Rabu, 18 Januari 2023

Performa Tulus Membius Closing Forca 5.0

     Lirik lagu bertutur seringkali tak sekadar menghibur. Terasa seolah larut di dalamnya dan mewakili cerita nyata. Seperti penyanyi Tulus yang mampu membius dengan performanya di Forca 5.0. 

by Nur Ida Zed

                                                    Foto: dok. pribadi @nuridazed

     Tak pelak masih saja mengular panjang antrian menuju gerbang ticketing yang sudah dibuka sejak jelang tengah hari di Gedung Bapra-Balai Prajurit waktu itu. Beberapa anak berkaos seragam crew, tepatnya para panitia di bagian tiket terlihat sibuk menangani barkot bagi yang ingin masuk, sebagian memeriksa tas pengnjung dan barang bawaan yang memang tidak diperbolehkan dibawa ke venue karena khawatir bisa membahayakan. Lalu beberapa lagi menyita (baca: menyimpan) benda seperti parfum, korek api, botol minuman kemasan serta ikat pinggang dan yang lain ke dalam kotak dengan ditandai nomor tiket pemilik supaya setelah usai acara nanti bisa diambil lagi. 

     Di halaman dalam, terdapat area bazaar dengan aneka booth  makanan, minuman serta marchandise yang ditata dan disediakan beberapa kursi, lalu booth untuk foto-foto dan games yang menambah semaraknya suasana menjelang konser musik hingga malam. Begitulah gambaran hiruk pikuknya suasana closing Forca- Forty One Club, event tahunan yang diselenggarakan SMPN 41 Jakarta untuk merayakan ulang tahunnya.

     Keseruan semacam itu sudah dilaksanakan beberapa tahun terakhir, dengan tujuan untuk melatih jiwa kepemimpinan dan enterpreuneur anak muda, remaja belasan tahun setingkat sekolah menengah pertama ini dalam berorganisasi, saling mendukung dan mensukseskan sebuah event dengan berbagai lomba seni budaya seperti tari Saman dan modern dance serta beberapa cabang olah raga tingkat DKI Jakarta. Kemudian ditutup dengan puncak acara sebagai Closing Forca untuk pengumuman pemenang yang dimeriahkan dengan konser musik  dan aneka bazaar dalam satu venue dari siang hingga malam hari. 

                            Puan saat di venue. (foto: dok.pribadi )

      Ketika itu memang sebelum pandemi ya, di November 2019, sehingga pelaksanaanya bisa di dalam Gedung Balai Prajurit (Bapra) Cilandak Marinir, Jakarta Selatan karena lebih representative dan nyaman. Kebetulan Puan, putri saya ikut menjadi salah satu panitia, di seksi keamanan sehingga para orang tua pun ikut mendampingi sebagai pengurusnya. 

    Setelah berdiskusi panjang dan menimbang-nimbang, akhirnya untuk Closing Forca 5.0 saat itu panitia mengundang beberapa artis penyanyi ibukota seperti grup musik Maliq & D'Essensial, Yovie n Nuno, Payung Teduh, Rahmania dan Tulus. Konser ini dekemas dengan menyatukan beberapa aliran musik yang masing-masing telah memiliki penikmat tersendiri. Dari musik pop, jazz dan soul yang memiliki ciri khas dengan gaya bertutur.


    
    
                 Suasana Closing Forca di Bapra (foto:dokpri)                                               

     

      Nama Tulus menjadi penyanyi favorit yang banyak ditunggu penampilannya malam itu selain Yovie and Nuno. Penyanyi bernama lengkap Muhammad Tulus, S.Ars ini juga penulis dan pecipta lagu serta merilis karya musik yang ia ciptakan sendiri,  sehingga kekuatan di setiap kata dalam bait liriknya begitu terasa. Seperti Monokrom yang bercerita tentang kenangan bersama teman yang diungkap dalam detail sajak yang dinyanyikan dengan penuh rasa. Lalu Pamit, yang mengungkap sebuah perpisahan terindah karena saling mengerti untuk menjadi teman baik. Dalam alunan denting piano dan paduan biola yang membawa pada suasana syahdu lewat kekuatan lirik yang bertutur.

                                       Menikmati lirik lagu Tulus (foto: dok pri)

     Kemudian Manusia Kuat yang memberikan semangat bagi setiap generasi untuk tetap bermimpi dan  berjuang untuk meraihnya meski banyak kendala. "Manusia-manusia kuat, itu kita. Jiwa-jiwa yang kuat, itu kita", begitu tuturnya. "Kau bisa hitamkan putihku, kau takkan gelapkan apapun. Kau bisa runtuhkan jalanku, kan kutemukan jalan yang lain", tegasnya.

       Bila bukan kehendak-Nya,

       Tidak satupun culasmu 

        Akan bawa bahagia. 

     Kau bisa patahkan kakiku, patah tanganku rebut senyumku. Hitamkan putihnya hatiku, tapi tidak mimpi-mimpiku...

     Ya. Penuturan lirik dalam musik sanggup menyentuh hati yang paling dalam bagi setiap penikmatnya, bahkan membius dan menumbuhkan motivasi. Karena musik merupakan bahasa universal yang dapat dicerna oleh berbagai kalangan. Lewat musik hidup ini jadi lebih berwarna. 

      Salam sehat dan selalu semangat. ***NZ

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar