Hobi menulis jurnal
pribadi tak hanya sebagai sarana curahan hati, tapi juga baik untuk menjaga
kesehatan mental dan kebahagiaan kita. Gak percaya?
by Nur Ida Zed
desain foto: dvine_adinda
Coba diingat-ingat lagi, kapan kita
mulai menulis di buku diary? Seingat
saya, waktu sekolah dulu guru Bahasa Indonesia pernah memberi tugas untuk
menulis semacam catatan harian tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan
sehari- hari. Guru pelajaran agama juga begitu, tentang kegiatan harian selama
bulan Ramadan, terutama ibadah sunnah
yang telah dijalani setiap hari selama bulan suci. Kemudian dikumpulkan, lalu
diceritakan kembali untuk refresh dan
dievaluasi.
Buku harian yang kita buat menjadi
tempat curahan hati atau catatan harian yang dihadapi. Menuang tentang kejadian
apa saja yang pernah dialami, baik yang biasa saja maupun yang tidak biasa. Bagi
saya buku harian ini layaknya seorang teman yang bisa dipercaya. Menulis begitu
saja, seperti curhat pada sebuah buku, yang bisa mengungkapkan mengenai apapun
itu, entah kesenangan maupun kesedihan yang melibatkan perasaan. Kadang berupa
cerita semacam paparan rasa untuk mengungkapkan segalanya, sesekali juga berupa
sajak atau puisi manakala banyak hal yang dirasakan menyentuh hati. Ah, saya
jadi ingat buku harian berwarna biru kado dari seorang teman ketika sweet seventeen dulu, yang masih
tersimpan rapi karena ada kunci kecil dan kotaknya.
Kini buku harian atau diary kerap disebut sebagai journal pribadi, dan kegiatan menuangkan
pikiran dan perasaan lewat tulisan maupun gambar ini lebih tren dinamakan
dengan journaling. Selain di atas
kertas, journaling saat ini juga
biasa dilakukan di laptop, komputer maupun hape. Karena itu kegiatan ini
seringkali juga melibatkan kepiawaian kita menggunakan aplikasi, semacam canva, pic art, word, journey, memory dan yang lainnya untuk melengkapi
apa yang akan diutarakan sebagai sebuah catatan pribadi yang menarik bila
dibaca berulangkali.
Biasanya menulis jurnal diawali dengan
waktu kejadian. Kapan momen memulai sebuah perjalanan. Ketika saya dinyatakan
positif hamil anak pertama, misalnya, saya ingin membuat jurnal mengenai
perkembangan kesehatan saya agar lebih mengerti dan memberikan informasi dari
hari ke hari. Tentang perasaan saya yang tiba-tiba saja harus menjadi seorang
ibu setelah melalui tahapan sebagai perempuan dan istri yang sibuk bekerja.
Saya menuang apa saja yang perlu
dipersiapkan secara mental dan fisik agar semua rencana (baca: planning) dan goal yang diharapkan bisa berjalan dengan lancar. Mengenai
bagaimana membagi waktu antara pekerjaan, keluarga dan sosialisasi dengan teman
ketika sudah menjadi seorang ibu yang bekerja. Juga segala kendala yang
dihadapi serta tantangan yang harus dilalui sehingga tidak ada lagi kekecewaan
di kemudian hari. Ya, menuang perasaan sebagai catatan journaling ini sebenarnya banyak manfaatnya, antara lain untuk
kesehatan mental dan kebahagiaan.
Sehat Mental dengan Journaling
Disaat seseorang dapat mengungkapkan
perasaan adalah bagian dari upaya untuk menjaga kesehatan mental kita. Dengan journaling, semua ganjalan yang ada di
pikiran bisa diluapkan secara positif sehingga membuat hati menjadi tenang.
Kebiasaan ini akan membuat habit yang
baik karena akan memacu sel imun T-lymphocytes
dalam tubuh menjadi lebih kuat sehingga dapat menurunkan tekanan darah
tinggi dan tingkat depresi.
Menurut Maud Purcell, psikoterapis yang
juga ahli journaling, kegiatan ini
melibatkan penerapan dari dua belah otak kita sekaligus, sehingga akan
cenderung rasional dan analitis karena selalu sibuk berfikir. Di waktu yang
sama, otak kanan juga akan cenderung kreatif, intuitif dan sensitive sehingga dapat membantu menghilangkan hambatan mental
pada diri seseorang.
Journaling juga dapat menjadi hobi yang
bermanfaat dan bisa digunakan sebagai terapi melepas penat serta menjadi sarana
mengasah kreativitas. Betapa tidak, bila waktu senggang digunakan untuk
kegiatan produktif dengan menulis dan berfikir positif, maka akan jauh dari
kesenangan untuk bergosip dan memikirkan hal negatif yang dapat merusak mental
kita juga.
Membawa Kebahagiaan
Dengan journaling, kita akan membiarkan pikiran kita bebas berekspresi
lewat tulisan, menuang segala rencana, mengukur kemampuan kita menghadapi apa
yang terjadi dan bakal dilakukan sebagai harapan besar dan cita-cita yang akan
diraih nanti. Kadang melanglang buana mengikuti perasaan dan merajut emosi yang
kadang naik turun disertai dengan solusi. Kadangkala disertai dengan desain
maupun foto-foto yang akan mengungkap memori serta semua kenangan yang akan
memicu hormon dopamin yang membawa
pada kebahagiaan.
Ketika pengalaman journaling ini dapat bermanfaat juga untuk orang lain, seperti pada
beberapa hal yang dapat memberikan motivasi serta menginspirasi, maka tak
jarang dapat dishare lewat media sosial
atau bahkan dibuat sebuah buku. Dan ini tentu akan membahagiakan karena bisa
berbagi.
Nah, apa pengalaman menarik journalingmu?
Salam sehat dan selalu semangat.***NZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar