Senin, 18 November 2024

Bersikap Asertif untuk Hasil Positif

           Tak perlu ragu untuk mengemukakan pendapat, ide, buah pikiran dan isi hati. Lakukan tanpa tekanan dengan komunikasi asertif untuk hasil yang positif.

by Nur Ida Zed



                                                    foto: nuridazed


        Seringkali perasaan ragu tiba-tiba muncul ketika akan mengemukakan sesuatu kepada orang lain. Banyak hal yang menjadi pertimbangan seolah berkecamuk seperti takut salah dan disalahkan, atau bimbang apakah pendapatnya akan diterima, ditolak mentah-mentah serta kemungkinan abu-abu lainnya yang membuat menahan rasa, hingga akhirnya tidak jadi dan ditelan saja sendiri. Padahal sih pendapat dan ide yang dimiliki itu bermanfaat, dan merupakan kebenaran adanya.

    "Segan saja sih sebenarnya," kata seorang teman ketika saya anjurkan untuk mengemukakan pendapatnya itu sebelum diputuskan kesepakatan pada sebuah pertemuan. Namun tetap saja, dia malah berkeluh kesah tanpa melakukan apa-apa. Takut terjadi konflik jika ada yang tidak berkenan dengan pendapatnya itu. Nah lho, kekhawatiran para ibu yang sungguh terlalu. Padahal ini tidak perlu terjadi bila disampaikan dengan sikap asertif. 

        Berani berpendapat memang membutuhkan sikap asertif agar dapat diterima dan dimengerti oleh orang lain. Sikap asertif ini adalah kemampuan untuk menyampaikan perasaan, pendapat dan keinginan dengan jelas, lugas dan tegas tanpa merugikan dan menyinggung orang lain. Sikap ini penting dimiliki karena dapat membantu saat mengekspresikan diri dengan mudah, mempertahankan sudut pandang, menghargai pendapat orang lain, meningkatkan rasa percaya diri bahkan mengurangi stres.


        Setiap orang berpendapat tentu mengharap bisa diterima dengan baik, dan direspon dengan positif. Namun bila ditolak dan mendapatkan impact tidak seperti yang diinginkan, tentu butuh pengertian dan pemahaman, bukan? Masing-masing orang pasti punya sikap tersendiri terhadap sesuatu hal termasuk pendapat orang lain. Pahami ini sebagai suatu pembelajaran bagaimana kita harus belajar bersikap asertif.


Perlu Sikap Asertif

        Dalam kehidupan sehari-hari, sikap asertif ini sebaiknya diterapkan dan dimiliki karena dapat membantu mencari solusi dan penyelesaian dari berbagai macam kesulitan. Orang yang asertif mampu mempertahankan pendapat dan haknya sendiri tanpa merugikan orang lain. 

        Sikap asertif ini merupakan ketrampilan dalam berkomunikasi saat menyampaikan pesan atau inti yang akan disampaikan dengan sikap yang tegas dan lugas tanpa bertele-tele, namun tidak lalu menyinggung perasaan orang lain bahkan merendahkan. Ini berkaitan dengan lingkup sosial kemasyarakatan seperti hubungan pertemanan, persaudaraan, atasan dan bawahan, konsumen dan produsen, audience dan nara sumber baik yang bersifat individu interpersonal, di dalam kelompok maupun di depan umum.  

        Seseorang yang memiliki sikap asertif salah satunya berani terbuka dan jujur terhadap dirinya dan orang lain. Menghormati hak orang lain dan diri sendiri meski tidak selalu setuju dan patuh begitu saja dengan perintah dan keinginan orang lain, meskipun orang lain itu memiliki jabatan lebih tinggi dan usia yang lebih tua darinya, namun bukan berarti menjadi penghalang untuk menyampaikan pendapat serta suatu kebenaran. 

        Menurut Muhammad yang dilansir dalam e-jurnal ums.ac.id sikap asertif ini penting diterapkan  pada semua generasi, karena akan berdampak positif bagi semua hubungan. Tapi sikap ini tidak akan muncul dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk melalui pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa tips untuk menerapkan sikap asertif ini, antara lain: 


* Tak perlu takut menyampaikan pendapat, ketika itu dianggap sebagai kebenaran dan sesuatu yang muncul dari kebersihan hati yang paling dalam. Meskipun pendapat ini berbeda dengan kebanyakan orang. Ingat pepatah sampaikan kebenaran meski itu pahit, coba ungkapkan dengan tidak menyinggung pendapat orang lain yang dirasa berbeda.

* Tanamkan bahwa setiap orang pasti punya karakter dan kebiasan masing-masing. Selalu hargai orang lain dengan tidak mencela dan saling menjelekkan.

* Hindari rasa bersalah setelah mengemukakan pendapat. Dengan begitu tak ada beban di dalam hati .

* Selalu tenang dan tertata ketika bicara, tanpa menggunakan kalimat yang agresif atau berkesan menyerang agar apa yang dikemukakan tidak dimaknai sebagai hal yang merendahkan dan dapat memicu konflik.

* Anggap semua orang adalah teman, meski kepada lawan bicara yang kurang berkenan. Pikirkan hal-hal baik dan bijaksana agar apa yang ingin disampaikan tidak dirusak dengan asumsi yang belum tentu benar.

* Berlatih untuk berkata tidak terhadap hal-hal yang membuat beban pada pikiran, apalagi jika tidak sesuai dengan kata hati dan kebenaran.

* Pergunakan kalimat efektif saat menyampaikan pendapat dan body language yang mendukung agar orang lain lebih percaya dan perhatian dengan apa yang dikemukakan.


Asertif Pada Remaja

        Pada anak remaja alias GenZ, sikap asertif tentunya pelu ditanamkan juga, mengingat mereka akan lebih banyak menghadapi lingkungan sosial yang membentuk jati dirinya. Berani menyampaikan perbedaan pendapat tanpa ragu membuat remaja menjadi teguh pendirian namun tidak kaku. Asertif akan mengurangi sikap tidak enakan dan plin plan yang seringkali dihadapkan pada masa usia mereka. 

        Remaja yang asertif tidak akan mudah terbawa arus dan memiliki batasan yang jelas baiak dalam hal waktu, aktivitas maupun interaksi sosial karena dapat menyikapi dengan bijaksana. Pandai mengelola tekanan dari teman sebaya yang kerap memaksa untuk mengikuti perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan keinginan pribadinya. 

        Mampu mengatasi konflik dengan orang dewasa dan fokus pada solusi tanpa menyalahkan siapa-siapa. Mereka lebih bebas menyatakan keinginaannya tanpa takut dicemooh dan dijauhi karena memiliki banyak pilihanteman lainnya. Remaja yang asertif justru menghargai bentuk keputusan dan berpartisipasi baik untuk diri sendiri, dalam lingkup keluarga, kampus serta kehidupan sosialnya. 

        Begitulah, dengan bersikap asertif maka antara anak dan orang tua, lingkungan dan para tetangga, serta semua yang menyangkut kehidupan sosial ini akan dapat menghindari ketegangan dan perasaan yang tidak nyaman, serta mendapatkan solusi yang baik dari berbagai kesulitan. Bersikap asertif maka akan memberi hasil yang positif.

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ


Jumat, 15 November 2024

Peduli Kaum Remaja Mencegah Upaya Bunuh Diri


        Banyak peristiwa dapat diungkap di era digital yang serba cepat saat ini. Berbagai informasi serta ilmu pengetahuan seolah hanya berbatas di ujung jari. Tinggal klik, semua akan terbuka di depan mata, termasuk semua kejadian yang sedang ramai diperbincangkan di dunia maya. 

by Nur Ida Zed


                                                foto by nuridazed

        Prihatin dengan kasus bunuh diri anak muda yang kian meningkat akhir-akhir ini. Dari data Pusat Informasi Kriminal Nasional atau Pusiknas Kepolisian Republik Indonesia mencatat di sepanjang 2024 ini sekitar seribu kasus yang sebagian dialami oleh remaja, anak muda, anak-anak kita di usia produktif. Mereka sepertinya rentan secara psikis dan mental sehingga tanpa pikir panjang memutuskan hal yang fatal untuk dirinya dan masa depannya.

        Seperti kasus di Surabaya yang belum lama ini, seorang mahasiswa sebuah Universitas ditemukan bunuh diri dengan melonpat dari atas gedung di kampusnya. Tak berapa lama juga di Jakarta, mahasiswa Universitas Tarumanegara mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama, melompat dari atas gedung kampusnya. Bahkan yang sempat hangat dan viral, mahasiswa kedokteran Undip Semarang yang sedang mengambil spesialis PPDS ditemukan di kamar kos terindikasi mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat anestesi melebihi dosis di tubuhnya. Saya tidak ingin menyoroti dari setiap kasus, namun keprihatinan terhadap degradasi mental yang dimiliki anak-anak muda penerus bangsa ini.

        Tentu banyak hal yang melatar belakangi keputusan mereka ini,  di saat mengalami permasalahan yang begitu kompleks. Pengaruh berbagai hal termasuk faktor lingkungan, pergaulan, support sistem serta yang mendasar dalam dirinya dengan mental yang rapuh. Sebagai seorang ibu yang memiliki anak remaja tentu saya merasa prihatin dan sedih melihat kenyataan ini. 

       

        Tak bisa dipungkiri peran media, termasuk media sosial yang kian terbuka lebar dan mudah diakses setidaknya mempengaruhi kondisi ini. Tak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di berbagai daerah. Miris rasanya, bahkan karena masalah sepele saja, semacam putus cinta sampai mengambil solusi dengan mengorbankan nyawa.

        Dan inilah kenapa saya seringkali menyinggung tentang empati dan motivasi dalam tulisan di blog dan artikel, serta di podcast Morning Daughter dan Youtube Channel. Setidaknya saya ingin berkontribusi mengisi blank spot untuk memberi nuansa berbeda dengan menguatkan mental dan menambah semangat anak muda agar tak rentan dengan pengaruh sosial di sekitarnya. Supaya menjadi lebih kuat menghadapi berbagai tantangan buat masa depannya. Saya rasa mereka tak hanya sekadar membutuhkan tempat curhat yang tepat, namun juga obat mujarab untuk kesehatan mentalnya.

        Meski pemerintah telah menyediakan kontak khusus untuk saluran pencegahan bunuh diri nasional di  1-800-273-TALK (8255) serta telepon 911,  juga menciptakan berbagai sarana dan mengadakan semacam seminar yang memberikan pengertian untuk pencegahan masalah bunuh diri ini, namun agaknya sentuhan lain juga perlu diperhatikan.

        Suport sistem menurut saya menjadi salah satu hal terpenting yang menjadi penjaga mental anak-anak kita. Dukungan dari orang tua, saudara dan teman yang baik diperlukan untuk membuatnya tetap bahagia.  Bahkan pelukan tulus seorang ibu yang selalu ada dan mengerti segala keadaan dan kondisi mereka. Ya. peran ibu sangat membantu menguatkan mental anaknya.

        Saya prihatin ketika ada orang tua yang justru memberikan beban pada anak demi ambisi pribadi untuk reputasi keluarga. Misalnya dalam memilih jurusan pendidikan untuk cita-cita dan mimpinya. Juga kegiatan yang harus ditekuninya sehingga membuat mereka frustasi dan putus asa. Ujung-ujungnya bunuh diri dengan meninggalkan surat permintaan maaf karena tidak dapat membahagiakan orang tua. 

        Berbagai motif dari banyak kasus semacam ini semoga memberikan  pesan tersendiri yang perlu diperhatikan. Namun demikian, bekal agama yang menjadi dasar terpenting sebagai kendali seseorang terhindar dari masalah ini. Esesnsi dari agama yang mengajarkan nilai moral akan menjadi kendali untuk tidak melakukan hal yang nekat ini. Terapi terbaik untuk mencegah rasa putus asa, kecewa dan tak berguna adalah dengan sholat dan doa. Sebab sholat merupakan sarana yang tepat untuk mencurahkan segala isi hati dan berserah kepada Sang Pencipta.

        Setiap kali, ketika ada pertemuan dengan para ibu pun saya selalu mengingatkan rasa kepedulian dan kepekaan terhadap anak remaja kita sehingga mereka mau terbuka dan menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Karenanya kita harus bisa berperan sebagai teman diskusi, sahabat yang paling megerti dan memahami tentang semua yang dibutuhkan di masa pencarian jati dirinya saat ini.

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ .


 

Rabu, 26 Juni 2024

Cerita Dua Pedagang Kaki Lima

         Banyak hal yang ditemui di jalanan, disaat kita mau membuka mata dan telinga untuk memahami sekitar. Ada terselip cerita dua pedagang kaki lima yang memberikan renungan dan kadang tak sempat terpikirkan. 

by Nur Ida Zed


                                            ilustrasi by dvine adinda

        Ini pengalaman saya bertemu dengan dua pedagang perempuan setengah baya, bahkan cenderung tua yang tanpa sengaja saya temui di waktu dan tempat yang berbeda. Sama-sama pedagang kaki lima. Ibu pertama yang saya temui di depan pasar tradisional Lenteng Agung ketika kebetulan saya mampir dari olah raga pagi waktu itu. Tetiba saya ingin membeli tempe, saat mata saya menemukan seorang ibu tua yang duduk di sisi depan pasar dengan tumpukan dagangannya, beberapa tempe yang ditata tinggi dan terlihat masih belum berkurang alias belum laku dari pagi.

        Ya, entah kenapa saya seolah terkena magnet dan mulai menuju ke tempat itu serta ingin membelinya dua atau tiga papan saja. Kebetulan saya hanya membawa uang seratus ribuan, lalu saya menyerahkan uang itu kepada penjual tempe tadi. Rupanya si ibu tidak punya kembalian. "Uang pas saja ada, Nak, Ibu belum buka dasar," katanya dengan sopan seraya memeriksa dompetnya yang terlihat sisa  tinggal uang recehan. Tapi di dompet saya hanya ada dua lembar uang seratus ribuan sehingga tidak ada uang pas yang harus diberikan. Lalu bagaimana solusi Ibu tadi ? 

        Ternyata dia mengembalikan uang saya sembari bilang: "Bawa dulu aja gak apa, Nak. Besok balik lagi," Deg, saya kaget. Saat mau tinggalkan uang saya di situ, si ibu menolak, sementara kalau mau batal membeli, kasihan ibu tua ini dagangannya belum laku dari tadi. Akhirnya saya mencari Alfamart dan membeli sesuatu agar mendapatkan uang pas buat si ibu. Saya masih terkesima dengan sikapnya yang begitu percaya terhadap saya yang baru saja dikenalnya, sedangkan dia sendiri dagangannya belum laku satupun, tapi tak masalah baginya tanpa menaruh curiga. 

        Ketika saya kembali dan membayar dengan uang pas, si ibu malah berkata: "Kok repot-repot, Nak. Besok aja gak apa, kan ibu masih dagang di sini." Ah, saya yang tidak bisa, bu, batin saya. Saya tahu ibu ini baik, tapi kita tidak pernah tahu apa besok masih ada di sini. Yakan?! Beberapa harinya ketika saya lewat kembali, tak melihat lagi si ibu duduk di sana bersama papan-papan tempenya. Wallahu alam.


       Yang kedua cerita saya dengan ibu pedagang pecel yang suka jualan di seputaran UI. Jadi saya memang penyuka pecel, kudapan yang berisi aneka sayuran dengan bumbu kacang pedas yang suka ditemui di tempat keramaian. Ceritanya ketika sedang olah raga di bunderan depan rektorat Universitas Indonesia pada hari Minggu pagi itu, tetiba saya melihat ibu penjual pecel berdagang di seberang lokasi kami berlari. Kemudian  saya mendekat dan bermaksud untuk membeli, karena memang belum sempat sarapan pagi. 

        "Mau dong, Bu".kata saya minta diracikkan satu porsi. Lalu ibu itu bertanya mau apa saja sayurannya, kujawab lengkap dengan lontong, bihun dan tahu goreng, tapi tanpa kol. Dengan cekatan si ibu menata pesanan saya di pincuk kertas nasi. Rupanya ibu ini orang Jawa Timur, sehingga saya lalu berbincang dengan bahasa Jawa. Selajutnya saya minta dilengkapi dengan menambah kerupuk mie kuning yang khas itu agar sempurna nikmatnya. 

        Kemudian saat saya membayar, kebetulan si ibu kembaliannya kurang. Saya bilang: "Mboten punopo. Biar saja, gak apa-apa". Tapi si ibu malah menambahkan bihun dan tahu hingga pincuk di tangan saya menjadi makin penuh berisi. Ah, bisa saja ibu ini menjaga kearifan lokal, melestarikan budaya leluhur dan selalu menebar positif thinking. Betapa damai dan bahagianya kehidupan ini bila dipenuhi dengan segala kasih dan saling memberi.

           Masya Allah, saya merasa dikelilingi oleh orang baik. Bertemu dengan mereka, orang biasa, seperti pedagang kaki lima di jalanan yang mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal. Tak ada prasangka, saling percaya dan menghargai orang dengan selalu berfikir positif. Cerita dua pedagang kaki lima ini seolah membuka pikiran kita untuk tetap menebarkan energi positif dimana-mana.


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

Minggu, 23 Juni 2024

Pasar Tradisional Menyimpan Kenangan

        Senangnya belanja ke pasar itu bukan saja karena banyak jajanan masa kecil, tapi juga melihat kebersamaan para pedagang dan rasa gotong royong yang real.

by Nur Ida Zed



                                                foto dok.pribadi

        Seperti sudah menjadi kebiasaan, setiap kali pulang kampung ke Blora saya selalu menyempatkan untuk mampir dulu ke pasar.  Entah itu membeli oleh-oleh atau sekadar jalan sambil berburu jajanan masa kecil yang menyimpan banyak kenangan. Pasar tradisional Sido Makmur yang dulu berada di tengah kota, dekat alun-alun dan pusat keramaian, sekarang pindah lokasi ke sebelah selatan, di perbatasan kota dengan situasi yang lebih nyaman. Selain areanya begitu luas, suasananya juga masih segar karena berada di dekat persawahan. Saya ajak juga anak-anak menjelajah setiap los dalam pasar yang kini sudah tertata rapi, mereka tampak senang dan menikmati.  Sekalian nih, bagi saya seakan mengulang kenangan lama. 


          Ya. Saya masih ingat betul waktu kecil dulu paling suka kalau diajak ibu ke pasar tradisional saat hari libur. Berebut tas belanja dan berjalan ke pasar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah. Di sepanjang jalan depan pasar sudah begitu ramai oleh pedagang sayuran dan aneka makanan sejak pagi. Saya mengintil saja di dekat ibu yang sibuk memilih sayur serta keperluan lain yang akan dibeli. Pasar yang menjadi salah satu pusat berbagai transaksi terasa begitu kental sekali. Antara penjual dan pembeli bisa langsung berinterkasi. 

        "Kita beli ayam potong dulu, ya," kata ibu sembari menggandeng tangan saya. Saya menyempil di belakang ibu di antara orang-orang yang belanja. Sedikit krodit memang waktu itu. Maklumlah belum tertata seperti sekarang ini. Bau khas pasar juga sangat terasa sekali. 

        Lalu kami menyusuri los penjual bumbu, tempe tahu dan buah segar yang ada di pasar. Tak butuh waktu terlalu lama, rupanya ibu punya beberapa langganan pedagang di sana sehingga tidak banyak terjadi tawar menawar. Paling kalau sudah sepakat harga, ibu menawarnya dengan minta ditambahi saja, semacam ekstra bonus, haha. Strategi ibu ini pernah saya tanyakan alasanya, kata ibu: gapapalah, paling selisihnya tak seberapa. Dan ini sepertinya yang membuat ibu jadi bisa dekat dengan para pedagang pasar.

        Seperti sudah saling kenal kulihat ibu dan para pedagang itu berbincang tentang berbagai hal, tentang dinamika kehidupan, harga barang yang terus menjulang, kelangkaan barang, termasuk menanyakan tentang saya, anak sulungnya yang ikut menemani belanja. Ternyata dia ibu teman sekolah saya juga. 


Aneka Tembikar

        Yang tak pernah lupa ketika ke pasar bersama ibu,  saya sering diajak mampir ke los tembikar untuk membeli mainan. Waktu itu aneka mainan anak perempuan seperti peralatan masak-masak banyak yang terbuat dari tembikar ini. Kerajinan tanah liat semacam anglo, penggorengan, kendi, cobek, piring serta tea set  yang dibakar. Ada juga mainan lain seperti peluit berbentuk burung gereja dan celengan ayam. Banyak pilihan sampai membuat saya bingung.   

        Aneka tembikar yang dijual ini semuanya karya sendiri, dibuat begitu bagus dan menawan. Dulu kerajinan tembikar ini dinamai dengan gerabah, yang dibuat secara tradisional dengan bentuk yang bisa disesuaikan dan dibakar hingga menjadi keras serta memiliki ketahanan terhadap air dan api. Tembikar ini bisa digunakan sebagai tempat penyimpanan dan alat dapur.  Sedangkan mainan dari tembikar yang suka dibelikan ibu ini sengaja dibuat versi mininya. Lucu dan cantik deh penampakannya. Celengan ayam juga berguna memotivasi saya agar gemar menabung, menyimpan uang meski itu recehan. 


Lontong Tahu Langganan

        Di pasar juga ada berbagai makanan khas daerah yang dijual. Salah satunya lontong tahu langganan yang menjadi favorit ketika saya ke pasar. Terletak di los tengah berjajar beberapa pedagang makanan yang sedang menyiapkan pesanan. Langganan ibu waktu itu yang paling pinggir sebelah kanan. 

        "Berapa bungkus, Bu?" tanya penjual lontong tahu yang juga ibu-ibu setengah baya ketika kami datang. Ibu saya menyebutkan pesanannya, lalu kami duduk menunggu bersama pembeli lainnya. Harus sabar karena sajian berbahan lontong dipadu irisan tahu dengan bumbu kacang serta toge ini diracik satu demi satu. Lontong tahu ini memang makanan khas daerah Blora, yang dibungkus dengan daun jati sehingga menambah rasa nikmatnya. 

        Jajanan lain yang suka menjadi buruan saat ke pasar bersama ibu adalah cenil, pertolo, dumbeg dan sawut. Rata-rata dijual oleh ibu-ibu setengah baya, bahkan cenderung tua dan ditata di atas tampah yang digendong dengan bakul besar dan dijajakan di pinggir pasar. Semua enak dan bikin kangen, dengan harga yang relatif murah.

        Kenangan di pasar tradisional seperti ini membuat saya makin menyukai suasana pasar hingga dewasa. Ketika kuliah di Yogya, kadang saya juga menyambangi pasar Beringharjo yang pernah terkenal dengan kuli panggulnya. Dan kini ketika di Jakarta, saya suka mampir ke pasar Lenteng Agung atau Pondok Labu untuk sekedar belanja buah dan sayuran. Hiruk pikuk pasar memberikan semangat yang berbeda, tentang kerja keras dan arti setetes keringat buat nafkah keluarga. Selain itu, di pasar ini saya melihat kebersamaan para pedagang yang saling membantu dan mensupport satu dengan lainnya, serta rasa gotong royong yang terasa nyata. 

        Bagaimana kesan dan pengalaman kalian di pasar tradisional? Saya yakin pasti juga sangat menyenangkan. 


        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ

 

 

Sabtu, 22 Juni 2024

Temukan Solusi Diet Sehat di Buku Conscious Diet by dr.Yovi

        Pada dasarnya setiap orang itu unik, sehingga membutuhkan metode dan cara diet sehat masing-masing. Di buku Conscious Diet #KenaliTubuhmuSebelumDiet, dokter Yovi, praktisi nutrisi, wellness & anti aging akan memberikan solusi diet sehat bagi setiap orang.


                                                    foto dok. pribadi

        Kata diet seringkali dihindari bagi sebagian orang. Padahal diet berarti kebiasaan makan yang menjadi gaya hidup kita, atau pola makan yang cara dan jenis makanannya diatur sesuai dengan kebutuhan, dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Selain itu, diet juga menjaga dan mengontrol berat badan agar senantiasa seimbang, sehingga tercapai tujuan hidup sehat dan bahagia.

        Bagi setiap orang yang ingin sehat, sebaiknya memiliki pola diet masing-masing. Dalam buku Conscious Diet #KenaliTubuhmuSebebelumDiet! oleh dr. Yovi Yoanita M.Kes, Praktisi nutrisi, wellness & anti aging kita bisa menemukan solusi diet sehat bagi masing-masing orang. 

        "Pada dasarnya setiap orang itu unik, sehingga perlu mengenali tubuhnya sebelum diet, " begitu terang dokter lulusan S1, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung serta S2 bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan spesifikasi Ilmu Gizi.  

        Buku yang terdiri dari seratus satu halaman ini sarat dengan insight yang membahas seputar diet sehat bagi setiap orang, selayaknya sebuah panduan untuk menemukan diet yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan tubuh kalian. 

        Pada bagian awal di paparkan mengenai kesadaran menjalani diet sehat, yang tidak perlu hanya mengikuti tren yang lagi happening saja. Tapi kesadaran akan kondisi tubuh, mulai dari level hormon, pola makan, tipe badan, hingga gaya hidup secara keseluruhan hendaklah menjadi bahan pertimbangan. 


Anda adalah Gaya Hidup Anda

        Di bab satu mengemukakan tentang berat badan. Di situ disebut tentang obesitas dan kelebihan berat badan, serta kalori dan sejumlah proses tubuh yang berakhir dengan produksi lemak. Kelebihan berat badan tak bisa dipukul rata, karena terdapat banyak faktor  yang mempengaruhinya, serta proses di dalam tubuh yang tidak kita sadari. Karena itu sebelum melakukan diet sehat hendaknya mengenali BMI  atau Body Mass Index yang merupakan indeks massa tubuh kita ini. 

        Di buku ini dijelaskan bagaimana cara menemukan BMI kita, apakah termasuk kurus, normal atau gemuk sesuai dengan rujukan angka yang disebut WHO dan Kemenkes RI. meski ini bukan menjadi tolok ukur yang pasti mengenai kondisi kesehatan tubuh kita. 

        Pemahaman kalori masuk dan kalori keluar juga dipaparkan, sehingga kita dapat memahami berbagai proses metabolisme dalam tubuh. Yang harus diperhatikan jika kalori yang masuk ke dalam tubuh berjumlah banyak dan kita tidak membakarnya menjadi energi, maka berat badan akan naik. Karena itu perlu nutrisi yang seimbang antara asupan makanan dan kalori yang dikeluaarkan agar tidak menimbun lemak.


Kuantitas Kualias

        Selanjutnya dokter Yovi membahas bagaimana menyelaraskan diet yang sesuai dengan kebutuhan tubuh di bab dua. Apapun diet yang dijalani, perlu memperhatikan tiga aspek, yakni holistik,  alami dan konsisten. Strategi penurunan berat badan harus lebih menyeluruh dan bukan semata mengikuti program rencana makan khusus yang ketat. Tapi pada kuantitas dan kualitasnya. 

        Kualitas merujuk pada apa yang kita makan, Seperti pada jenis makanan yang perlu ada pada menu sehari-hari. termasuk karbohidrat, protein, lemak dan serat. Serta kuantitas yang menyangkut seberapa banyak yang kita makan. 


Antara Hormon dan Berat Badan

        Pemahaman mengenai jenis bentuk tubuh juga dibahas di sini, karena setiap jenis bentuk tubuh terkait dengan ciri-ciri keseimbangan hormon tertentu. Ada empat tipe tubuh, antara lain tipe tubuh Andrenal, Ovary, Tiroid dan tipe tubuh Liver. 

      Yang menarik di buku ini juga mengungkap tentang jenis lapar, serta binge eating yang menyangkut keinginan untuk makan meski bukan apa yang dibutuhkan. Dilengkapi dengan gambar "Berselancar dengan Hasrat" dan bagaimana mengatasinya. 

        Untuk melengkapi sebagai buku panduan diet sehat, diberikan juga sepuluh pertanyaan yang akan mengungkap tentang diri kita dan kaitannya dengan tipe diet yang cocok dan selaras dengan tubuh kita. Pola diet dan olah raga yang tepat juga diterangkan secara detail untuk mencapai diet sehat yang diharapkan. 

        Buku Conscious Diet karya dr. Yovi ini memang layak menjadi panduan awal bagi kita sebelum melakukan diet. Dilengkapi testimoni para pakar dan praktisi kesehatan seperti Prof.Dr.PratiknoM.Sos.Sc, Mentri Sekretaris Negara RI, Dr.Aviliani, SE,M.Si, President Commissionier of Allobank, Yani Panigoro ST, Komisaris Utama Medco dan atlet binaraga Ade Rai.

        Diterbitkan oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia pada  tahun 2024, buku yang ditulis oleh dokter Yovi yang telah mempunyai pengalaman praktik lebih dari 19 tahun menangani dan mendalami bidang nutrisi, weight Management, Antiaging, Preventive&Functional Medicine dan Mental Health ini hendaknya menjadi list bacaan yang sangat bermanfaat. 

        Yuk, segera dapatkan di gerai toko buku Gramedia dan e-commerce yang ada.

        Salam sehat dan selalu semangat.***NZ 

Kamis, 20 Juni 2024

Belajar Bahasa Inggris Itu Perlu

        Bahasa Inggris itu perlu. Yes, setuju! Jangankan buat anak muda sebagai nilai tambah saat melamar kerja, atau rekomendasi agar dapat beasiswa. Tapi ketrampilan berbahasa Inggris juga dibutuhkan untuk para ibu seperti saya, setidaknya buat upgrade diri karena banyak literasi yang menggunakan bahasa Internasional ini.

by Nur Ida Zed

                                                        pic from pinterest

        Ketrampilan bahasa Inggris memang banyak banget manfaatnya ya, apalagi di jaman sekarang ini, di era literasi digital. Saat mau membuka berbagai platform aplikasi, informasi biasanya dipaparkan lewat bahasa internasional ini. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa inggris juga sering dipergunakan, seperti istilah-istilah dalam pergaulan, komunikasi ringan hingga ingrediate makanan dalam kemasan. Terang saja karena bahasa Inggris bisa dikatakan sebagai bahasa yang paling banyak dipergunakan penduduk di dunia, bahkan di lebih dari 50 negara. Alasan inilah yang mendasari betapa pentingnya belajar bahasa Inggris.

        Dulu waktu masih jadi mahasiswa di Yogya, saya pernah kursus Bahasa Inggris juga meski hanya sebentar. Diajarkan skill dalam bahasa Inggris yang meliputi listening atau mendengarkan, speaking atau berbicara, reading atau membaca dan writing atau menulis, selain memahami bentuk kalimat atau tenses. Penerapannya biasa saya lakukan dengan teman-teman kampus, juga teman kost saya yang kebetulan mahasiswa dari Singapura. Kami kadang berbincang dengan bahasa Inggris, sebisanya saja yang penting saling mengerti dalam berkomunikasi. Atau kadang bersama orang asing seperti turis yang seringkali ditemui di kota budaya tersebut, di Malioboro atau Tamansari. Kemudian saat bekerja di Jakarta, bahasa Inggris ini juga diperlukan ketika bertemu dan harus berkomunikasi dengan rekan kerja, atau klien dan nara sumber yang kebetulan orang asing. Seperti waktu itu ada penugasan menulis advertorial produk yang pemiliknya orang bule, mau tak mau harus mengerti apa yang dijelaskan dengan bahasa Inggris. 

        Namanya juga bahasa ya, agar bisa terampil tentu harus selalu diimplementasikan, karena bila tidak dibiasakan pasti akan lupa. Sampai sekarang saya kadang ngobrol ringan dengan anak-anak memakai bahasa Inggris. Tidak usah yang susah-susah, tapi yang familier saja supaya dapat dipahami. Sesekali saat jalan-jalan, atau ketika lagi berkumpul dan celetukan santai meski terdengar sedikit medok. 

        Saya sendiri tidak terlalu fasih berbahasa Inggris, kadang hanya menyemangati anak-anak saja untuk membiasakan mereka agar siap menerima tantangan di era global karena semua info akan berkait dengan bahasa Inggris.


Membuka Banyak Peluang

       Seringkali saya bilang pada anak-anak, ketrampilan berbahasa Inggris itu dapat menambah rasa percaya diri. Tak bisa dipungkiri bila seseorang yang terampil dan mahir berbahasa Inggris di jaman sekarang akan dapat membuka banyak peluang buat yang ingin mencari pekerjaan, atau berkarier. Di banyak tempat kerja, baik itu instansi pemerintah, maupun di perusahaan swasta, sertifikat kursus bahasa Inggris dari tempat ternama seringkali menjadi nilai plus. Karena itulah lembaga kursus bahasa Inggris berlomba menaikkan kualitas dan juga tarifnya dengan garansi: "Pasti bisa ngomong Inggris."

         Saya pribadi tidak tergiur dengan promosi semacam ini sehingga tak bisa dipungkiri jika banyak tempat kursus bahasa Inggris yang mematok harga tinggi untuk siswa yang mendaftar. Soalnya sertifikat dan TOEFL yang dikeluarkan sangatlah dibutuhkan.


Kuncinya Berani Bicara

        Namanya juga ketrampilan bahasa, agar menjadi lebih mahir tentu harus selalu diterapkan secara rutin dan konsisten. Kuncinya berani bicara, tentunya memakai bahasa Inggris. Tak perlu takut salah karena dalam berkomunikasi yang penting saling mengerti dan memahami saja. Dalam obrolan tak perlu terpaku pada tenses tertentu,  Kadang ada istilah yang tidak sama dengan setiap kata secara letterlux. Dan ini yang sebaiknya harus diahami oleh para ibu.

        "Saya sebenarnya mengerti apa yang dibicarakan itu, cuma kalau tunjuk tangan gak berani bicara, takut salah," kata temen saya. Padahal sih orang lain tidak bakal menilai pembicaraan ini benar atau salah ya.

            Saya sendiri tidak begitu fasih dalam berbahasa Inggris ini, tapi setidaknya bisa mengerti dan mau terus belajar.  Agar tetap selalu update dalam bahasa Inggris, ada beberapa cara belajar bahasa  buat para ibu, antara lain:

*Belajar dari lirik lagu. Sampai sekarang saya masih melakukannya, mengingat lirik lagu dalam bahasa Inggris lebih mudah difahami dengan mengerti arti lagu itu sendiri.

*Nonton film berbahasa Inggris.  Tidak harus nonton film di gedung bioskop, tapi di beberapa aplikasi seperti Video, Prime Video, View, Netflix  dan aplikasi lain yang biasanya menyediakan banyak film cerita maupun dokumenter dalam bahasa Inggris. Nikmati dengan tanpa merubah teks atau mentranslete dalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dimengerti. Selain itu dengan menonton film akan mempertajam listening juga.

*Baca literasi dan buku-buku berbahasa Inggris. Bisa saja novel atau tema bacaan lain yang menarik sehingga membuat kita ingin terus membacanya.

*Tambahi perbendaharaan kata. Kalau mungkin, perkaya vocabulary atau perbendaharaan kata-kata dengan menghafal dan menambahnya secara berkala. Kata-kata baru akan menempel di pikiran bila seringkali diimplementasikan dalam kalimat sehari-hari.

*Buatlah buku harian dalam bahasa Inggris. Ini agar dapat lebih memahami yang dirasakan. Karena saat menulis buku harian akan melibatkan perasaan sehingga mudah juga untuk mengingatnya.

*Membuat jadwal latihan yang konsisten, juga mendengarkan podcast perbincangan dalam bahasa Inggris. 

*Rajin mencari info untuk belajar bahasa Inggris secara online agar tetap upgrade diri. Seperti dari YouTube, TikTok dan media sosial lain yang dapat dipahami dengan mudah.

           

            Ya, untuk belajar bahasa Inggris sekarang ini begitu banyak akses yang bisa didapatkan. Kalau masih kurang juga di Google pasti dapat ditemukan. Tak perlu susah-susah, tinggal tulis di translate semua pasti dijawab dengan benar. 

            Ayo sampaikan belajar bahasa Inggris versi kamu.

            

            Salam sehat dan selalu semangat.***NZ   



Minggu, 16 Juni 2024

Seni Mendengarkan Anak Remaja


        Berkomunikasi dengan anak jaman now alias Gen Z memang gampang-gampang susah ya. Butuh seni mendengarkan agar mereka mau terbuka dan bercerita.

by Nur Ida Zed


                                                                foto dok.pribadi

        Siapa yang mempunyai anak remaja tentu bisa merasakannya. Bagaimana menciptakan hubungan yang kuat, antara Gen Mom dan Gen Z ini sehingga saling terikat satu sama lain, untuk dapat memahami dan mengerti situasi yang dialami, termasuk saat curhat tentang suka maupun duka.

        "Mom, peluk Puan, dong," kata putri saya seusai pulang dari bimbel waktu itu sembari merangkul dan meletakkan kepalanya di bahu. Saya menyambut pelukannya itu. Sepertinya dia butuh cerita, batin saya. Lalu saya elus rambutnya, kemudian dia cerita tentang kegelisahan hatinya, dan saya mendengarkan saja sampai selesai. 

        "Menurut Mama gimana ?" baru saya mulai mengemukakan pendapat. Tak harus panjang lebar, hanya mendukung dan memberi semangat tentang pilihan jurusan yang akan diambilnya. Begitulah, saat itu saya berperan menjadi pendengar yang baik buat putri saya, yang kini sudah remaja. 

        Tak terasa memang, waktu berlalu dengan cepatnya. Padahal rasanya baru kemarin saya mengantarnya mendaftar PPDB SD selepas TK, lalu SMP, kemudian SMA, sekarang sudah maba alias mahasiswa baru. Alhamdulillah kemarin dia lulus SNBT dan diterima di FIK Universitas Indonesia. Sebagai orang tua saya tentu bersyukur dan bangga, karena perjuangannya sepanjang ini membuahkan hasil. Ya, sebab dari dulu memang dia ingin kuliah di UI. Sebenarnya sih lolos juga di UNJ jalur prestasi, karena nilai ditambah prestasinya sebagai atlet taekwondo, dengan rekomendasi tiga medali emas kejuaraan tingkat nasional yang diraih di tiga tahun terakhir. Tapi pilihan tentu ada padanya.

        Dan sebagai ibu yang selama ini mendampingi anak berusia remaja pasti banyak hal yang dialami, termasuk dalam berkomunikasi dengan mereka. Kalau dulu ketika masih kecil, mungkin bisa dibberi tahu ini itu dan nurut saja, atau ditanya apapun akan dijawab dengan segera. Tapi ketika menginjak remaja tentu caranya berbeda.

        Anak generasi Z yang tumbuh dengan dunia tehnologi dan serba digital seperti Puan ini mau tak mau membentuk karakter dan kebiasaan mereka yang serba praktis, begitupun untuk  urusan berkomunikasi. Seringkali kita harus memahami cara pandang dan pemikirannya, tidak bisa mennerapkan semua paradigma kita kepada mereka, termasuk ketika ingin mendengar keluh kesah dan curahan hatinya. 


Cari Waktu Khusus

    Pertama cari waktu khusus disaat mereka sedang mood. Ini penting karena salah satu ciri remaja, generasi Z seringkali moody, jadi butuh waktu yang pas untuk bisa diajak bicara. Ciptakan suasana yang santai seperti seorang teman dan sahabat agar dia dapat terbuka untuk bercerita. Misalnya ketika jalan-jalan berdua, atau belanja makanan kesukaannya, di situ bisa sembari mendengarkan ceritanya. 

      Tak perlu memaksa saat dia tidak ingin cerita, Cari waktu dan moment yang lain supaya dia merasa nyaman untuk terbuka. Kadangkala anak remaja suka ingin menyimpan dulu masalah yang dialami, atau berusaha menyelesaikan sendiri tanpa ingin bercerita. 

      Di saat dia bercerita atau mengemukakan pendapatnya, pahami dengan cara pandangnya. Jangan langsung mengintervesi, karena bisa menjadi salah pengertian dan merusak hubungan selanjutnya. Gunakan bahasa yang mudah  dimengerti, karena anak sekarang kurang suka dengan bahasa yang bertele-tele, apalagi panjang lebar dengan berbagai nasehat dan kata-kata yang menggurui. Di saat dia perlu tempat untuk bercerita, bahkan berkeluh kesah  dan mengemukakan pendapat, pahami dengan bahasa mereka. 


Tunjukkan Rasa Empati

        Saat mendengarkan dia berpendapat dan bercerita, tunjukkan rasa empati dengan mengungkapkan ketertarikan terhadap hal yang menjadi minat mereka. Berikan komentar yang positif, dan masuk dengan cara pandang mereka. 

      Mendengarkan dengan rasa empati ini akan meningkatkan komunikasi kita dengan mereka, sekaligus meningkatkan hubungan karena tidak sekedar mendegarkan, tapi  juga memahami pikiran dan perasaannya. 

Ketika dia mau bercerita, sebaiknya dengarkan sampai habis dengan seksama, jaga kontak mata serta bahasa tubuh yang menunjukkan rasa tertarik dengan mengenyampingkan yang lainnya. Hindari menyela, apalagi salah fokus dengan cerita yang lain. Tunjukkan rasa empati ini dengan memberikan komentar yang positif dan tidak mendistract apa yang menjadi pendapatnya. 


        Begitulah, mendengarkan menjadi penting di saat orang lain ingin berbicara, berpendapat dan bercerita serta didengar suaranya. Seni mendengar ini bisa menjadi kunci terjalinnya hubungan baik dengan siapapun, termasuk remaja atau Gen Z. Dengan mendengar kita bisa belajar tentang berbagai hal, mengetahui dan memahami mengenai berbagai hal dari berbagai sisi. Kemudian dapat menyaring semua pendapat dan pola pikir dari apa yang telah didengar. 

        Sebenarnya sih, mendengarkan tak hanya butuh seni mendengar saja, tapi lebih pada memahami dan mengerti apa yang sebenarnya didengar, sehingga membuat kita bijaksana. Mendengarkan  menjadi salah satu cara menghargai orang lain.

 

        Salam sehat danselalu semangat.***NZ