Sasya Tranggono: Eclectic in Soul
By Nur Ida Zuhayanti
Eksplorasi yang dituang membawa harmonisasi selaras di
rumah Sasya Tranggono. Penataan bergaya
eklektik sungguh memberi atmosfir yang berbeda.
Seperti berada di sebuah galeri seni,
begitulah ketika saya mengunjungi rumah bernuansa Eropa di kawasan Menteng,
Jakarta Pusat siang itu. Ruang demi ruang seolah diciptakan sebagai area pajang
hingga memberi aura yang menyenangkan dan penuh inspirasi. Paduan warna, luapan
ekspresi jiwa tertuang demikian lepas layaknya rona lukisan di atas kanvas yang
memiliki karakternya sendiri.
Ya. Tampak depan bangunan tiga lantai yang
berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi itu memang terbaca sebagai House
of Ristra, sebuah klinik kecantikan ternama. Tapi di dalamnya juga merupakan hunian
seorang pelukis perempuan - water color inspirator yang telah banyak
menghasilkan karya brilliant: Sasyita Tranggono. “Ini rumah pertama Ristra sebelum dibangun Grand
Housenya di Radio Dalam,” terang sulung tiga bersaudara pasangan Dr. Retno
IS Tranggono dan Dr. Suharto Tranggono. Sebagai pengelola, perempuan kelahiran
Jakarta 25 Desember 1963 itu merasa ikut bertanggung jawab atas salah satu heritage
ini. Dan bersama anak semata wayangnya yang juga pelukis muda, Nicholas David
Hilman (14 tahun), lulusan Teknik Industri Syracuse University, New York, USA
dan MBA dari Erasmus University, The Nedherland, Belanda ini mewujudkan
kenyamanan dalam hunian yang memiliki nilai histori.
Setelah pintu
pertama bernuansa putih itu terbuka, sebuah area panjang menyapa saya.
Dindingnya yang berbalut warna biru itu nampak indah dilengkapi deret lukisan
berbagai ukuran selayaknya ruang pameran. Taman
kecil dengan kolam bebatuan dan pohon palem yang terletak di salah satu
sudutnya menambah suasana kian cantik saja. Selanjutnya langkah saya dibawa
untuk menaiki tangga berbahan metal dengan pegangan warna merah menyala menuju
ke lantai dua hingga menemukan semacam teras dengan aneka tanaman hijau di
depan pintu utama rumah yang sebenarnya. Desain terbuka ditunjukkan oleh
banyaknya elemen kaca yang sebagian berfungsi sebagai jendela, sehingga membuat
pandangan mata dapat dengan leluasa menikmati suasana di dalamnya.
Cermin berbingkai kayu bernuansa metalik
itu seakan mempersilahkan saya menyusuri ruang berikutnya. Sebagai area
pembuka, Sasya, begitu penerima Golden Pallete Award 2004 yang pernah menggelar
pameran di berbagai negara seperti di Amerika, Eropa, Australia dan Asia ini
biasa disapa menciptakan lorong panjang yang menjadi penghubung menuju ke ruang
tamunya. “Over The Rainbow”, “Nothing Last Forever”, dan begitu banyak tema
lukisan lain goresan jari lentiknya menempati hampir semua permukaan dinding dan menjadi pelengkap
interior bernilai seni. Lemari antik dengan banyak sorokan dari kayu jati
merupakan bagian lain yang mempercantik ruangan ini. Di atasnya diletakkan
rangkaian bunga matahari, pernak-pernik yang didapat dari berbagai negara serta
foto-foto keluarga. Aksen lampu sorot yang diatur sepanjang area ini memberi effect
lighting yang diciptakan untuk kesan dramatis nan mempesona. Di sisi lain
terdapat meja ukiran bernuansa vintage yang juga menampung pernik
kesayangan. Lukisan berukuran besar karya Nicholas yang berjudul “Dream of My
Factory” nampak terpajang di sana.
Menuju ke ruang tamu yang juga berfungsi
sebagai ruang keluarga, suasana hangat demikian terasa. Sebentuk sofa cantik
bermotif flora bernuansa maroon yang dibawa dari Amerika terlihat
selaras di atas karpet berwarna natural dari Belgia. Dua kursi kayu tanpa
sandaran dengan aksen bantal koleksi sebuah galeri di kawasan Kemang menjadi
pelengkap nan menawan. Sentuhan cahaya dari lampu duduk di atas meja console
kayu jati berukir itu menambah suasana cozy di area favorit ini. Dan
lukisan Nicholas yang berjudul “Pinokio” dalam dominasi merah menyala agaknya
menyempurnakan atmosfir di ruangannya. Melalui balkon yang didesain elegan,
seluruh imajinasi dapat berinteraksi dengan suasana luar ruang. Sekadar
menikmati pepohonan di teras rumah, atau kolam di bawah dengan waterfallnya.
Hmm….
Pantry, Kamar dan Studio
Pantry modern bergaya clean and smart
merupakan bagian berikutnya. Material kayu yang dipilih seperti
mempertimbangkan konfigurasi furniture yang telah ada. Masih di lantai dua,
lokasi kamar tidur utama diletakkan memanjang dari lorong pembuka. Desain simple
dalam nuansa merah untuk bed cover makin terasa kesegarannya dengan
motif batik bunga-bunga. Pun tema lukisan yang dipilih sebagai back drop
di sisi dindingnya. Kamar Nicholas di sampingnya ditata lebih maskulin lengkap
dengan perangkat komputer dan koleksi miniatur mobil serta robot kesayangannya.
Lalu ruang wardrobe untuk menyimpan koleksi pakaian dan perlengkapan
lainnya.
Melewati tangga melingkar, kemudian saya
menuju studio lukis di lantai tiga. Didesain lapang tanpa sekat untuk menunjang
aktivitas dalam berkreasi. Dua meja kerja yang diatur bersama lampu
penunjangnya mngesankan satu team work yang solid dan sempurna. Selain
tumpukan kanvas dan perlengkapan melukis lainnya, ruangan ini juga dipenuhi
buku-buku referensi. Yang menarik, beberapa boneka badut lucu yang bergelantung
di atasnya kadang bisa menjadi sumber inspirasi dan keceriaan tersendiri. Ya,
bagi Sasya, rumah merupakan tempat istirahat yang mampu memberi kenyamanan dan
keteduhan, sekaligus kedamaian hati untuk menyatu dengan Tuhan. ***NZ
Q & A
Ruang favorit di dalam rumah ?
Living room. Di situ saya
bisa santai sambil mendengarkan musik, membaca buku, atau bahkan berdoa.
Suasananya begitu tenang sekali. Tapi kadang juga di kamar sembari nonton TV atau
diskusi dengan Nichol.
Saya suka banget traveling.
Kalau lagi jalan-jalan ke luar negeri atau pameran di sana, biasanya sempat hunting
perabotan serta aksesori untuk rumah. Tapi ada juga pemberian Mama, seperti
meja marmer di pantry itu. Sedangkan lemari beraksen kupu-kupu dapat
dari sebuah galeri di kawasan Kemang.
Suka penataan bergaya
eklektik, alasannya ?
Rasanya saya bisa lebih bebas
berekspresi dalam menata rumah. Termasuk menempatkan apapun yang terbaik.
Memadukan klasik, modern hingga vintage. Barang-barang ex luar negeri
dimasukkan ke dalam elemen rumah. Bagitupun untuk pemilihan warna merah,
misalnya, yang sanggup membawa kehangatan dan keceriaan.
Untuk studio bagaimana.?
Kebetulan anak saya ikut
“berbuah” jadi pelukis, bahkan telah mendapat tempat di Jenggala-Bali, sehingga
kami sama-sama seniman. Saat berkreasi tentu butuh ruang khusus yang tenang,
nyaman dan menyenangkan. Di situ kita sering tukar pikiran dan saling memberi
masukan. Bila ada dinding yang masih kosong, kadang berebut untuk memajang
lukisan, hahaha…. Seru kan
?!
Tips menata rumah ?
Ciptakan suasana yang nyaman.
Perhatikan paduan warna, karena dapat membentuk karakter sebuah ruangan. Selain
itu pencahayaan dan kebersihannya. Meski banyak kaca, rumah ini memang sengaja
tidak diberi gorden supaya terlihat terbuka. Selain lebih artistik, juga baik
untuk sirkulasi udara dan cahaya alaminya. ***NZ
foto-foto: Rudy Simonaji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar