Sabuk Merah Puan
By Nur Ida Zuhayanti
Orang tua tentu wajib mensupport kegiatan anak, ya. Tak haya soal
materi, sesekali juga dibutuhkan kehadirannya.
Dua minggu sebelum UKT-Ujian Kenaikan
Tingkat, Puan sudah meminta saya agar bisa mengantarkan dan menungguinya. Ini
ujian dia menuju Sabuk Merah. Tidak seperti sebelumnya, karena materi yang
diuji selain taegeuk atau poomsae, ada juga penilaian untuk kyorugi atau fighting dan kyopa atau
memecahkan benda dengan tendangan kaki.
“Bener ya, Ma,” katanya sembari
menunjukkan formulir yang sudah diisi. Saya mengangguk pasti, ”Tentu saja,
sayang,” batinku. Bukan saja karena hari Minggu, tapi kami memang sudah
sepakat, bila anak sedang mengikuti aktivitas, terutama ada event, setidaknya ada salah satu di antara
kami yang mendampingi.
Saat ini usia Puan sembilan tahun. Sejak usianya belum genap empat tahun, saya
sudah mendaftarkannya untuk ikut latihan
taekwondo. Waktu itu kami sering mengajaknya mengantarkan kakaknya, Revin yang
sudah lebih dulu ikut olah raga beladiri dari Korea ini.
Saya melihat dia begitu antusias, apalagi
ketika diajak nonton kejuaraan. Karena itu saat Sabeum (baca: pelatih)
menanyakan apakah dia mau ikut latihan juga, anak perempuanku ini langsung
mengiyakan. Dia tetap percaya diri meski waktu itu jadi siswa paling kecil di dojangnya, tempat latihannya. Maklumlah,
dia masih duduk di Play Grup saat itu, sementara teman yang lain minimal SD
kelas tiga. Tapi progressnya begitu
baik. Hingga ketika sabuk hijau dan sempat
mengikuti kejuaraan Jakarta Taekwondo Festival- JTF V di GOR POPKI- Pusat Olahraga Persahabatan Korea Indonesia, dia mampu mengalahkan lawan yang lebih besar dan mendapatkan
medali.
Aktivitas Positif
Sebenarnya sih, aktivitas Puan tidak hanya
latihan taekwondo saja. Saya mendukung dia untuk mengikuti aktivitas atau
kegiatan yang positif selain sekolah. Seperti menari, menyanyi, berenang dan
mengaji. Hal ini supaya anak dapat berekplorasi dengan bakat dan hobinya. Yang
penting dia suka dan tidak dipaksa. Sebab aktivitas seperti ini banyak manfaatnya bagi tumbuh kembang anak,
lho. Antara lain:
> Akan menambah rasa percaya diri
pada anak.
> Belajar bersosialisasi karena memliki banyak teman dari berbagai
kalangan.
> Melatih kemandirian anak
> Memotivasi anak untuk bisa berprestasi
> Mengajarkan komitmen pada pilihan anak.
Untuk latiahan taekwondo ini, misalnya,
saya memberitahu pada Puan agar tidak ‘hangat-hangat tahi ayam’, atau sekedar
coba-coba dan asal senang sekejap saja. Artinya, anak juga musti memiliki
komitmen dengan aktivitas pilihannya itu. Sebab dia harus melewati
tahapan-tahapan tertentu dari awal dengan sabuk Putih menuju Sabuk Kuning,
Kuning Setrip, Hijau, Hijau Setrip, Biru, Biru Setrip, lalu Sabuk Merah, Merah
Setrip dan seterusnya.
Menjaga Mood Anak
Namanya juga anak-anak. Ketika sudah agak
lama mengikuti satu kegiatan, bisa saja merasa jenuh atau bosan. Begitu juga dengan
anak perempuanku ini, D’vine Adinda Nizbach, yang biasa dipanggil Puan. Ketika
melihat teman se-angkatannya banyak yang ‘tumbang’ di tengah jalan, atau vakum
tidak latihan lagi, setidaknya dia
merasa sedikit gentar. Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan, yakni menjaga
mood anak agar tetap semangat
latihan. Termasuk saat kenaikan sabuk seperti saat ini.
Ya. Saya ingin menyemangati dia dengan
hadir dan menungguinya, walaupun pada beberapa materi anak harus berada di ruangan tersendiri. Tapi
ketika kyorugi, saya dapat
melihat langsung penampilannya meski
dari jauh. Dan lihatlah, matanya begitu berbinar saat menemukan saya berada di
antara supporter yang memberi applaus ketika berkali-kali Puan mendapat point karena tendangannya mengenai
sasaran. Hmm… moment seperti inilah
yang tak bisa tergantikan. Apalagi saat menyaksikan dengan mata kepala manakala
bidadari kecilku ini dipilih secara simbolik oleh pelatih untuk penyematan
Sabuk Merah. Itu artinya dia lulus dengan kualifikasi yang baik. Yap! Ada getaran yang membuncah di dadaku,
sebagai ibu, yang entah tak bisa kusebut sebagai apa.
Itulah. Mendukung aktivitas positif anak sebenarnya
tak hanya dibutuhkan oleh mereka, tapi juga kita, orang tuanya. Rasanya bukan
hanya dukungan secara meteri saja ya, tapi jika ada waktu dan kesempatan, sesekali
juga kehadiran, keep in touch yang
diperlukan untuk menambah kekuatan mental dan psikologisnya. Lagi pula,
pengalaman seperti ini hanya terjadi sekali di sepanjang pengalaman hidup
seorang anak, bukan ?
Saya berharap anak perempuanku ini akan tetap enjoy dengan aktivitasnya, hingga tahapan-tahapan selanjutnya. Good luck my little girl. Mom love you soo much ! ***NZ
foto-foto: Revin Ananda-dok.pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar