Rabu, 25 Desember 2024

Harapan di Tahun 2025 Refleksi Tradisi Resolusi

        Menghadapi tahun 2025 harus selalu optimis dan terus semangat. Banyak harapan dan doa yang dipanjatkan agar semua menjadi lebih baik. Rayakan Tahun Baru dengan kegembiraan, dalam refleksi, tradisi dan resolusi di tahun depan.

by. Nur Ida Zed


foto: dok.pri @nuridazed

           

             Pink!

            Saya memeriksa notifikasi WhatsApp. 

            "Jangan lupa tahun baru nanti ketemuan ya," 

            "Siip"

        Beberapa pesan berbau undangan mulai berdatangan sejak seminggu lalu. Tadi itu dari ibu-ibu arisan mantan pengurus komite dan korlas SMAN 34 angkatan 24 yang sejak acara pelepasan anak-anak diinisiasi agar tetap bisa ketemuan dan silaturahmi. Di kocokan selanjutnya nanti, rencananya akan meet up offline karena sebelumnya dilakukan secara online saja. Jadi bersamaan dengan acara tahun baru dan tukar kado begitu. Ya, kebetulan saya bendahara, sehingga mau tak mau harus bisa memenuhi keinginan semua teman. 

       Arisan, tadinya saya kurang tertarik dengaan kegiatan ini. Tapi berhubung para ibu mengusulkan momen yang pas agar bisa saling berkumpul, berkomunikasi dan silaturahmi setidaknya sebulan sekali, lalu terbentuklah acara ini. Bukan masalah besaran tarikannya, tapi lebih kepada persaudaraannya. Saya hanya berpesan, jangan sampai arisan malah membuat perpecahan dan jadi banyak kendala. Ternyata sejauh ini aman-aman saja. 

        Dan di kelompok lain, bersama para ibu juga, yang dulu  pengurus drumband ketika masa SMP putri saya, mengadakan arisan juga. Bahkan ini sudah mau episode tiga, haha. Alhamdulillah lancar juga tanpa kendala. Kalau biasanya kita ketemuan di mall, cafe atau di resto, untuk bulan depan di tahun baru ini rencananya akan ketemuan di rumah baru salah satu anggota. "Sekalian syukuran, doa bersama dan membuka lembaran baru" begitu kata teman yang mengundang. Baiklah, saya ikut saja tradisinya.


        Momen tahun baru memang selalu dinantikan oleh banyak orang. Tidak hanya sebagai penanda pergantian waktu yang baru, momen ini juga seringkali menjadi sarana untuk refleksi diri, merayakan keberhasilan, saling silaturahmi dan menyusun harapan buat masa depan. Tidak heran jika banyak orang sudah menuliskan wish list sebagai motivasi dan inspirasi di tahun mendatang. Tahun baru ingin punya rumah baru yang lebih besar, mobil baru yang lebih bagus, pekerjaan dan karier yang lebih mapan, atau ibadah umroh bareng keluarga, jalan-jalan ke luar negeri, menambah perhiasan untuk dikoleksi dan masih banyak lagi. Rata-rata perubahan yang dapat terlihat sebagai bentuk pencapaian yang ingin dikejar dan dipertahankan secara materi. 

        Di setiap pergantian tahun buat saya selalu berharap akan ada perubahan menuju kebaikan. Mengenai pencapaian yang sudah dilalui di tahun sebelumnya, serta goal dan target yang akan dicapai di tahun depan. Tak banyak sebenarnya, saya hanya ingin diberikan kemudahan-kemudahan, keberkahan, kesehatan dan keberuntungan serta lancar rezeki di setiap tahunnya.   

        Untuk diri sendiri, saya berharap bisa lebih sehat mengingat usia pasti terus bertambah sehingga kesehatan harus ekstra dijaga. Dengan selalu berfikir positif, tidak overthinking dan insecure. Lebih memahami diri sendiri dengan self love dan peduli terhadap signal tubuh kita. Berserah dan berdoa agar selalu tenteram dan bahagia. Tetap menjadi orang yang lebih baik, terus berkarya dengan semua yang ada, menambah kolaborasi dengan anak muda agar selalu semangat dan memberikan energi positif dan bermanfaat.

        Untuk keluarga berharap tetap selalu ada dan saling mendukung buat menjadi support system yang baik. Saling mengerti dan memahami kesibukan masing-masing, mengingat anak-anak sudah makin dewasa. Memberi ruang buat mereka lebih berkembang dan mandiri. Selalu kuat menghadapi segala rintangan dan tantangan dengan terus bergandeng tangan dan berpelukan untuk saling mengisi dan menguatkan. Tetap berfikir positif dan optimis dalam menatap masa depan dan menjalani semua berkah yang diberikan Allah SWT. Yakin dan percaya bahwa Dia akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. 

    

        Memaknai bahwa hidup ini sebagai refleksi diri untuk terus belajar dan menyadari apa yang masih kurang agar menjadi lebih sempurna demi kebaikan. Refleksi bisa menjadi sarana introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan. Mengenai keputusan maupun perbuatan yang terkadang bisa menyinggung bahkan merugikan orang lain. Tentang apa yang menjadi kebiasaan, aktivitas dan pekerjaan yang perlu diperbaiki lagi. Begitupun dengan relationship dan silaturahmi. Ambil pengalaman yang baik dan buang yang tidak baik agar lebih bijak dalam bertidak dalam menentukan masa depan.

    Selanjutnya menentukan resolusi atau kebulatan tekad tentang apa yang ingin dicapai di tahun mendatang. Resolusi sendiri bisa menjadi komitmen terhadap diri sendiri dan sebagai hal yang dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Tak harus muluk-muluk sih. Buat saya dimulai dari sesuatu yang sederhana dan tidak memberatkan namun bisa memberikan dampak dan  perubahan berarti yang lebih baik. Pertama dari niat yang kuat, lalu bergerak sesuai rencana yang telah dicanangkan, berani  lepas dari zona nyaman, kemudian fokus pada tujuan dan konsisten. 

        Kemudian, jangan lupa untuk selalu bersyukur dengan pencapaian yang telah kita dapatkan. Seberapapun itu hendaknya dapat menjadi motivasi di dalam diri kita sehingga akan menghadirkan energi positif terhadap kehidupan yang dijalani selanjutnya. Harapan di tahun 2025 semoga semua menjadi lebih baik lagi, dalam limpahan berkahNya.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ 


Senin, 23 Desember 2024

Kegiatan Analog Menumbuhkan Empati dan Bahagia

        Melakukan kegiatan analog menambah bahagia buat diri saya. Interaksi sosial jadi lebih terasa, hati makin bersyukur dan jiwa tambah tentram tanpa direpotkan dengan notifikasi yang seringkali mengganggu. Sebentar saja dan rasakan sensasi itu.

by. Nur Ida Zed

                                                    foto: dok.pri @nuridazed

        Aktivitas jalan pagi yang akhir-akhir ini lebih sering saya lakukan menjadi salah satu  kegiatan analog yang memberikan dampak positif bagi diri saya. Betapa tidak? Saya yang tadinya kurang suka dengan hal rutin semacam olah raga, yang seolah memaksakan diri menjadi begitu saja tergerak untuk melakukan kegiatan ini dengan senang hati. Seperti ada daya magnet yang begitu kuat, karena saya sering menemukan hal-hal tak terduga yang menggelitik hati saya untuk melakukan sesuatu sembari menikmati udara segar ini.

       Ya. Tak mengapa saya berangkat sendiri menuju taman, mencumbui suasana fajar yang masih temaram dengan udara yang sekali lagi, masih bersih dan segar. Terang saja karena saya dapat merasakan hembusan oksigen pagi yang perlahan memenuhi paru-paru ini dengan kesegarannya lewat hidung saat bernafas, hmmm. Selain itu banyak hal yang saya temukan yang membuat hati saya tergerak karena melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ternyata dunia ini tidak pernah tidur, terutama buat mereka yang mau mencari rezeki. Sebab sepagi itupun beberapa orang sudah mulai bekerja, melakukan aktifitas mencari nafkah bagi keluarga. 

                                                        foto: dok.pri @nuridazed

        Pas, pikir saya. Begitu keluar dari gerbang sesaat saya memandangi sekitar yang masih sepi. Sayup-sayup terdengar suara sapu lidi yang khas dari seorang perempuan petugas PPKL yang sedang menyapu jalanan dengan seragam oranyenya itu. Saya sengaja menemuinya pagi itu, mendekat lalu memberikan bungkusan yang sudah saya siapkan dari rumah tadi. Beberapa pakaian bekas pantas untuknya. 

        "Alhamdulillah. Terima kasih, Bu," begitu katanya setelah menerima bingkisan dari saya. Awalnya beberapa hari lalu, saya melihat dia, perempuan muda itu juga sedang menyapu jalanan ketika mau berangkat jalan pagi seperti ini. Beberapa kali saya bertemu, kadang membawa anaknya yang masih kecil. Sebelumnya saya pernah menyisihkan sedekah Jumat Berkah untuknya, lalu  menanyakan apakah mau kalau ada pakaian pantas yang masih layak pakai. Syukurlah dia senang menerima ini, sehingga saya pun merasa senang bisa berbagi.


      Melanjutkan langkah kaki saya melewati tukang sayur yang masih belum buka sepenuhnya. Terlihat seorang bapak setengah tua yang mengambil sisa sayuran yang sudah layu yang sengaja disiapkan di kantong plastik untuk dibawa. Entah, barangkali mau dimasak lagi atau untuk apa, selayaknya rantai kehidupan yang selalu ada dengan memanfaatkan barang yang sudah tak terpakai dan sayang bila dibuang.

    "Pagi, Bunda. Monggo mampir dulu," begitu sapa penjual kue subuh ketika saya hampir melewatinya.  Saya tersenyum dan menuruti ajakannya. Melihat beraneka makanan untuk sarapan dan kue-kue yang tertata di meja. Beberapa orang nampak datang menyetor menitipkan kue juga. Hmm, pagi sudah mulai beraktivitas para UMKM ini, pikir saya. Lalu saya memilih serabi solo aneka rasa, kue ku dan risol mayo untuk dibawa jalan pagi. Seperti langganan saja, awalnya saya mencari sarapan sebelum berangkat jalan. Dia menyapa dan mengajak bicara, ternyata sesama orang Jawa. Akhirnya setiap lewat dia selalu menyapa, meski kadang saya tidak membeli daganganya.  

        Sampai di taman beberapa orang sudah mulai jalan santai juga. Saya menemukan beberapa kucing liar yang terlihat sedang menikmati makanan yang diberikan penyuka binatang atau volunteer di sana. Sungguh, di saat jalan sepagi ini saya menemukan banyak cerita yang membuat hati bahagia.  Inilah manfaat kegiatan analog saya, yang dapat menumbuhkan rasa empati juga. Sebenarnya tak hanya jalan kaki, kegiatan analog yang suka saya lakukan dengan mengenyampingkan sarana digital seperti hape dan jaringan internet yang kadang membuat distrack seperti membaca buku, berkebun, memasak makanan kesukaan, menyulam dan sesekali melukis juga. Saya dapat leluasa berkegiatan dan berekspresi menuang isi hati untuk menambah kebahagiaan buat diri sendiri. 


    Kegiatan analog, yang merupakan aktivitas yang dilakukan di luar layar dapat memberikan lingkungan bebas dari gangguan digital yang selama ini terus bertumbuh dan seolah menguasai setiap orang. Kegiatan analog ini memungkinkan kreativitas, perhatian dan istirahat dari stimulasi digital yang konstan. Sebab tak bisa dipungkiri, hampir semua aktivitas berkegiatan tehnologi digital dan keberadaan sinyal internet, dipengaruhi gelombang listrik yang terus menerus, sehingga perlu kembali sejenak ke selera asal dengan analog untuk refresh dan penyegaran.

     Dan salah satu kegiatan analog saya ini tak hanya membuat sehat badan, tapi juga membuka mata pada hal-hal sederhana yang berkaitan dengan kehidupan di alam nyata. Hal ini memang perlu dilakukan sesekali agar tidak membuat kita menjadi egois karena sibuk dengan notifikasi yang kadang bisa mengganggu dan mempengaruhi perilaku kita. Ternyata tanpa hapepun saya dapat menikmati hari dan lebih merasa tentram dan baik-baik saja.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ 

Kamis, 19 Desember 2024

Banyak Berkah di 2024

        Tahun 2024 ini banyak hal yang harus disyukuri. Untuk kesehatan, keluarga dan rezeki. Tahun perjuangan sekaligus pencapaian mendampingi putri saya menjadi mahasiswi Universitas Indonesia seperti impiannya.

By Nur Ida Zed

                                                foto: dok.pri @nuridazed


        Satu hal yang selalu saya lakukan di saat menjelang tutup tahun dan mengakhiri pergantian tahun biasanya mencatat semua kejadian dan peristiwa penting sepanjang tahun. Kalau di tahun sebelumnya, di 2023 kemarin, salah satu peristiwa penting yang selalu terkenang dan berkesan adalah perjalanan umroh ke tanah suci yang memberikan begitu banyak arti. Terutama dari sisi iman dan spiritual yang membuat saya selalu ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi.  Nah, tahun ini berbeda lagi.

        Masih berkaitan dengan perjalanan umroh saya waktu itu, salah satu doa yang saya panjatkan di Mekkah dan di Raudhah adalah agar putri saya Puan, Dvine Adinda diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menentukan pilihan kuliahnya, yakni diterima di Universitas Indonesia yang menjadi impian dan cita-citanya. 

      Sebagai ibu yang selalu mendampingi putrinya, saya memang tak putus untuk terus berdoa dan berusaha. Saya begitu mengerti bagaimana perjuangan putri saya ketika memasuki kelas tiga SMA. Persaingan yang begitu ketat, ditambah kegiatannya yang begitu banyak membuat saya ekstra memberikan perhatian dan dukungan untuk menjaga semangatnya. Saya tahu putri saya ini termasuk anak berprestasi yang masuk kategori eligible di sekolahnya, sehingga berkesempatan memilih jurusan kuliah dengan nilai terbaik rata-rata di sekolah.  Tapi rupanya dia tidak diterima di fakultas yang diinginkan lewat jalur SNBP ini sehingga harus berjuang lewat jalur SNBT alias Seleksi Nasional Berbasis Tes. 

    Perjuangan makin keras, mengingat saingan tentu semakin banyak. Selain sekolah, setiap hari masuk les super intensif di sebuah Bimbingan Belajar di Prosus Inten, dan ditempa agar tetap semangat dan berjuang meraih keinginannya memasuki perguruan tinggi impian. Qadarullah alhamdulillah, diterima di FIK-Fakultas Ilmu Keperawatan (Nursing) Universitas Indonesia. Sebenarnya dia diterima juga di Universitas Negeri Jakarta lewat jalur prestasi, fakultas kimia murni, tapi tidak diambil dan memilih di UI sesuai keinginannya. Saya bersyukur karena tidak sampai melewati jalur mandiri dan lainnya, yang harus menunggu pengumuman lebih lama dan kadang harus tes ke tempat yang berbeda.


       Dari awal memang putri saya ini berkeinginan untuk mendaftar di Universitas Indonesia, di salah satu rumpun fakultas ilmu kesehatan. Saya melihat potensi dan passionnya ini sehingga selalu mendukung. Tak jarang saya menungguinya belajar sampai larut malam, juga memasak makanan kesukaannya agar semangat tetap terjaga. Persiapan untuk SNBT ini hampir di sepanjang tahun, hingga di awal semester. Agar fokus belajarnya bahkan kami menunda untuk mudik karena waktunya berdekatan dengan UTBK. Dan perjuangan ini tidak sia-sia. Akhirnya Puan sah memakai Jakun alias Jaket Kuning yang menjadi jaket almamater salah satu universitas ternama ini, Universitas Indonesia. 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed

        Tidak bisa dipungkiri ada rasa bangga tersendiri di sela rasa syukur saya. Terhadap waktu yang terus saja berjalan, yang tanpa terasa membersamainya dari kecil dalam menempuh pendidikan. Dari mencarikan Sekolah TK, melanjutkan PPDB SD, lalu PPDB SMP kemudian PPDB SMA yang alhamdulillah lancar, hingga kini sudah menjadi mahasiswa saja. 

         Pastinya tugas saya kini tidak sama, musti bisa lebih banyak menjadi teman dan sahabat baik bagi putri saya yang sekarang telah menjadi remaja puteri dengan dunianya. Tidak bisa lagi menerapkan peraturan dengan kata harus dan kudu, tapi sebaiknya mementingkan diskusi untuk mencari solusi terbaiknya. Membantu mengembangkan potensi sesuai apa keinginannya. Seperti ketika memilih UKM- Unit Kegiatan Mahasiswa Marching Band yang menjadi salah satu aktivitas kampus di sela kuliahnya. Sebagai orang tua saya mendukung dan mensupport saja. Senantiasa memberikan semangat dengan menghadiri saat performe, lomba dan memberikan apresiasi setelahnya.

 

       

                                            foto: dok.pri @nuridazed


        Begitu juga ketika dia aktif di Band Fakultas yang dapat menjadi sarana mengembangkan diri dalam bermusik, saya ingin menjadi orang pertama yang memberikan dukungan agar bakat dan hobinya yang satu ini juga berkembang. "Besok diminta perform di acara Fun Run dan Dies Natalis Fakultas, Mam, " katanya ketika minta ijin pulang agak telat karena harus latihan dan sinkronisasi lebih dahulu. 

          "OK, enjoy your time," kata saya seraya mengingatkan jangan lupa makan. Untuk masalah mendidik anak ini saya selalu ingat nasehat Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa: "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka, bukan di zamanmu". Sehingga pola pengasuhan anak tidak bisa disamakan dengan pola pengasuhan orang tuanya, sebab zaman memang sudah berbeda.

           Ya, dengan begitu anak akan dapat lebih berkembang, tumbuh dan maju. Di fase ke tiga anak kita, di usia 14-21 selayaknya diberikan keleluasaan dalam ber4fikir dan bertindak sehingga dia akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi pilihannya. 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed
   

       Peristiwa lain yang saya alami di tahun ini membuat saya merasa bersyukur karena selalu diberikan kesehatan dan keberkahan. Saya masih bisa berkarya, membersamai anak-anak dan suami, bahkan bisa leluasa bertemu teman-teman sekolah masa kecil yang telah lama tak berjumpa. Tahun 2024 saya sempat jalan-jalan dengan putri saya, healing dan mengganti waktu mudik kemarin dengan mengenalkannya pada kehidupan dunia yang lebih luas lagi.

                                                    foto: dok.pri @nuridazed


            Memiliki berbagai kegiatan yang memberikan manfaat dan selalu dipenuhi oleh orang-orang terdekat yang menyayangi dan selalu ada untuk saya.

        Berharap dapat menutup tahun 2024 ini dengan segala kegembiraan dan semangat serta rasa syukur yang besar terhadap semua yang telah diberikan Allah SWT. Meski di akhir tahun cuaca seringkali tak mendukung dan usia terus bertambah, terpenting saya selalu diberikan kecukupan dan kesehatan. Dicukupkan rezeki dan ditambah keimanan serta taqwa saya pada Tuhan.

        Di usia yang tidak lagi muda, kebahagiaan dan kesehatan yang menjadi harapan utama. Anak-anak membutuhkan saya, setidaknya untuk mendampingi dan membersamainya terus bertumbuh dan memberikan manfaat.

        Segala yang baik akan terus dipertahankan, diperjuangkan, dan ditingkatkan. Hal yang kurang baik sebaiknya dihilangkan, dilupakan dan dijadikan pelajaran. Kalau mungkin diperbaiki lagi. Begitupun dengan semua kenangan. Yang baik akan tetap melekat dan menjadi semangat, yang kurang baik dibuang saja.  

        Menutup tahun selalu memberikan banyak kenangan, perjalanan, dan pelajaran. Apapun itu hendaknya dipenuhi dengan rasa syukur yang tiada henti. Dengan begitu akan banyak berkah berlimpah di tahun depan nanti. 

            Selamat menutup tahun 2024 dengan rasa bahagis, selamat datang tahun 2025 dengan setumpuk asa untuk meraih kesuksesan.


            Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

 

Sabtu, 14 Desember 2024

Bergerak dan Berdampak dengan Rutin Jalan Kaki

        Sehat dan bugar menjadi penting buat saya saat ini. Salah satu kiatnya tentu dengan olah raga. Tidak harus yang memberatkan sih, tapi saya memilih jalan santai saja karena saya percaya ini akan berdampak positif.

By Nur Ida Zed

                                                            foto: dok.pri @nuridazed


        Saat mengetahui manfaat jalan santai sangat baik bagi kesehatan tubuh, saya mulai memikirkan untuk melakukan kegiatan ini. Meski sebelumnya juga sering berolah raga jalan santai dengan mengunjungi car free day di daerah Sudirman-Thamrin misalnya, atau di Fatmawati Trade Centre di saat weekend bareng suami dan anak-anak, tapi kesadaran ini memang lain. Tak hanya rindu jalan kaki tiap hari Minggu saja, tapi menambah porsi seminggu minimal dua sampai tiga kali. Tidak mengapa meski kadang harus pergi sendiri.   

        

       Seperti hari ini, usai sholat subuh dan mengaji, saya sudah bersiap dengan sepatu kets serta pakaian olah raga, training dan t-shirt santai yang nyaman. Saya memberi tahu suami dan anak-anak untuk berangkat jalan kaki sendiri dulu ke taman. Mereka sudah mengerti dengan agenda pagi saya ini sejak beberapa waktu terakhir.  

    "Nanti aku susul ya, " kata suami sembari menyelesaikan pekerjaan di laptopnya. Anak-anak juga terlihat sibuk. Puan sedang menyiapkan materi untuk kuliah pagi karena memang bukan hari libur. 

           "Take care, Mam," kata anak perempuan saya itu.  

        "Okee. Mama jalan dulu ya," jawab saya sembari melewati mejanya yang masih penuh dengan diktat dan buku-buku.

    Saya mulai menikmati suasana pagi menuju taman yang tidak jauh dari rumah, hanya sekitar enam ratus meter saja. Menghirup udara segar yang masih belum banyak polusi, menggerakkan kaki saya setidaknya seribu langkah setiap hari. Ya, menggerakkan kaki dengan berjalan santai. Saya menyadari begitu banyak manfaat dari kegiatan ini bagi kesehatan diri sendiri.


        Sebuah studi menyebutkan bahwa berjalan kaki minimal seribu langkah setiap hari dapat mengurangi kematian dini secara signifikan. Dilansir dari CNN Indonesia, seorang penulis studi bernama Maciej Banach menyebutkan bahwa berjalan kaki minimal seribu langkah sehari mampu mengurangi resiko kematian, terutama yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau gangguan pada jantung dan pembuluh darah. "Semakin banyak langkah yang Anda jalani, semakin baik efeknya pada kesehatan Anda," ucap Banach.

    Selain itu jalan kaki juga akan menguatkan otot dan tulang serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, memperkuat paru-paru serta membantu menstabilkan gula darah. Tak hanya itu, jalan kaki juga akan meningkatkan konsentrasi karena dapat meningkatkan pelepasan hormon endofrin sehingga tubuh akan terasa segar, bugar dan lebih rileks tanpa stres. Saya juga merasakan ini. Berjalan santai melewati taman hijau karena banyak terdapat pepohonan yang lengkap dengan embun pagi yang segar memberikan sensasi berbeda yang dapat kita rasakan. 

        Sebenarnya ada beberapa taman yang tidak jauh dari rumah. Taman Matoa, Taman Tabebuya atau Taman Spatudea yang rata-rata memiliki pemandangan hijau dan suasana segar yang cocok untuk lokasi jalan kaki. Begitupun Taman Casamora yang berada di dekat rumah yang cukup luas. Selain masih banyak  tanaman besar seperti pohon mahoni, genitu dan rambutan serta pohon mangga yang rimbun dengan beberapa kursi taman di dekatnya, area ini juga merupakan kebun pembibitan yang dikelola oleh Dinas Pertamanan Jakarta Selatan. Dibuat beberapa space yang dilengkapi dengan jalanan beton berputar dan paduan konblok di area tanaman hias dan rerumputan sehingga cukup nyaman buat rute bagi yang ingin melakukan olah raga jalan kaki, juga  jogging.


                                                    foto: dok.pri @nuridazed


        Karena masih pagi, saya jadi bisa menemukan nuansa fajar yang begitu indah dengan cahaya rembulan yang siap meredup digantikan mentari yang muncul dari ufuk. Ah, semakin banyak saya merasakan kebahagiaan yang dipenuhi rasa syukur terhadap kebesaran Illahi. Satu demi satu saya merajut langkah, sengaja saya menikmati ini dengan untaian tasbih di tangan agar memberikan rasa yang nyaman dan lebih tenang. Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar. Rasanya tak ada lagi yang perlu saya khawatirkan ketika semua sudah diserahkan pada kebesaran Tuhan.  

    

    Dengan memperbanyak jalan kaki seperti ini, saya jadi faham mengapa pada saat menjalankan ibadah umroh, juga haji mengutamakan kita untuk berjalan kaki. Seperti pada saat Thawaf yang harus mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh kali, dan Sa'i yang harus berlari-lari kecil dari Bukit Safa ke  Marwah sebanyak tujuh kali juga.  Tentu saja jika ini diperintah oleh Allah SWT,  maka pasti akan banyak manfaatnya buat diri kita, terutama bagi kesehatan lahir dan batin. 

        Berjalan kaki ibarat olah raga aerobik yang dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam darah, Berjalan kaki secara tertur dapat meningkatkan mobilitas sendi, mencegah penurunan massa tulang dan mengurangi resiko keretakan. Selain itu berjalan kaki dapat meningkatkan jumlah sel kekebalan dalan tubuh dan memperbaiki penglihatan. Sungguh, memulai hari dengan olahraga ringan ini membuat saya semangat menikmati hari.    


    "Sudah berapa kali putaran?" tiba-tiba suami saya telah berada di belakang dan menyusul ke taman. Lalu kami berdua beriringan kembali berjalan kaki melewati banyak tanaman yang melengkapi keindahan pagi bersama beberapa orang yang juga melakukan aktivitas ini di pagi hari yang segar. Biasanya, sambil melangkah kami juga saling cerita dan tukar pikiran tentang apa saja. Dari masalah anak-anak, perkembangan mereka, diskusi kecil soal berita yang lagi hangat, film, sampai pekerjaan bahkan sesuatu yang lagi viral diperbincangkan dalam suasana santai yang menyenangkan. 

        Tak terasa sudah berapa lama kami berjalan, sejenak saya melirik jam tangan, sedikit lagi  jam enam. Saatnya pulang dan mulai melakukan aktivitas pekerjaan. Jalan kaki sekitar tigapuluh menit sampai satu jam saja membuat badan terasa segar. Dari sini juga saya menjadi lebih bisa mensyukuri keindahan alam cipataan Tuhan. MasyaAllah, tabarakallah. Ini namanya bergerak dan berdampak meski dengan aktivitas sederhana dengan rutin berjalan kaki.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ



Selasa, 10 Desember 2024

Kolaborasi dengan Gen Z Kuncinya Saling Mengerti

    Hari gini jamannya kolaborasi supaya tetap update dalam berkreasi. Tak perlu ragu meski itu bareng Gen Z, kuncinya hanya saling mengerti. 

By Nur Ida Zed 


                                                    foto: dok.pri @nuridazed

   

         Sebenarnya istilah "Generasi" tidak hanya memberikan stereotip mengenai cara berpikir, gaya hidup, pola pikir serta cara mengambil keputuan dan bagaimana mengatasi masalah bagi masing-masing sesuai dengan jamannya, ya. Karena menurut Wikipedia pembagian mengenai generasi ini berdasarkan pada tahun kelahiran. Kalau dulu ada Generasi Boomers, dari Pre Boomers dan Baby Boomers di kelompok kakek nenek dan bapaks-bapaks kita, kemudian Gen X yang lahir sampai tahun 80an termasuk saya, lalu Generasi Milenial yang kelahirannya sampai tahun 1996, kemudian Generasi Z atau Gen Z buat mereka yang lahir dari tahun 1997-2012, dan yang sekarang ada lagi Generasi Alpha yang lahir di tahun 2013 hingga 2025.

        Pembagian generasi sesuai tahun kelahiran ini memang dapat dimengerti ya, mengingat situasi dan kondisi pada jamannya tentu saja berbeda, dan selalu berubah bahkan berkembang terus sesuai kemajuan tehnologi  yang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan gaya hidup masyarakatnya. Contoh nyata karena saya termasuk Generasi X yang pada masa itu memang tidak secanggih sekarang dalam hal tehnologi dan kemajuan jaman, maka cenderung lebih hati-hati dan banyak perhitungan dalam menentukan sesuatu hal. Sementara Generasi Z atau Gen Z, lebih spontan, serba cepat dan maunya simple, praktis serta efisien dalam banyak hal termasuk ketika mengambil keputusan. 

 

    Karena memiliki anak yang lahir dan berkembang di generasi ini, yakni Gen Z, yang berasal dari kata Zoomer, sebab mereka tumbuh bersamaan dengan maraknya internet dan perkembangan tehnologi yang sangat pesat sehingga membuat saya mau tidak mau harus mengerti dan memahaminya. Hal kecil saja misalnya, soal memilih earphone. Saya lebih suka konservatif dengan memilih yang ada kabel panjang yang menghubungkan suara dari gadget ke telinga. Ada speaker kecil yang ketika mendengarkan musik atau menerima telepon kita harus menempelkan speaker di dekat mulut. Sementara Gen Z, model anak saya lebih senang yang praktis dengan earphone model bluetooth yang tidak perlu repot memakai kabel, tinggal diselipkan di telinga dan tidak perlu mencari-cari speaker ketika ada telepon masuk. 

        "Ini lebih simple dan praktis lho, Mam, gak ribet," kata putri saya Puan yang termasuk Gen Z ini. Saya hanya mengangguk sembari tersenyum. Simple sih, dari bentuknya memang kecil dan cantik. Tapi praktis bagaimana kalau harus ngecas dulu sampai penuh agar dapat dipergunakan, pikir saya. Tidak seperti earphone kabel pilihan saya yang tinggal tempel di telinga tanpa takut kehabisan batere kalau lupa ngecas dan perlu colokan pula. Ah, pemikiran sederhana seperti ini saja agak berbeda ya, tentang kepraktisan earphone versi Gen Z dan Gen Mom(Gen X) seperti saya, hehe. Toh suatu ketika dia juga memakai earphone saya ketika buru-buru ada kuliah online karena kelupaan ngecas earphone bluetoothnya. Begitupun saya, kadang suka memakai earphonenya saat lagi nyetir karena memang lebih gampang ketika harus menerima telepon karena tidak bingung nyari-nyari tombol speaker.

 

    Ya, untuk hal lain juga bisa berbeda seperti mengenai pola pikir hingga cara menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan pada Gen Z ini. Masing-masing tentu memiliki alasan sendiri. Genersi Z biasanya memiliki karakteristik yang khas seperti:

* Lebih fleksibel. Dalam banyak hal yang menyangkut cara menyelesaikan masalah, mencari solusi dan menentukan pilihan untuk kemajuan dirinya cenderung tidak mau kaku dan mudah mengikuti perkembangan demi kebaikan.

*Mahir tehnologi dan tidak gaptek. Sesuai dengan kemajuan tehnologi di jamannya, Gen Z alias Generasi Zoomer selalu update untuk hal satu ini. Baginya tehnologi menjadi bagian dari hidupnya sehingga harus selalu mengikuti perkembangannya agar tidak ketinggalan. Ibaratnya dari bangun tidur hingga mau tidur lagi, semacam gadget, laptop dan berbagai aplikasi selalu dikulik dan melekat dalam dirinya. Tak bisa lepas dari jaringan internet yang selalu membawa berselancar dengan media sosial dan yang lainnya.  

*Suka berkomunukasi secara maya, daripada bertemu langsung. Alasannya lebih praktis dan ekonomis tadi, karena setiap saat dapat berkomunikasi dan menghubungi tanpa dibatasi waktu dan tempat. Ada baiknya sih, jadi tak ada sekat ketika ingin mengemukakan pendapat atau saat membutuhkan koordinasi secara cepat. Meski kadang mereka suka memandang semua orang sebagai teman, sehingga terlupa bagaimana cara yang lebih sopan bertutur kata kepada yang lebih tua. Yang penting tidak perlu baper, kalau ingin menegur sentuhlah dengan sedikit bercanda.  

*Mandiri dan toleran. Cenderung berusaha sendiri dan tidak mau tergantung pada orang, termasuk dalam eksistensi dirinya ketika berhubungan dengan masa depan. Namun dalam berteman suka toleransi dan memberikan solusi serta memecahkan masalah pada yang sedang kesulitan.  

*Terkesan ambisius karena memiliki tujuan dan fokus, serta mudah move on ketika mengalami kegagalan  dan mencari cara lain untuk mencapai tujuan. 

*Kadang out of the box karena begitu menyukai tantangan dan sangat dimotivasi oleh pencapaian. Baginya hidup dibikin santai saja karena semua pasti ada jalan keluarnya.

*Gen Z ini suka berkolaborasi dalam melakukan pekerjaan dan senang mencari cara yang baru ketika dirasa mentok untuk menyelesaikan masalah dan kesulitan. Sering saya merasakan ini, terutama saat menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan tehnologi seperti urusan edit video atau upload podcast di spotify.  Jangan mau kalah sama tehnologi, begitu selalu katanya. Jadi saya ya tenang-tenang saja.

Ini yang saya suka ketika berkolaborasi dengan Gen Z. Vibe optimis dan yakin dengan tujuan akhirnya, serta tidak mudah menyerah membuat saya selalu semangat menerima hal-hal baru meski harus belajar dan belajar lagi. Dengan begitu saya selalu merasa berjiwa muda, setidaknya dengan kreativitas rasa ingin tahu.  

        Satu lagi, Gen Z yang terkesan memiliki spirit easy going ternyata dapat diandalkan saat membuat keputusan yang menyangkut passion dan masa depannya. Tak perlu dibebani dengan banyak kekhawatiran, karena Gen Z juga bisa komit dengan tugas, tanggung jawab dan kewajiban. Memang sih, perlu didampingi sebagai teman dan sahabat karena generasi yang tumbuh dengan akses internet dan tehnologi digital sejak kecil ini sebaiknya juga diarahkan agar tidak terpengaruh pada hal yang tak diinginkan.  Nah, ketika berkolaborasi dengan Gen Z ini tentu bisa lebih produktif lagi ya, dan kuncinya hanya saling mengerti. 


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ