya, tenang-tenang saja.

Ini yang saya suka ketika berkolaborasi dengan Gen Z. Vibe optimis dan yakin dengan tujuan akhirnya, serta tidak mudah menyerah membuat saya selalu semangat menerima hal-hal baru meski harus belajar dan belajar lagi. Dengan begitu saya selalu merasa berjiwa muda, setidaknya dengan kreativitas rasa ingin tahu.  

        Satu lagi, Gen Z yang terkesan memiliki spirit easy going ternyata dapat diandalkan saat membuat keputusan yang menyangkut passion dan masa depannya. Tak perlu dibebani dengan banyak kekhawatiran, karena Gen Z juga bisa komit dengan tugas, tanggung jawab dan kewajiban. Memang sih, perlu didampingi sebagai teman dan sahabat karena generasi yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital sejak kecil ini sebaiknya juga diarahkan agar tidak terpengaruh pada hal yang tak diinginkan.  Nah, ketika berkolaborasi dengan Gen Z ini tentu akan bisa lebih produktif lagi ya. Dan kuncinya hanya: saling mengerti. 


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ


12 komentar:

  1. Setiap generasi memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri ya
    Saya bangga rasanya menjadi bagian dari generasi yang mengalami mulai dari jaman sebelum ada internet, jaman memulai mengenal internet dan sekarang apa apa serba terkoneksi dengan internet

    Semoga kebaikan dan manfaat terus bisa dipertahankan

    BalasHapus
  2. Menjadi orang tua memang mau tak mau kita dituntut untuk hadir pada zaman anak-anak kita. Agar bisa saling memahami. Anak zaman sekarang mah gak bisa diperlakukan seperti saat saya masih kecil karena situasi dan kondisi yang berbeda.

    PR juga buat saya untuk terus memggali ilmu dan pengetahuan tentang oarentung anak zaman now ini yaa termasuk Gen Z.

    Terima kasih kaa artikelnya sangat bermanfaat buat saya. 🙏😊

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Setuju banget, kolaborasi sama Gen Z itu kuncinya komunikasi dan saling memahami! Mereka punya energi dan ide-ide fresh yang bisa banget jadi amunisi buat berkembang bareng. Makasih udah berbagi tips berharga ini!

    BalasHapus
  5. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan keberadaan gen Z, banyak juga kok dari mereka yang punya sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Kita ambil positifnya saja dimana gen Z lebih terbuka pola pikirnya(maria tanjung)

    BalasHapus
  6. Setuju banget, era kolaborasi ini harus di maksimalkan dengan baik. Kerjasama yang terbangun antar generasi tentunya bikin makin powerfull. Kebetulan aku Milenial 90 an sekian, sering ketitipan anak magang yang pastinya gen Z.

    Selama kita mau lebih mengenal mereka , melakukan pendekatan dengan ang bersahabat. Sejauh ini kerjasama kami baik sekali. Dan salutnya gen Z ini sangat update terkait trend. Kalau bahas konten jago lah. Itu base on pengalaman aku sih ya. Mungkin dari gaya dan cara komunikasi mereka jauh lebih santai dan tidak terlalu suka ke formalan.

    BalasHapus
  7. Keponakanku nih yang Gen Z. Memang mereka itu aktif, kreatif, mudah memahami teknologi. Jadi kalau ngobrol dengan Gen Z biasanya aku yang minta tolong sehubungan dengan cara pakai apps ini itu.

    BalasHapus
  8. Saya punya beberapa teman Gen Z dan sering menjadi penengah saat membahas suatu topik dengan orangtua mereka yang rata-rata Boomer atau Gen X. Saling mengerti memang kunci utama demikian pula komunikasi yang baik sehingga bisa saling update informasi terbaru.

    BalasHapus
  9. Anak-anak saya juga semuanya Gen Z. Saya seringkali kesal ketika ada yang mengeneralisir kalau Gen Z itu pemalas, suka yang serba instan, dll. Padahal di setiap generasi pasti ada plus minus. Dan, semakin mengenal Gen Z, juga asik lho ngobrol ma mereka

    BalasHapus
  10. Tiap generasi memang punya keunggulan masing-masing karena dibesarkan oleh jamannya ya, Mba. Bahas soal gen z, nggak semua lho gen z itu menyebalkan. Saya dan adik saya ini hitungannya beda generasi. Saya di masa transisi gen z, dan si adik lahir di masa awal gen z. Kalau ditelaah lagi, kami serupa sebenarnya. Mungkin butuh sikap bijak dan sikap menghargai saja dari sesana generasi agar bisa jalan bareng dan berkolaborasi. Hmm ... bahas kalau gen z lebih senang daring, sesungguhnya saya pun lebih senang berkomunikasi secara daring terutama via chat sih, Mba. Lebih fleksibel juga untuk pemanfaatan waktunya. Walaupun tetap saja, komunikasi secara direct alias tatap muka juga pasti dibutuhkan untuk jalin kedekatan.

    BalasHapus
  11. Memang tricky ya berkolaborasi dengan yang beda generasi termasuk dengan generasi Z ini. Masing-masing generasi punya poin plus minusnya yang bisa saling melengkapi.

    BalasHapus
  12. Wah, kalau buat saya, Gen Z ini malah lebih independen dan individualis, makanya mereka mendambakan WFH, remote, freelance, dan semacamnya. Boomer dan Gen X yang lebih suka bekerja gotong royong di dalam tim.

    Gen Z ini sebetulnya bagus, berani terbuka mengemukakan apa yang salah, sayangnya cara mereka seringkali salah.

    BalasHapus